Suatu hari seorang member mengirimkan video. Yaitu kerumunan burung kecil yang terbang menyambar serangga. Burung burung kecil itu berkeliling di sekitar pohon beringin.
Member itu bertanya, ” apakah yang beterbangan di pohon beringin itu burung seriti atau burung walet?”
Pohon beringin merupakan salah satu langganan bagi burung seriti dan walet untuk mendapatkan makanan tambahan, yaitu berupa seranga kecil. Pada pagi dan sore hari tampak beterbangan sekelilingnya. Itu terjadi jika pohon beringin berbuah. Buah yang sudah masak akan mendatangkan serangga kecil dan itu menjadi santapan burung seriti dan walet.
Selain pohon beringin, burung walet sering beterbangan di sekitar pohon akasia. Saat pohon akasia berbunga dengan bunga warna kuning, banyak dikerubuti serangga kecil. Serangga inilah yang menjadi santapan burung walet.
Pohon akasia banyak tumbuh liar di hutan dan lahan di Kalimantan. Tanpa perawatan yang serius pohon ini mudah tumbuh besar.
Pohon ini banyak dijumpai di seluruh daerah dan menjadi tanaman perkebunan unggulan untuk bahan pembuatan pulp dan kertas. Serat dari kayu akasia merupakan materi paling cocok untuk membuat kertas tulis, kertas kemasan dan kertas lainnya. Karena itu pohon akasia juga disebut tanaman industri.
Di Kabupaten Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ulu Timur, tanaman ini dibudidayakan dengan lahan sangat luas mencapai 290.000 ha. Areal perkebunan akasia menjadi daerah sumber pakan bagi burung walet.
Suatu hari 2 tahun lalu saya trip kerja ke Pagatan-Sampit Kalteng ke gedung walet milik member lama. Saya didampingi Agen duniawalet Sampit Bang Taufik dan Agen duniawalet Seruyan _Bang Baihaqi.
Speed start dari dermaga pasar Sampit menyusuri sungai mentaya yang lebar dan panjang.
Pemandangan tepian sungai berjajar rumah walet dengan tiang-tiang ulin di bibir sungai. Sekilas seperti bangunan mengapung di atas air. Apalagi saat melewati kota walet Samuda, deretan gedung walet dengan berbagai ukuran sebagai mesin ATM yang menghasilkan jutaan rupiah.
Sampailah kami harus berbelok melalui anakan sungai yang lebarnya sekitar 8 meter. Kadang jalur sungai menyempit oleh lebatnya semak belukar. Di kanan kiri sungai ramai burung walet mencari makan. Jam di tangan menunjukkan angka 11 siang. Tapi masih banyak burung walet mencari makan di lokasi ini. Ternyata speed melalui jalur perkebunan akasia.
Selain akasia, burung walet juga banyak menyambar serangga kecil di pucuk bunga pohon jambu mete.
Saat saya travelling ke Kupang dan Maumere akhir 2019 lalu, areal perkebunan jambu mete yang luas menjadi sasaran walet mencari makan.
Jambu mete adalah salah satu komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomi tinggi antara lain sebagai bahan baku industri makanan. Selain itu juga berfungsi menjadi tanaman konservasi pada lahan tandus.
Kacang mete sebagai bahan baku industri makanan menempati posisi utama dibandingkan yang lainnya, dikarenakan harganya relatif mahal.
Wilayah pengembangan jambu mete di Indonesia pada umumnya berada di Kawasan Timur Indonesia antara lain di NTB, NTT. Pemda setempat terus mensupport masyarakat untuk menanam pohon jambu mete yang buahnya menjadi komoditas ekspor.