Ke depan, trend masyarakat peternak walet, saya prediksikan mulai bergeser ke rasional dan hemat. Jika sebelumnya membangun rumah walet dengan ukuran besar, kini cukup dengan ukuran minimalis. Jika sebelumnya harus menyedot biaya mahal kini cukup sekitar 100 juta, bahkan lebih murah lagi. Jika sebelumnya dianggap rumit, kini semakin simple.
Jika sebelumnya seolah misterius dan tertutup, kini logis dan terbuka rahasianya. Jika sebelumnya masih ada anggapan spekulatif, kini semakin pasti dan rasional. Jika sebelumnya hanya bagi golongan elit, kini juga mulai dirambah oleh golongan alit. Bukti keberhasilan gedung walet paket hemat di berbagai tempat, telah membuka kesadaran baru di dunia walet.
Peternak baru lebih kritis, tak mudah dibohongi lagi. Mereka berkaca dari pengalaman riil di lapangan. Kasus gedung besar yang kosong, telah membuka mata mereka. Bahwa untuk bisnis apapun harus dengan ilmu. Tidak boleh abal-abal. Tanam sawit ada ilmunya, ternak udang juga pakai teknik, memancing ikan di laut juga harus pakai strategi dan pengalaman. Maka bikin gedung walet cukup kecil dulu, setelah sukses baru gedungnya dibesarkan.
Kecenderungan ini mulai terlihat ketika eksperimen saya tentang rumah walet paket hemat mulai menunjukkan bukti nyata di beberapa tempat. Buku yang saya luncurkan tentang 18 desain paket hemat, sangat direspon positif oleh masyarakat. Maka, ke depan, trend tersebut akan semakin tambah marak. Makin banyak gedung paket hemat mulai dibangun di berbagai daerah potensi walet. Saya memandu dari jauh, by phone.
Mengetahui itu semua, terus terang saya sangat bersyukur. Bahwa ilmu walet saya, dapat diterapkan oleh masyarakat luas. Secara ekonomi tentu sangat bermanfaat. Maka, seorang guru, Drs. Yunial, kini sudah hidup tidak hanya mengandalkan dari gaji bulanan, namun lebih dari itu karena gedung waletnya, meski ukuran mini yang dibangun di atas kamar mandi, telah menghasilkan tambahan rupiah. Semakin tahun, pasti hasil yang diperoleh Yunial akan semakin banyak. Dalam waktu dekat Yunial segera mengembangkan gedung murah tersebut ke samping. Ada tanah kosong ukuran sekitar 3 m X 6 m. Jika anda ke Pasaman Barat, lokasi Yunial tidak jauh dari Rumah Dinas Bupati Pasaman Barat. Rumah waletnya kecil menjulang diantara perumahan di belakang SMP Negeri 01. Dari jauh sudah kelihatan. Suara CD walet dari BAN juga sayup terdengar memanggil walet.
Di Kalimantan, Tgl 11 Oktober kemarin saya menyempatkan kontrol gedung walet hemat milik H. Bardiansyah di Jl. Pulau laut 7 Banjarmasin. Panen perdana 2 bulan lalu sekitar 200 sarang. Kemarin saya masuk gedung terkecil se Asia Tenggara ini, sudah mulai tampak lagi sarang baru. Formasinya semakin merata. Capek menghitungnya. Gedung walet anggota dewan Tk I Kalimantan Selatan dari Golkar ini super mini. Hanya 4 m X 2.5 m. Tinggi 3 lantai, masing-masing tinggi ruang hanya 2.5 m. Panen tak repot, cukup berdiri. Saya bilang ke H. Bardiansyah, ada beberapa twiter harus dicabut, dan pada bagian dinding tertentu dipasang lampu. Ada sekat kain yang harus dilipat.
Budidaya walet adalah memelihara walet. Untuk populasi yang mulai berkembang, tata ruang juga harus disesuaikan dengan jumlah populasi. Sekat harus diatur ulang untuk prediksi ke depan. Rencana H. Bardiansyah menambah ruang baru adalah cara yang tepat. Maka, ruang kosong 4 m X 8 m segera akan dibangun untuk menyambung ke samping. Dengan tambahan ruang baru nanti, saya prediksi, H. Bardiansyah bisa panen sarang 20 kg. Bagaimana cara mengitungnya? lain kesempatan saya jelaskan secara rinci. Maka, sebagai rasa syukur kepada Tuhan, tgl 31 Oktober ini, H. Bardiansyah mengajak 48 anak yatim untuk ziarah ke Sunan Ampel Surabaya.
Esok harinya saya melanjutkan perjalanan ke Palangkaraya. Di bawah Gubernur Agustin Teras Narang pembangunan daerah maju pesat. Jalan darat di wilayah Anjir yang semula selalu rusak parah, kini telah mulus. Sekitar 2 jam saya sampai di Palangkaraya. Saya langsung singgah di Soto “Abang Kumis” jalan H. Ikap yang sangat lezat.
Palangkaraya mulai tumbuh, dari semula kota sepi dari geliat bisnis menjadi kota ramai. Mall dan hotel mulai berlomba. Gedung walet juga mulai marak. Kini sahabat saya, H. Gafur, pemain walet Number One di Palangkaraya dan pemilik Toko Banyuwangi Motor, telah membangun puluhan gedung walet yang tersebar di berbagai tempat. Baik di pinggiran kota Palangkaraya, di Kapuas, Anjir, Bahaur, Martapura, hingga Palu. Saat saya di Airport Sepinggan Balikpapan, saya jumpa Yayan, anak tertua beliau. Yayan cerita bahwa Abah kini sudah membangun 14 gedung walet.
Tahun 2001 H. Gafur datang ke rumah saya di Weleri Kendal. meminta saya mejadi konsultan walet gedung utamanya di jl. Seram. Saat itu gedung walet di Palangkaraya bisa dihitung dengan jari tangan kiri saja. Kini gedung walet tumbuh subur. Sekitar 100 gedung telah berdiri. Masih ada sejumlah bangunan yang belum selesai. Palangkaraya dikepung gedung walet. Pemain walet luar kota mulai menyerbu. Padahal Perda walet belum terbit. Namun gedung walet tanpa IMB terus bermunculan. Populasi waletnya memang terus berkembang. Banyak walet gua yang hijrah ke kota. Bekas gedung bioskop Palangkaraya juga di fungsikan untuk budidaya walet. Bagi pemain baru harap hati-hati jangan larut emosi.
Tiga bulan lalu saya ke Palangkaraya. Untuk memberi konsultasi member baru saya. Namanya Mujiburahman, masih muda sekitar 40 th, pemilik Anna Motor Jl. Batam. Atas advis saya, gedung Mujib hanya dari papan yang kedua sisinya dilapis gabus, lalu di plester semen. Gedungnya dibangun di atas bengkel. Lokasinya lumayan bagus. Ukuran 4 m X 16 m. Tinggi ruang 2.5 m. Atap dari seng di cat putih, dilapis alumuniumfoil. Cukup sederhana dan murah. Sekat saya pasang dari kain hitam. (Kalau pakai kain putih, entar dikira maesong… he he he …) Invest kurang dari 50 juta. Tempat tersebut semula gudang barang. Kini disulap agar jadi gudang uang. Insyaallah !!!
Kedatangan saya kemarin, sesuai janji saya, pasang audio walet dan atur tata ruang. Pintu masuk ukuran 60 cm X 80 Xm. Di bibir pintu walet saya pasang 2 buah twiter audax AX 61. Merek twiter ini sudah sangat teruji. Sejak th 2000 saya selalu pakai merek ini. Tak perlu yang mahal, tak perlu twiter “basuki”.
Tgl 12 Oktober sore audio walet mulai berbunyi. Dalam hitungan detik rombongan walet langsung merespon suara tersebut, respon walet sangat bernafsu. Nafsu birahi walet bergelora karena rangsangan suara dari twiter yang mendesah. Beberapa pasang walet berkejaran berkeliling gedung tersebut. Mujib heran, sebab gedung walet temannya tak se-ramai ini. Mamahnya tercinta ikut berdegub jantungnya. Takjub dan bersyukur.
Menjelang magrib, Najib sudah menghilang dari samping saya. Rupanya, bos muda ini, juga berprofesi sebagai tukang adzan di Masjid tak jauh dari bengkelnya. Suara adzan bergema. Ramdan karyawannya berbisik ke saya, itu bos lagi adzan. Suaranya merdu. Lantas para Jamaah pada masuk Masjid. Sementara suara audio walet tetap berbunyi merdu. “Jamaah walet” juga masuk ke gedung minimalis itu.
Saya segera pulang ke hotel Lampang. Mandi, shalat jamak qoshor magrib dan isya’, lalu merebahkan badan. Capek. Mata mulai 5 watt. Namun sekitar jam 9 malam, rasa kantuk saya diganggu nada sms. “Pak Arief, karena penasaran, maaf, tanpa ijin pian saya baru saja masuk ke dalam gedung. Di dalamnya ramai burung. Saya hitung ada sekitar 50 ekor walet sudah menginap di dalamnya”, SMS dari Mujib.
Sambil ngantuk saya sempat tersenyum simpul. Memanggil walet pada hari pertama langsung menginap, itu tentu ada strateginya. Pemain walet lain juga heran atas teknik saya ini, apalagi Mujib yang tau walet baru kemarin sore. He..he..he.. belum tau dia….bukan sombong lho, tapi semua ada tekniknya, semua pakai ilmu…