Salah satu member ada yang bertanya.
+ : ” Pak Arief mengapa perkembangan RBW saya lambat. Stagnan di jumlah populasi 200 ekor. Ini sudah berjalan 2 tahun. Dimana letak kesalahanya?”
– : “Bisakah dikirim denah gedungnya?”
+ : “Baik pak.”
Tak lama member mengirim denah gedung. Ukuran lebar 6 m panjang 12 m. Tinggi 4 lantai. Ukuran lubang turun/ void, 3 m x 3 m. Posisi lubang masuk burung ( LMB) menghadap barat dengan ukuran 60 cm x 80 cm. Posisi void di sebelah timur.
Jarak LMB dengan void 3 meter. Di bawah LMB ada lantai/ dak. Ada kolam non permanen dari papan dilapis terpal ukuran 2 m x 2 m.
– : ” Kok voidnya nyebrang ?” tanya saya.
+ : ” Betul pak. LMB tidak langsung void. Melainkan ada lantai selebar 3 meter.”
– : ” Apa alasanya?” selidik saya.
+ : ” Agar cahaya di dalam gedung walet redup. Selain itu, suhu dan kelembapan lebih terjaga.”
Dalam acara seminar sering saya sampaikan, apabila jarak LMB dengan void jauh, maka akan berakibat burung walet susah menemukan lubang void. Karena itu jarak LMB dan void sebaiknya dekat. Agar ketika burung walet masuk LMB, langsung bisa turun ke lantai bawah. Ini pula yang terjadi pada void zig zag. Yaitu jumlah sarang walet pada lantai bawah atau lantai dasar sedikit akibat walet kesulitan mengakses void.
+ : ” Apakah karena jarak LMB dengan void jauh maka populasi menjadi lambat?” tanya member.
– : ” Itu karena efek void nyebrang.”
+ : ” Apa yang harus saya lakukan?”
– : ” Buatlah LMB baru yang dekat dengan void.”
+ : ” Bagaimana dengan cahaya luar yang masuk sehingga kondisi dalam gedung akan terang?”
– : ” Diatur ulang tata sekatnya dan dibuatkan Lubang Antar Ruang (LAR).”
+ : ” Mengenai suhu dan Kelembapan?”
– : ” Bisa dibuatkan kolam atau menggunakan mesin kabut, agar kelembapan sesuai habitat walet.”
+ : ” Baik pak Arief, terimakasih atas konsultasinya.”
– : “Semoga bermanfaat.”