Selain panen tetasan dan juga panen rampasan, ada pula satu aktivitas panen yang dilakukan petani walet yaitu panen cuci gudang. Sesuai istilahnya, panen ini dilakukan sesekali layaknya toko yang sedang pembersihan atau cuci gudang yaitu mengeluarkan stok lama.
Kapan panen cuci gudang dilakukan? Panen ini bisa dilakukan 2 tahun sekali atau 3 tahun sekali, atau pada waktu tertentu saja. Panen cuci gudang juga dilakukan agar ukuran sarang seragam sama besarnya. Panen cuci gudang juga dilakukan untuk mengeluarkan sarang walet “stok lama” yang sudah berwarna kuning keruh, yang dagingnya tebal bertumpuk-tumpuk karena dilapis berulang kali sebab digunakan berulang kali pula. Sarang lama ini disebut pula sarang “bakpao”. Meskipun bentuknya tebal, namun harganya murah.
Panen ini juga dilakukan sesekali apabila gedung walet terkena bencana kemarau panjang atau kebakaran asap hutan. Kasus ini acapkali terjadi di daerah Kalimantan. Panen cuci gudang dilakukan karena efek dari kemarau atau kebakaran yang menyebabkan sarang dan telur walet turun kualitasnya.
Pernah ketika di Kalimantan Tengah dilanda kebakaran hutan dan asap menyelimuti gedung gedung walet hampir selama 2 bulan, berakibat kualitas sarang walet jelek baik warna maupun bentuknya. Musim kemarau yang kering, ditambah asap kebakaran, tidak hanya membuat susah manusia saja. Burung walet juga turut merana. Termasuk gedung saya juga menjadi korban asap, terutama gedung yang berada di daerah Buntok, Kalteng. Setelah asap mulai reda, serta mulai turun hujan, saya melakukan panen cuci gudang.
Semua sarang saya panen kecuali yang ada anaknya. Baik sarang yang belum jadi, sarang yang sudah jadi namun belum ada telurnya, maupun sarang yang ada telurnya semua dipanen habis. Kenapa? Karena kualitas sarang rusak akibat kemarau yang disertai asap tebal. Panen cuci gudang saya lakukan, agar pada periode berikutnya kualitas sarang lebih bagus, dan usia sarang menjadi sama. Sarang yang baru selesai dibikin waletpun tetap ikut dipanen. Lalu muncul pertanyaan. Apakah cara panen itu bisa dikategorikan panen rampasan?
Pada musim kemarau, umumya walet kesulitan mencari pakan. Populasi serangga makanan walet juga tidak banyak jumlahnya. Apalagi ditambah bencana asap kebakaran hutan. Banyak pohon sawit yang terbakar. Padahal sebelumnya walet mencari makan di semak semak rimbun popohonan sawit itu.
Akibat asap kebakaran hutan ini kualitas sarang walet sangat jelek. Baik bentuknya, warnanya, juga keutuhan sarangnya. Karena kualitas jelek, harga jual sarangpun rendah. Sarang yang retak-retak akan membahayakan anak walet. Tidak hanya itu, akibat pakan berupa serangga kecil berkurang kualitas kesehatan walet juga menurun. Terutama induk walet yang sedang mengandung telur yang butuh nutrisi lebih. Imbasnya ke kualitas telur yang ditetaskan juga nantinya kurang sehat.
Jadi dalam kondisi khusus ini yang sesekali, wajar apabila dilakukan panen buang telur. Nanti pada musim hujan jumlah serangga lebih banyak, telur walet yang dihasilkan akan lebih sehat. Walet yang lahir akan lebih produktif.
Dalam melakukan panen cuci gudang, berprinsip seperti panen umumnya yakni tidak menganggu walet. Panen dilakukan paling lama 3 jam dalam 1 hari, agar walet yang mau masuk gedung tidak terlalu lama “menunggu di depan pintu”. Jika terlalu lama walet bisa gelisah dan marah. Secara ekonomi, panen cuci gudang ini akan “menguntungkan” karena jumlah panenan akan lumayan banyak. Gedung walet juga terasa lebih luang dan fresh untuk walet, karena sarang ‘stok lama’ yang ‘expired’ dikeluarkan.
Salam sukses.