Burung seriti (collocalia esculanta) dan burung walet ( collocalia fushipaga) boleh dibilang bersahabat. Kedua jenis burung ini bisa hidup berdampingan dalam 1 gedung yang sama. Bahkan bukan saja sebagai sahabat, burung seriti bersedia ” ditugaskan” sebagai induk angkat yang setia mengerami telur burung walet. Dan saatnya telur walet menetas, burung seriti tetap bertanggung jawab menyuapi, memelihara & membesarkan anakan walet itu bagai anaknya sendiri hingga mampu terbang.
Ada beberapa kemiripan antara kedua jenis burung tersebut, yaitu :
1. Secara fisik bentuknya hampir sama, baik tubuh, sayap, paruh termasuk kakinya yang lemah hanya bisa menempel tak mampu berdiri dan tak mampu menopang tubuhnya sehingga tak pernah tampak bertengger di kabel listrik. Jika tampak ada burung yang sekilas mirip burung walet namun bisa bertengger di kabel listrik di jalan atau depan pertokoan, bisa dipastikan itu bukan seriti atau walet.
2. Cara terbangnya hampir sama, juga suka melayang-layang sesekali mengepakan sayapnya. Sehingga kadang sulit dibedakan saat terbang di ketinggian, kecuali bagi yang sudah terbiasa, maka biarpun dari kejauhan bisa membedakan itu walet atau seriti.
3. Cara makan sama yaitu dengan cara terbang menyambar serangga. Walet dan seriti tidak bisa makan sambil mematuk seperti burung lainya. Walet dan seriti makan dengan cara menyambar serangga yang berterbangan. Serangga yang tidak terbang, tidaklah mungkin bisa termakan oleh seriti atau walet.
4. Jenis makanan juga sama yaitu serangga kecil yang beterbangan di perkebunan, kelapa sawit, tanaman tebu, jagung, semak2 dll juga di areal persawahan, ladang dan areal hutan. Sering pula kita lihat walet dan seriti mencari makan di lokasi penggilingan padi atau daerah peternakan ayam.
5. Seriti dan walet adalah jenis burung yang tidak mau buang kotoran di dalam sarang. Mereka menjatuhkan kotorannya ke lantai. Perilaku itu bukan saja pada walet atau seriti dewasa. Bahkan sejak anak burung masih merah, cara buang kotoranya yaitu pantatnya mundur ke bibir sarang. Saat terbang mau masuk gedung, kedua jenis burung ini juga buang kotoran. Coba perhatikan di sekitar LMB/ atau dinding roving room, pasti banyak menempel kotoran seriti & walet. Atap asbes atau genteng rumah di sekitar gedung walet tak bisa terhindar dari kotoran kedua jenis burung ini.
6. Walet dan seriti bertelur 2 butir warna putih. Ukuranya sedikit lebih besar telur walet. Kedua jenis burung ini mengeram dalam waktu yang sama yaitu 3 minggu, dan mengasuh anaknya hingga terbang sekitar 45 hari.
7. Naluri dan cara membuat sarang juga sama yaitu membangun sarang menempel pada papan sirip, pada balok, pada dinding gedung atau dinding bebatuan goa alam. Keduanya memilih tempat yang aman dari jangkauan predator yang bisa mengancam keselamatan populasinya.
8. Bentuk sarangnya juga sama, ada bentuk mangkok, sudut, bahkan pada plafon yang kasar seriti juga bisa membuat sarang lidah naga.
9. Walet dan seriti juga mengeluarkan air liur saat membuat sarang. Bedanya, produksi liur walet lebih banyak, sedang burung seriti hanya sedikit memproduksi air liur, sehingga saat burung seriti membuat sarang perlu menambahkan rumput kering, daun cemara, daun pinus, lumut, dan kadang tali rafia atau plastik. Sarang seriti cukup kuat karena bahan2 tadi di lem dengan air liurnya
10. Sarang seriti juga memiliki nilai ekonomi yaitu laku dijual namun harganya murah sekitar Rp 150.000/ kg. Berbeda dengan harga sarang walet yang saat ini kisaran Rp 15 jt/ kg.
Perbedaanya antara lain :
- Burung seriti tidak perlu tempat gelap dan lembab. Asal suhunya tidak lebih 30 derajat celcius biarpun kelembapan rendah dan cahaya terang, seriti tetap mau tinggal di tempat tersebut.
- Variasi suara dan volumenya juga berbeda. Seriti hanya memiliki sedikit “kosa kata” dengan volume yang rendah, bahkan lebih pendiam dibanding burung walet yang banyak variasi suaranya, lebih “cerewet” dan keras volume suaranya.
- Warna bulunya juga berbeda, bulu burung walet dari kepala, punggung, sayap dan ekor berwarna coklat tua dan bulu dada coklat muda, sementara burung seriti, hitam kehijauan dengan bulu dada warna putih.
Di Indonesia burung seriti lebih sering di jumpai di pulau Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok, NTB, NTT, Maluku juga di Halmahera. Di Manado populasi seriti juga banyak, termasuk di Davao (Filipina).
Burung seriti membuat sarang di tempat terlindung dari panas dan hujan. Tidak pernah membuat sarang di pepohonan. Seriti memilih bersarang di goa-goa, di bawah jembatan, atau di rumah penduduk. Di Bali burung seriti banyak bersarang di lumbung padi (jineng).
Rumah yang dihuni burung seriti, selanjutnya bisa “disulap” menjadi rumah walet, meski hal ini membutuhkan proses waktu yang tidak sebentar. Secara ringkas bisa dijelaskan, saat seriti bertelur, maka telurnya bisa diganti dengan telur walet selanjutnya seriti akan memelihara anak angkat tersebut hingga bisa terbang dari sarangnya.
Tanggal 30 September kemarin saya berada di Kupang NTT. Ini kedatangan saya yang kedua kali. Saya kontrol gedung Daniel. Sebelumnya populasi 100% burung seriti. Setelah melalui proses ganti telur, maka sekarang sudah mulai banyak populasi walet di gedung tersebut. Secara rutin Daniel mengganti telur seriti dengan telur walet yang ia beli dari Surabaya. Populasi seriti yang ada, difungsikan sebagai induk angkat bagi burung walet. Perlahan namun pasti, usaha Daniel kini mulai membuahkan hasil.
Kedatangan saya kemarin, mengatur pembagian ruang, yaitu kamar untuk walet dan untuk seriti. Bahan untuk sekat ruang cukup menggunakan terpal. Selain itu saya pasang juga tata suara.
Kepada Daniel saya sampaikan bahwa beradaan burung seriti tetap harus dipertahankan sebab burung kecil itu merupakan asset. Biarpun nilai ekonominya rendah karena sarangnya hanya laku murah, namun fungsinya bisa sebagai; mesin tetas dan ibu asuh agar populasi walet cepat meningkat di dalam gedung tersebut.