Kasus pencuri sarang burung walet masuk gedung di malam hari dengan berbagai cara, ternyata menorehkan catatan duka dan suka. Ada hikmah dibalik musibah. Ada kegembiraan setelah kesedihan.
Dukanya yaitu, ratusan telur dan anak walet mati sia-sia. Ini akibat panen paksa malam hari oleh para maling. Semua sarang yang nempel di papan sirip dibabat habis. Tak peduli sarang berisi telur atau anak. Yang penting kerja cepat dapat hasil. Telur dan anak dibuang begitu saja di lantai. Keesokan harinya pemilik masuk gedung dan mendapati korban berceceran. Secara fitrah manusiawi pasti sedih melihatnya.
Selain itu jadwal panen sarang yang sudah direncanakan, ternyata keduluan maling. Padahal sudah janjian dengan pengepul, karena sebagian hasil penjualan sarang rencananya untuk membayar biaya semester kuliah anak.
Kerugian dari musibah itu tidak sedikit. Semua sarang dipanen tanpa sisa. Wajar kalau pemilik gedung sedih.
Kesedihan masih berlanjut. Induk walet yang terpaksa berhamburan keluar malam menyelamatkan diri, pada keesokan harinya mengalami stres berat. Tiap pagi dan sore hanya keliling di sekitar gedung dengan gerakan terbang yang liar, tak berani masuk gedung. Kejadian malam itu membuat burung walet trauma. Sarangnya hilang, juga telur dan anak. Walet terbang berputar-putar di atas gedung dengan suara sedih yang lirih. Begitu pula hati pemilik gedung, juga diliputi kesedihan.
Saya sering mendapat laporan atas kasus ini. Melalui whatsapp member mengeluh dengan isi kalimat yang sarat kepiluan, tak lupa dibubuhi emotion; air mata meleleh. Member dilanda kekhawatiran. Khawatir induk walet yang mengalami trauma itu akan pindah ke gedung lain. Member was-was hal itu terjadi. Jika benar induk walet kabur ke lain tempat, kesedihan tambah bertumpuk-tumpuk. Ibarat pepatah, sudah jatuh masih ketimpa tangga.
Kejadian ini pernah dialami Pak Syamsudin member dari Rejang Lebong, Bengkulu. Suatu malam RBW 5 tingkat miliknya disatroni maling. Ratusan telur pecah dilantai, banyak anak walet yang mati berserakan. Sarang walet di papan sirip raib dipanen tergesa-gesa oleh sekawanan pencuri. Induk walet terbang berhamburan panik keluar malam menyelamatkan diri.
“Pak Syamsudin tak perlu sedih. Musibah itu akan diganti dengan berlipat ganda. Sarang yang hilang akan ada lagi bahkan dengan jumlah yang berlipat. Dari kejadian itu populasi walet justru akan tambah banyak dibanding sebelumnya,” kata saya menenangkan.
” Masak iya pak?” tanya beliau setengah tak percaya.
” Hampir 90% RBW yang dijebol maling dalam waktu 3 sampai 6 bulan ke depan populasi waletnya meningkat lebih banyak.”
” Kenapa bisa begitu?”
” Burung walet yang kondisinya trauma tidak akan berani masuk gedung. Perilakunya hanya terbang berputar2 di atas RBW. Sebagian walet hendak masuk LMB namun mental lagi. Begitu berulang-ulang. Ternyata perilaku stres itu mengundang burung walet dari gedung lain berdatangan ikut bergabung. Jumlah burung walet yang datang selama masa trauma itu semakin banyak. Nah ketika traumatik berangsur pudar, koloni burung walet akan berbondong-bondong masuk ke dalam gedung diikuti oleh koloni walet lain. Ini yang membuat populasi meningkat secara drastis.”
Rabo kemarin tanggal 22/01 Pak Syamsudin ditemani ibu berkunjung ke kantor. Ini perjumpaan yang ke 4 kali. Beliau mengaku lebih puas konsultasi secara langsung karena lebih detail dan jelas. Yaitu mengenai rencana pembangunan RBW berikutnya. Disela acara diskusi, beliau ingat kejadian lama dimana RBW pertama, pernah disatroni pencuri. Pasca musibah itu terbukti ada hikmah. Yaitu populasi walet meningkat drastis sesuai jawaban yang saya sampaikan saat itu.