Apakah Anda para pembaca Duniawalet merasa musim kemarau kali ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya? Hal tersebut bukan perasaan semata, karena musim kemarau kali ini menjadi lebih panjang akibat fenomena El Nino yang berimbas ke wilayah Indonesia.
El Nino adalah fenomena atmosfer yang disebabkan oleh peningkatan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian timur. Peningkatan suhu ini membuat udara basah yang dibawa ke wilayah Indonesia berkurang. Udara yang masuk ke wilayah Indonesia relatif kering dan membuat curah hujan berkurang.
Menurut prakiraan BMKG, fenomena El Nino masih akan bertahan sampai akhir tahun 2023. Saat ini saja, 63% wilayah Indonesia sudah masuk musim kemarau dan terdampak El Nino. Fenomena iklim El Nino ini membuat penurunan curah hujan diperkirakan akan terjadi di akhir tahun. Nah pertanyaanya, apakah anomali El Nino ini berimbas ke aktivitas budidaya walet?
Jawabannya..Tentu saja.
Musim kemarau pada umumnya menyebabkan perubahan cuaca dan tingginya suhu udara. Kekeringan berimbas ke berkurangnya jumlah serangga sebagai pakan walet. Akibatnya terjadi perubahan perilaku walet. Perilaku walet meliputi aktivitas cari pakan lebih intens. Koloni walet pulang menjelang malam. Sedangkan aktivitas adaptasi gedung baru dan berkembang biak jadi berkurang. Berikut penjelasannya.
Walet susah cari pakan serangga, karena jumlah serangga di alam bebas sedikit. Agar kenyang, burung walet melebarkan radius mencari makan lebih luas bahkan lebih jauh. Ini berakibat, memakan waktu lama untuk memenuhi kebutuhan perut. Apalagi jika lokasi pakan sangat jauh, maka burung walet akan pulang ke RBW masing-masing dalam kondisi langit sudah mulai gelap.
Pada musim kemarau burung walet lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu mencari makanan. Burung walet tidak lagi sempat adaptasi pada gedung baru. Berbeda apabila gedung yang ditempati tidak memiliki suhu kelembapan yang ideal. Beberapa gedung walet, kondisi suhunya ikut naik terpengaruh musim kemarau. Walet bisa kabur mencari gedung lain yang kondisi suhu kelembapannya stabil.
Anakan burung walet juga rawan tidak pulang karena tersesat kemalaman mencari pakan. Apabila gagal pulang ke gedung asal, anakan walet akan tinggal di gedung lain yang dekat lokasi pakan.
Apabila area pakan terlalu jauh, koloni walet juga bisa melakukan migrasi ke daerah yang cenderung lembab yakni di lahan-lahan basah. Lahan basah dan berair seperti rawa-rawa, danau, hutan bakau, pertambakan, daerah aliran sungai akan jadi tempat berkumpul makhluk hidup, termasuk serangga dan walet. Apabila ada RBW yang sudah berdiri di sekitar lahan basah tersebut tentu jadi sasaran bagi walet-walet pendatang.
Fenomena El Nino serta musim kemarau ini adalah faktor eksternal. Perilaku walet yang berubah membuat kompetisi memperebutkan walet makin ketat. Walet fokus cari pakan hingga pulang malam, rawan pindah ke area pakan yang lebih berlimpah, serta pindah ke gedung yang lebih sejuk.
Sebagai pemilik gedung walet harus mengantisipasi dari awal dengan menyediakan kondisi suhu dan kelembapan yang stabil dan seideal mungkin. Agar pada musim kemarau, walet tidak berkurang, bahkan bisa bertambah karena masuknya walet pendatang baru dari gedung yang bersuhu tinggi dan berkelembapan rendah.