Agar dalam gedung walet kondisinya lembab, ada cara aktif dan cara pasif. Cara aktif yakni dengan menggunakan mesin kabut ataupun mesin lain yang bekerja secara aktif menghantarkan partikel kabut/embun. Sedang cara pasif, yaitu dengan menyediakan kolam air atau ember. Namun apabila suhu dan kelembapan gedung sudah sesuai habitat burung walet yaitu suhu 27-28 derajat celcius dan kelembapan di angka 80-90%) khususnya di lantai paling atas (3), pertanyaanya : apakah mesin kabut masih diperlukan? Apa akibatnya jika mesin kabut tetap dipasang di dalam gedung yang sudah lembab?
Kalau gedung sudah lembab, tentu tidak perlu lagi pasang mesin kabut. Apabila kelembapan dalam gedung berlebihan atau over, justru akan menimbulkan efek negatif. Baik negatif untuk ruangan walet maupun pada kualitas sarang walet. Akibat yang umum apabila kelembapan gedung tinggi, maka papan sirip akan mudah tumbuh jamur. Sedangkan efek pada sarang walet akan kenyal seperti karet karena kandungan airnya terlalu banyak.
Kelembapan ruangan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kadar air pada sarang walet sangat berlebihan. Sarang yang dibuat burung walet sulit mengering, dan akhirnya menjadi lentur seperti karet. Sarang karet tersebut biasanya sering ditemukan di lantai dasar gedung walet dimana angka kelembapanya tinggi di atas 100%. Jarak antara plafon dengan lantai yang pendek juga membuat kelembapan tinggi.
Selain kondisi kelembapan tinggi, apabila gedung memiliki suhu dingin, sarang walet akan tampak kehitaman. Itu disebabkan sarang walet bercampur dengan bulu-bulu induk. Kasus kelembapan yang over ini dapat ditemui di goa-goa walet di Kalimantan, Sulawesi, termasuk di NTB.
Kondisi iklim mikro dalam goa itu sangat tinggi, karena goa-goa tersebut alami minim diintervensi manusia. Suhu dalam goa sangat rendah di bawah 24 sd 19 derajat celcius, dengan kelembapan lebih dari 100%. Akibatnya sarang walet yang dihasilkan di goa-goa tersebut banyak sarang bulu. Sarang tampak hitam karena sebagian besar dibungkus oleh bulu induk walet.
Kondisi goa yang suhunya terlalu rendah dan kelembapan terlalu tinggi membuat sarang burung walet basah karena kadar air tinggi. Sarang tidak bisa kering. Mirip karet yang kenyal. Itu berakibat telur walet tidak menetas disebabkan embrio telur tidak sempurna mendapatkan panas tubuh induk. Embrio relur akhirnya mati akibat faktor kandungan air di sarang. Secara naluri maka induk walet membuat sarangnya terasa hangat dengan cara membuat ” kasur” dengan menggunakan bulu-bulunya sendiri.
Walet membangun sarang dengan cara menyusun bulu dengan perekat air liurnya. Dengan cara itu kadar air di sarang tidak banyak. Sarang jadi terasa hangat karena penuh bulu. Proses pengeraman berjalan normal. Embrio telur bisa hidup karena suhu panas bisa diperoleh saat induk mengeram.
Apabila ditemukan kasus dimana gedung walet sudah terdapat sarang walet karet yang kenyal dan sarang walet warna kehitaman, maka perlu segera dilakukan evaluasi atas kondisi iklim mikronya. Angka kelembapan harus diatur sesuai habitat burung walet. Jika terlalu tinggi harus diturunkan. Usahakan kelembapan maksimal diangka 90%. Cara menurunkan kelembapan antara lain dengan membuka pipa ventilasi supaya kelembapan bisa terbuang keluar. Gedung yang angka kelembapan tinggi, tak perlu lagi menggunakan mesin kabut. Karena akan sia-sia dan membuat kualitas sarang walet justru menurun. Simpan mesin kabut tersebut untuk berjaga-jaga apabila nanti di musim kemarau yang kering, agar kelembapan gedung bisa normal bisa digunakan mesin kabutnya.
Salam Sukses.