Namanya Pak Hasan. Masih ada hubungan saudara dengan saya. Sewaktu SMA sama-sama menimba ilmu di bangku sekolah Al Islam I Surakarta. Rumahnya di Jatinom Klaten (dekat pemandian Jolotundo). Namun saat ini beliau menempati rumah dinas di Jepara. Rumah yang di Klaten itu adalah rumah warisan yang dibiarkan kosong tanpa penghuni. Saat ini justru ditempati burung seriti (collocalia esculanta). Burung kecil ini masuk rumah melalui boven jendela kemudian bersarang di sudut-sudut plafon kamar. Sarangnya terbuat dari rumput kering yang bercampur dengan air liur. Pak Hasan mengaku dilema antara ingin merehab rumah tinggalnya, atau membiarkan populasi burung seriti bertambah banyak yang selanjutnya akan dikembangkan ke budidaya burung walet. Beliau masih menimbang-nimbang antara mau rehab rumah untuk tempat tinggal setelah pensiun, atau membiarkan rumah tua itu menjadi rumah seriti.
Maka beliau telpon saya. Saya memberi penjelasan panjang lebar hingga akhirnya beliau paham dan memutuskan untuk merehab rumahnya.
Burung seriti adalah jenis burung yang mirip burung walet (collocalia fushipagha). Baik dari segi fisiknya, cara terbang, cara makan juga cara membuat sarang. Ukuran tubuhnya lebih kecil daripada burung walet. Warna bulunya hitam kehijauan. Jumlah telur 2 butir warna putih. Air liurnya sedikit. Maka seriti perlu mencari rumput kering atau daun cemara/ pinus untuk membuat sarang dengan perekat air liurnya yang sedikit.
Populasi burung seriti banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi, Madura, Bali, hingga di Kupang NTT. Burung seriti bisa hidup berdampingan dengan burung walet dalam satu tempat. Bahkan burung seriti bisa dimanfaatkan sebagai induk angkat untuk mengerami telur walet dalam program putar telur. Yaitu mengganti telur seriti dengan telur walet, dengan tujuan agar populasi burung walet cepat meningkat.
Bagi peternak walet ( terutama di Jawa) pada tahun 80 an, selalu memanfaatkan jasa burung seriti. Rumah joglo yang dihuni burung seriti apabila dijual harganya mahal. Sebab ada nilai ekonomi di dalam rumah itu berupa populasi burung seriti. Semakin banyak burung seriti yang bersarang di rumah itu, harga rumah semakin mahal. Dengan semakin banyak populasi burung seriti maka akan semakin besar peluang keberhasilan untuk budidaya burung walet.
Tetapi Pak Hasan akan merehab rumah tinggalnya dan mengusir keberadaan burung seriti yang bersarang di dalam rumah. Alasanya adalah :
Pertama, jumlah sarang burung seriti masih sedikit. Baru terdapat belasan saja. Untuk berkembang menjadi ratusan sarang (yang menjadi syarat proses pergantian telur walet) masih perlu waktu yang cukup lama. Kedua, areal pakan seriti dan walet yaitu antara lain adalah lokasi persawahan dan perkebunan semakin banyak berkurang. Tiap tahun persawahan hijau berubah menjadi perumahan dan tempat usaha serta pabrik. Kondisi alam sudah jauh berbeda dibandingkan tahun 1980 an. Ini sangat berpengaruh pada perkembang-biakan populasi burung seriti dan walet.
Ketiga, tingkat keberhasilan pogram ganti telur, relatif kecil. Apalagi jumlah sarang seriti hanya belasan. Masih sedikit.
Ke empat, ini yang sangat penting yaitu cara budidaya burung walet saat ini lebih praktis menggunakan suara elektronik. Selain praktis, juga efektif dengan tingkat keberhasilan lebih tinggi. Pada tahun 80 an, untuk budidaya burung walet, petani masih menjalankan pola konvensional yaitu menggunakan jasa burung seriti sebagai induk pengeram telur walet dan pemelihara anak walet hingga bisa terbang. Cara sekarang lebih modern, yaitu dengan membunyikan suara elektronik, untuk memanggil burung walet datang dan menghuni gedung walet yang sudah disiapkan.
Dari pertimbangan itulah pak Hasan akan merehab rumahnya dan mengusir burung seriti agar mencari tempat hunian baru.