Mustafa bingung untuk menentukan langkah ke depan. Antara memperlebar bangunan RBW yang mulai berkembang, atau membangun RBW baru di lokasi lain?
Tabungan sudah ada. Dana sudah siap. Tapi hanya cukup untuk 1 unit bangunan saja. Mustafa masih menimbang-nimbang langkah terbaik.
Mustafa adalah member yang rajin konsultasi saat mendirikan bangunan RBW. Lokasinya di Kecamatan Donggo. Sekitar 75 km dari kota Bima. Perkebunan tanaman jagung yang luas di daerahnya merupakan areal pakan burung walet karena banyak terdapat serangga kecil. Lokasinya mirip ladang jagung yang luasnya ribuan hektar di wilayah Gorontalo.
Saat itu dengan dana yang ada, Mustafa membangun RBW paket hemat dengan ukuran 4 m x 5 m dengan tinggi 2 lantai. Menggunakan suara panggil Black Mambo dengan inap Internal Grand. Alhamdulillah, biarpun bangunan sederhana dengan suhu dan kelembapan yang tidak bisa maksimal, burung walet mau berkembang biak di dalamnya.
Hampir sebagian besar petani walet di Bima dan sekitarnya, termasuk daerah Dompu memilih membangun RBW paket hemat. Bangunan tidak luas dan tidak tinggi. Bahkan tidak sedikit yang berdinding batako tanpa plester. Lantai dari papan dan atap menggunakan asbes. Kenapa bangunan tidak tinggi? Alasanya takut roboh jika terjadi gempa. Daerah NTB memang rawan terjadi gempa. Namun yang pasti RBW paket hemat tidak membutuhkan investasi besar. Biarpun RBW minimalis yang penting berhasil. Dan terbukti burung walet mau menempati RBW sederhana tersebut.
Kembali ke Mustafa yang lagi bingung.
Lebih baik mana membangun RBW baru atau melebarkan bangunan RBW lama?
Menurut saya karena RBW Mustafa masih terdapat 100 sarang biarlah berkembang dulu. Jumlah 100 keping itu masih sedikit. Jika sarang dipanen semuanya baru sekitar 1 kg. Papan sirip masih banyak yang belum terisi sarang. RBW Mustafa paling tidak bisa terisi 500 sarang. Karena itu tak harus terburu melebarkan bangunan.
Untuk apa melebarkan bangunan toh populasi waletnya belum padat? Bukankah ada cara yang praktis dan murah untuk meningkatkan produksi tanpa harus menambah lebar bangunan? Yaitu dengan menambah papan sirip baru di antara sirip lama. Jika sebelumnya jarak antar papan sirip 40 cm, pasanglah papan sirip baru di tengah sehingga jarak antar papan sirip menjadi sekitar 20 cm. Apakah burung walet bisa bersarang di papan sirip yang jaraknya hanya 20 cm? Jawabnya bisa. Jarak antar sirip 10 cm pun walet bisa bersarang. Jadi, Mustafa tak perlu mengeluarkan dana besar untuk menambah kapasitas produksi. Cukup menyiapkan papan sirip baru. Praktis dan murah bukan?
Kepada Mustafa saya sarankan lebih baik membangun RBW baru lagi. Populasi burung walet di daerah itu sangat banyak. Areal pakan juga tersedia berlimpah. Bangunan RBW masih sedikit. Burung walet butuh tempat tinggal. Biarpun RBW sederhana terbukti burung walet mau menempati. Burung walet di Donggo butuh rumah. Itu merupakan momen yang tepat untuk melakukan investasi di bidang usaha budidaya walet. Mumpung terbuka kesempatan yang bagus.
Mendapat jawaban saya, dada Mustafa lega. Segera beliau akan pesan papan sirip. Untuk menambah sirip di RBW lama, dan untuk persiapan pada RBW baru.