Seusai menunaikan shalat Ashar di hotel tempat saya menginap di kota Ketapang, rekan saya pak Banu sudah siap menjemput. Sore itu kami kontrol ke lokasi gedung yang dalam tahap pembangunan. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara cermat dalam beberapa hari baik pagi maupun sore. Di lokasi tersebut tampak ribuan walet terutama sore hari pulang dengan terbang rendah sekitar 1 sampai 2 meter dari semak- semak sambil menyambar makanan.
Mobil mulai melaju ke arah pantai Tanjung Belandang. Namun tujuan kami sebenarnya tidak terlalu jauh. Lokasinya yaitu sekitar 10 atau 15 km dari Ketapang Kota. Sekitar 15 menit mobil sampai di Tanjung Pasar. Lalu masuk ke jalan kampung. Di daerah tersebut adalah proyek 1000 hektar lahan gambut untuk pertanian.
Proyek yang dikerjakan saat bp. Dahlan Iskan menjadi menteri pada jaman pemerintahan SBY. Tapi hingga kini proyek tersebut tidak dilanjutkan. Saat saya melewati daerah tersebut jam tangan masih di angka 4 sore. Cahaya matahari masih terang. Tapi luar biasa jumlah burung walet di lokasi tersebut. Pasti di lokasi itu banyak serangga kecil yang berkembang biak di semak pendek yang tumbuh di lahan datar yang sangat luas. Karena lahan datar maka walet bisa terbang rendah. Saya lihat dari jauh walet terbang sambil makan sore. Kemudian saya minta mobil berhenti. Turun dari mobil pengamatan saya di lokasi menjadi lebih luas. Pandangan bisa ke segala penjuru arah. Sore itu sebagian besar walet masih menyambar makanan dan sebagian kecil mulai terbang pulang ke arah kota. Di kampung kecil itu saya lihat baru terdapat 3 rumah walet yang dibangun non permanen dengan bahan dinding dari seng setinggi 3 lantai. Persaingan belum ketat.
Hari ke 2 kami turun ke lokasi lagi. Saya memilih jalur lain yaitu menyusuri sungai Pawan Ketapang.
Mobil menuju ke dermaga rumah adat. Disebut dermaga rumah adat karena di tempat itu terdapat rumah kayu bercat kuning dengan desain kerajaan. Banyak pengunjung lokal yang poto2 di rumah adat itu.
Mobil bisa numpang parkir tidak jauh dari dermaga. Pak Banu sudah menyiapkan speed milik perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kami mulai naik dan speed mulai menyusuri sungai.
Gedung walet tampak berdiri di tepian sungai. Jumlahnya ada 6 gedung. Melihat cat dindingnya saya perkirakan gedung itu sudah cukup lama. LMB nya menghadap ke sungai dan suara elektronik sahut menyahut mengundang walet masuk gedung.
Speed terus melaju di atas sungai yang konon masih banyak buaya. Saya lihat ke pohon liar dan perdu di pinggir sungai banyak walet terbang mencari makan. Sebagian yang lain melayang di langit kejar-kejaran. Lokasi yang berair seperti di sekitar sungai ini, membuat udara sekitar sejuk dan lembab. Semak belukar tumbuh subur karena banyak air. Dan serangga kecil makanan walet juga berkembang biak dengan pesat. Kesimpulan saya lokasi ini sangat prospek. Oleh karena itu kepada pak Banu saya rekomendasikan bisa membangun gedung untuk budidaya walet di lokasi tersebut.