Tanggal 17 Juli lalu saya ke pulau Bangka. Dari Bandara Ahmad Yani Semarang transit sebentar di Cengkareng kemudian lanjut menuju ke Bandara Depati Amir Pangkalpinang dengan pesawat yang sama – Garuda. Tujuanya ke Parittiga- Jebus Bangka Barat. Dari bandara perlu waktu tempuh sekitar 2 jam lebih.
Parittiga adalah salah satu sentra walet lama. Sentra walet lainya yaitu Toboali, Pangkalpinang, Sungailiat, Mentok, Koba dan Tempilang. Senta walet ini mulai marak dibangun pada sekitar 2005. Saat itu gedung-gedung walet yang dibangun permanen secara aktif berebut burung kecil berliur mahal. Suara elektronik terdengar riuh tiap hari.
Saya beberapa kali ke Parittiga membantu salah seorang member yaitu Arifin yang memiliki 2 buah gedung ukuran besar di tengah kota. Gedung walet tersebut dibangun sekitar 4 tahun lalu, ketika kota Parittiga sudah dijejali banyak gedung walet. Artinya member ini Arifin kurang jeli dalam pemilihan lokasi. Mestinya cari lokasi daerah pakan yang belum banyak kompetitor. Namun apa boleh buat. Gedung walet sudah terlanujur berdiri. Resikonya yaitu gedung walet lambat produktif karena persaingan sangat ketat. Ratusan gedung walet di tempat itu saling berlomba berebut burung. Wal hasil tidak sedikit gedung walet yang kalah bersaing sehingga hanya puluhan ekor walet yang menghuni.
Menangani gedung yang kurang produktif yang terlanjur berdiri di daerah sentra walet haruslah sabar. Dan kiat merayu burung walet juga harus dipahami secara cerdas. Dan yang lebih penting lagi yaitu pemilik harus menyadari bahwa awal pemilihan lokasi sudah tidak tepat. Sehingga butuh kesabaran dan perhatian.
Alhamdulillah setelah saya tangani, Arifin sekarang sudah bisa tersenyum lega. Dua unit gedungnya sekarang sudah berisi ratusan sarang dan terus berkembang. Sebelumnya, gedung yang pertama berisi puluhan sarang saja. Sedangkan gedung yang kedua nol sarang, alias gedung kosong.
Dalam kunjungan ke Parittiga kemarin saya ditemani Azis Rahman member dari Payung, Suriyadi member dari Sungai Sombor-Palembang dan Yudi member Parittiga.
Di Parittiga tidak sedikit gedung walet yang merana dan akhirnya dibiarkan mangkrak tidak terurus. Sebagian ada yang dijual dalam kondisi kosong atau hanya berisi puluhan sarang.
Saya menginap di losmen Asia, penginapan kecil namun lumayan bersih di kota timah ini. Di depan losmen ada Cafe. Sembari minum kopi saya sampaikan beberapa kiat dalam memilih lokasi yang prospek.
Secara garis besar ada tiga kategori lokasi, yaitu lokasi sentra walet, lokasi lintasan dan lokasi pakan.
Lokasi sentra walet ini masih bisa dibagi menjadi lokasi sentra sangat padat, lokasi sentra sedang dan lokasi sentra kecil atau sedang berkembang, dimana baru berdiri 1 sd 10 gedung walet di lokasi tersebut. Semakin terdapat banyak gedung walet di sebuah lokasi sentra, maka akan semakin berat persainganya.
Kondisi di kota Parittiga termasuk sentra walet yang sudah padat. Ratusan gedung walet dengan ukuran besar dan tinggi saling berlomba dengan berbagai cara agar dihuni oleh burung walet. Alhamdulillah, gedung walet milik Arifin, yang sudah terlanjur dibangun di tengah sentra walet padat, dengan kiat dan keseriusan, sekarang sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Esok hari kami melanjutkan perjalanan ke Penagan (bersambung)