Potensi Walet di Dompu adalah laporan berikutnya setelah melihat potensi walet Maumere. Dompu termasuk wilayah Nusa Tenggara Barat ( NTB) yang berada di pulau Sumbawa. Sedangkan Maumere masuk dalam provinsi NTT.
Tiket Maumere – Bima tanggal 23 Oktober sudah berada di tangan. Penerbangan pagi itu dari Maumere menggunakan pesawat ATR. Tidak ada penerbangan langsung antara Maumere-Bima. Mungkin jumlah penumpang tidak banyak maka harus transit Denpasar.
Pukul 08.30 Wita pesawat meraung lalu mengudara. Lautan biru dan pulau tandus terlihat dari jendela pesawat. Angin kencang membuat pesawat kecil sedikit bergoyang.
Pesawat transit 1.5 jam di bandara Ngurah Rai Denpasar. Kemudian melanjutkan terbang menuju Bima dan mendarat di bandara Sultan Salahudin Bima pukul 12.30 waktu Indonesia Tengah.
Saya dijemput member bang Dedi dan Bang Iskandar.
Bang Dedi berprofesi sebagai jurnalis media lokal yang masih gelisah karena rumah waletnya ukuran 4 m x 8 m tinggi 2 lantai masih berisi 50 sarang walet dalam 1 tahun ini. Sementara bang Iskandar adalah anggota dewan yang sudah bisa panen sarang walet sebanyak 10 sd 15 kg perbulan.
Setelah makan siang kami mencari tempat santai. Pilihan jatuh di Taman Panda. Taman dengan beberapa rumah panggung dari kayu yang dibuat oleh Pemda sebagai pemanis lanskap pantai Bima yang indah. Dedi pesan es kelapa muda. Siang yang gerah menjadi sedikit segar. Sementara angin berhembus deras.
Bang Iskandar membuka diskusi siang itu. Sementara dedi menyiapkan buku kecil untuk menggambar update tata ruang agar cahaya lebih redup.
Diskusi siang itu penuh suasana keakraban.
Sebenarnya ada member lama di Bima yang akan saya ajak bergabung. Namanya bang Amsal Sulaiman pemilik gedung walet ex Surabaya Teathre. Namun saya batal mengundang karena masih dalam kondisi duka cita, papahnya belum lama meninggal dunia.
Esok pagi saya siap meluncur ke Dompu. Jalan aspal mulus dengan pemandangan pantai Bima yang jernih. Lalu kami melewati kawasan tambak garam. Bima termasuk penghasil garam yang cukup besar. Mobil terus melaju masuk perbukitan dengan pepohonan yang lumayan teduh.
Tikungan tajam dan jalan berkelok adalah jalur biasa di perbukitan manapun. Pagi itu ratusan kera sudah menunggu di tepi jalan menghiba pengendara yang lewat agar melemparkan makanan, kacang, roti atau pisang.
Perjalanan antara Bima-Dompu ditempuh 1 jam. Dompu selain terkenal susu kuda liar juga mulai dikenal sebagai lokasi walet yang potensial. Data yang saya peroleh telah berdiri tidak kurang 500 gedung walet. Perkembangan ini melesat sejak 3 tahun terakhir setelah masyarakat setempat mengetahui nilai ekonomi yang tinggi dari harga sarang walet.
Sejak 15 tahun lalu populasi walet sebenarnya sudah berkembang di kota Dompu. Saya berkesempatan memotret bangunan pertama di Dompu yang dihuni burung walet yaitu berawal dari sebuah gudang bahan bangunan ukuran 6 m x 35 m dua lantai. Walet masuk dan bersarang di sudut balok tanpa dipanggil.
Semula pemilik tidak tau kalau ternyata ada sarang walet sebab ruko itu di sewakan ke orang lain. Setelah masa sewa habis, pekerja membersihkan gudang dan mendapati burung walet bersarang di dalamnya.
Ruko ini sekarang sudah dibangun 3 lantai. Namun burung walet tetap masuk melalui pintu awal di lantai bawah.
Informasi yang saya himpun tiap periode panen per 3 bulan sekali bisa diperoleh sebanyak 100 kg sarang walet dengan berbagai kualitas. Sekarang agar populasinya aman, pemilik menggunakan suara panggil Jaguar.