Gairah membangun gedung walet belakangan ini mulai tumbuh kembali setelah sebelumnya agak lesu akibat harga sarang walet yang terjun bebas. Tiap hari saya menerima telepon maupun SMS yang isinya menanyakan cara membangun gedung walet, pemilihan lokasi yang tepat dan lain sebagainya.
Hampir sebagian besar mereka yang menanyakan itu adalah pemain pemula. Mereka sama sekali masih nol dalam pemahaman tentang budidaya walet, karena itu perlu dibimbing agar tidak salah jalan. Dalam percakapan via telepon, saya menanyakan motivasi mereka, mengapa tertarik untuk membudidaya walet? Padahal harga sarang walet saat ini tidak sebagus empat atau lima tahun yang lalu.
Dari jawaban mereka dapat saya simpulkan sbb :
1. Bahwa bisnis sarang walet adalah bisnis yang masih sangat prospek. Ini tampak dari daya beli pengepul sarang walet yang terus menerus membutuhkan pasokan sarang walet dari petani. Jika bisnis ini tidak prospek, logikanya daya beli tengkulak juga akan lesu.
2. Bisnis sarang walet memiliki rentang waktu ke depan yang berjangka panjang, sehingga bisnis ini bisa diwariskan keanak cucu kelak.
3. Calon peternak walet melihat perkembangan kenaikan ekonomi para pemilik gedung gedung walet. Maksud saya, tetangga rumah yang memiliki gedung walet, ternyata bisa beli tanah, bisa beli mobil, bisa beli ini dan itu dan sebagainya. Ekonomi pemilik gedung walet yang terus membaik ini, menjadi penumbuh minat/ motivasi mereka untuk ikut membudidayakan walet juga.
4. Nilai investasi yang tidak lagi ratusan juta rupiah apalagi miliaran sebagaimana tampak pada gedung gedung walet “masa lalu”, dengan ukuran gedung yang besar, berdinding tebal, dan bertingkat tinggi. Mereka melihat tetangga kanan kiri yang memiliki gedung walet, ternyata butuh inves yang tidak mahal. Biarpun bangunan sederhana, misalnya tiang kayu dan dinding batako, ternyata berhasil dalam budidaya walet. Tidak sedikit pula bangunan walet yang hanya berdinding asbes saja, tapi hasil panennya menggiurkan. Nah ini juga sebagai penumbuh minat mereka. Untuk ini buku 18 Desain Gedung Walet Paket Hemat masih tersedia.
5. Cara perawatan budidaya walet yang relatif mudah, tidak seperti usaha lain yang harus dikerjakan secara harian. Ternak walet tidak seperti ternak ikan lele atau ternak ayam. Tidak perlu menyediakan makanan. Ini usaha sampingan, dengan resiko yang ringan pula.
6. Para calon pemain baru ini, melihat dengan mata kepala sendiri, para pedagang/ tengkulak/ pengepul sarang walet dari Jakarta atau Surabaya yang langsung datang ke rumah pemilik gedung walet di desa mereka. Betapa mudahnya cara jual sarang walet itu. Pengepul sarang walet secara rutin datang ke rumah dan transaksi dilakukan secara tunai. Ini menjadi faktor munculnya keinginan memiliki gedung walet sebagaimana tetangganya yang terlebih dulu menikmati betapa gampangnya menjual hasil panen sarang walet.
Ini beberapa kesimpulan dari analisa saya, mengapa belakangan ini gairah untuk membangun gedung walet mulai tumbuh kembali setelah beberapa tahun kemarin agak lesu. Dan faktanya, hingga sekarang kebutuhan pasokan sarang walet terus menunjukkan permintaan yang besar.
Seperti diketahui, Hongkong adalah negara tujuan para eksportir sarang walet. Dan negara pemasok sarang walet yaitu Malaysia, Thailand, Vietnam. Negara pemasok terbesar adalah Indonesia. Apakah permintaan sarang walet terus bertambah tiap tahunnya? Jawabnya sederhana. Mari coba kita hitung, misalnya pada 4 tahun yang lalu, jumlah total produksi sarang walet Indonesia mencapai 10 ton, tentu sekarang ini dengan bertambahnya populasi walet tiap tahunnya, sarang yang dihasilkan pasti lebih besar dari 10 ton bukan? Jika dihitung dengan perkalian perkembangan populasi burung walet tiap tahunnya, misalnya bertambah 50 % saja, maka dalam 4 tahun, jumlah produksi sarang walet Indonesia bisa mencapai 30 ton. Dan jumlah sebanyak ini, hampir 99 % diekspor.
Silahkan dihitung juga, total produksi sarang walet di Malaysia, di Vietnam juga di Thailand. Semuanya juga di ekspor ke Hongkong. Ini artinya kebutuhan sarang walet tersebut ternyata tiap tahun terus membengkak. Tanggal 1 sd 5 Nopember 2014 kemarin saya berada di Sanghai, China. Teman saya Rudy bilang, kebutuhan sarang walet ini pasti akan terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk China. Disisi lain pendapatan perkapitanya terus membaik karena ekonomi China secara makro juga terus meningkat pesat.
Sekedar informasi saja,
1. Hari ini, tgl 9 Nopember 2014, saya berangkat ke Jakarta, naik Kereta Api Menoreh dari Stasiun Weleri berangkat pukul 08.30, sampai Stasiun Senin-Jakarta, pukul 14.15 wib. Lalu naik Taxi ke hotel “low budget” tidak jauh dari bandara Soekarno Hatta. Langganan saya yaitu Pop Hotel Cengkareng.
2. Saya transit 1 malam saja. Sesuai jadwal ada 2 orang klien baru yang janjian ketemu saya di hotel tersebut. Klien pertama, yaitu Bp Muhammad Mukhlas SH, teman lama yang sudah 25 tahun tak pernah jumpa, sahabat dekat sewaktu di SMA Al Islam Surakarta. Beliau sekarang sukses dalam profesinya sebagai pengacara. Beliau yang masih awet ganteng itu ( saya lihat fotonya di akun Facebook), berminat membuka Cafe Kopi Walet di Jakarta. Perlu diketahui, untuk sementara, usaha kerja sama ( bukan sistem Franchise) Cafe Kopi walet hanya di pulau Jawa saja. Belum merambah ke luar Jawa. Bp Mukhlas cukup menyediakan tempat/ ruko dan peralatan komplit Cafe. lalu beliau cukup duduk manis saja, dan yang kerja mengelola Cafe tersebut adalah tim saya. Tiap bulan dilihat keuntungannya, dan secara transparan hasil bersihnya dibagi 40 %-60% per tiga bulan.
Kopi Walet adalah produk pertama di Indonesia, saya adalah ownernya. Ini Kopi Hebat, Kopi Nikmat, dan penuh khasiat. Cafe Kopi Walet sudah berjalan hampir 3 tahun. Sebentar lagi saya buka di Solo, jl. Menco Raya, dekat kampus UMS. Disusul Tegal, Cirebon, Bandung, Jogjakarta. Jika anda berminat silahkan kontak saya.
3. Klien kedua, Bp Yasin. Beliau mau membangun gedung walet yang kedua, lokasi di Sangatta Kalimantan Timur. Gedung yang pertama ( juga di Sangatta) produksinya kurang memuaskan, dalam jangka waktu 3 tahun hanya ada 1000 sarang. Beliau meminta saya menggambar desain gedung walet yang benar, agar koloni walet mudah masuk dan suka bersarang secara produktif dalam gedung tersebut. Sangatta memang termasuk lokasi yang prospek untuk budidaya walet.
4. Senin pagi 10 Nopember pukul 08.00 saya harus sudah di bandara untuk penerbangan ke Pekanbaru. Bapak Agung, Klien saya yang tinggal di Ujung Batu sudah siap menjemput saya di Bandara.
5. Selesai kerja di Pekanbaru, pulang ke rumah, istirahat 4 hari. Jadwal selanjutnya ke Bima-NTB. Di sana Bp. Galih sudah siap menunggu. Saya diminta survei sebuah gua walet yang produktif.
6. Selanjutnya, saya harus nengok gedung walet saya di Kerengpangi-Palangkaraya, juga di Bengkuang-Buntok, juga di Sungai Kayu-Kapuas, Kalimantan Tengah, Saya akan ajak anak saya Nafies agar tau bahwa bapaknya punya gedung walet di pelosok Kalimantan. Suatu hari nanti dia bisa menggantikan saya dalam panen sarang walet.
7. Di gedung walet Bengkuang itu, Nafies juga akan mendokumentasikan proses panen sarang walet, menjadi film pendek. Saat ini Nafies masih kelas 3 SMA Home Scooling di Semarang, dan film dokumenternya yang berbau kental budaya China, yang berjudul Wayang Potehi, mendapat juara pertama dalam Festival Film Nasional yang diselenggarakan di Dieng-Jawa Tengah Agustus 2014 kemarin.
8. Di Bengkuang ini, saya juga akan mencarikan lokasi tanah untuk teman saya Rudy yang berdomisili di Sanghay. Rupanya teman saya ini, ingin punya gedung walet juga.
Pagi ini, 9 Nop 2014, sehabis shalat Subuh, nada SMS di HP saya berbunyi… ting tung…ting tung…Saya buka HP, saya baca SMS dari teman saya Akiang. Isinya: “Pak Arief, kapan bisa berangkat ke Samarinda dan ke Bontang lagi. Sebab tgl 16 Nopember, Achient mau berangkat ke luar negeri lagi … Gairah budidaya walet memang mulai tumbuh lagi..Alhamdulillah.