Jika ada dokter yang menekuni budidaya burung walet, salah satunya adalah dokter Y. Tercatat sekarang ini ada 20 unit lebih RBW ( Rumah Burung Walet ) milik beliau yang dibangun di berbagai daerah di Jawa Barat. Tiap kali panen bisa diperoleh ratusan kilogram. Berapa rupiah yang beliau peroleh ?
Hmmm … Jika misalnya 1 unit gedung bisa menghasilkan 10 kg sarang walet dengan harga rata-rata Rp 10 juta/ kg, maka pundi-pundi rupiah bisa berhasil beliau kantongi. Sementara biaya pengeluaran sangat kecil. Sebab walet adalah burung liar yang mencari makan di alam bebas.
Saya kenal dokter Y saat beliau ikut sebagai peserta seminar walet yang saya selenggarakan di Hotel Puncak Cianjur, pada Januari 1999.
“Nama saya Y. Pekerjaan dokter yang bertugas di Puskesmas Sindangbarang,”
kata beliau memperkenalkan diri. Saya masih ingat beliau membawa 2 karung sarang burung seriti dari daun pinus kering.
Sindangbarang adalah kota kecil di tengah perbukitan subur di Cianjur Selatan. Suhu berkisar 25 sd 29 C, dan kelembapan lingkungan 80 %. Menuju ke sana membutuhkan waktu tempuh perjalanan darat sekitar 6 jam dari kota Cianjur. Melalui jalan aspal naik turun dan berkelok-kelok.
Jalur ini banyak dilewati wisatawan yang ingin melihat lanskap exotis pantai laut selatan.
Di Sindangbarang, Dokter Y juga memiliki RBW bekas gedung bioskop yang sudah tutup karena banyak dihuni burung seriti. Oleh dr Y, diambil alih dan dikembangkan untuk budidaya burung walet. Tiap hari selepas tugas melayani kesehatan masyarakat, beliau rajin mengontrol usaha budidaya waletnya.
September 2018, saya kembali bertemu beliau di hotel Banjarbaru Kalimantan Selatan. Beliau mengikuti seminar walet yang saya selenggarakan.
“Masih ingat saya pak Arief? Sudah 20 tahun kita tidak berjumpa,” sapa beliau sebelum acara seminar dimulai.
Saya amati sejenak. Memori saya mundur ke belakang. Raut wajahnya masih melekat diingatan saya. Fisik tidak banyak berubah. Hanya rambut mulai tumbuh uban. Senyumannya masih seperti dulu. Saya jabat erat tanganya.
“Saya ingin menimba ilmu lagi,” katanya sambil tersenyum.
Beliau sekarang sudah pensiun dan fokus mengembangkan usaha budidaya walet.
“ Saya ingin mengembangkan usaha budidaya burung walet di Kalimantan. Tolong dipandu ya pak,” pintanya.
Saya rekomendasikan beberapa titik lokasi yang prospeknya bagus. Yaitu di daerah Kandangan. Jarak tempuh sekitar 4 jam dari Banjarbaru. Kota ketupat ini merupakan daerah yang banyak lahan gambut dan rawa-rawa yang potensial sebagai sumber pakan melimpah dalam jangka panjang. Saya sendiri sudah memiliki beberapa lokasi di daerah ini.
Tidak butuh waktu lama, 9 titik lokasi dipinggiran kota Kandangan sudah beliau bebaskan. Siap untuk dibangun RBW baru.
” Ini usaha passive income.
Biar yang menikmati anak cucu,” jelasnya.
Saya salut pada beliau. ketekunan memang mengantarkan ke jenjang kesuksesan.