Apakah arah lubang masuk burung ( LMB ) harus memperhitungkan arah angin berhembus? Apakah itu berpengaruh bagi perkembangan populasi walet dalam gedung? Bagi anak walet, apakah hal itu menjadi problem serius?
Selama ini saya selalu menyampaikan bahwa posisi LMB sebaiknya menghadap walet pulang sore hari. Itu berdasar alasan rasional bahwa walet akan mudah melihat LMB. Namun pada lokasi tertentu misalnya pada dataran tinggi atau lokasi dekat pantai dimana angin kencang selalu berhembus, posisi LMB harus disesuaikan dengan kondisi setempat.
Belum lama ini saya harus memilih posisi LMB yang tepat pada sebuah gedung walet yang lokasinya di pinggir pantai. Angin tiap sore berhembus kencang dari arah laut.
Lokasi gedung ini hanya beberapa ratus meter dari bibir pantai. Posisi gedung di atas perbukitan. Pandangan mata sore hari bisa bebas menikmati matahari tenggelam pelan masuk ke dalam laut. Tidak ada pepohonan yang tinggi di sekitarnya sehingga angin pantai langsung menerpa ke wajah gedung walet itu.
Ukuran LMB 80 cm x 60 cm dan arahnya semula menghadap barat, sebab koloni walet datang sore hari cari makan di pulau seberang.
Dari teori standar, arah LMB sudah benar yaitu menghadap walet datang sore hari dari arah barat. Namun pada kasus gedung ini, angin berhembus dari arah barat juga. Apa yang terjadi? Koloni walet harus berjuang masuk LMB ditengah angin deras. Tampak walet berulang kali berusaha masuk dengan hati-hati kawatir tubuhnya membentur bibir LMB akibat dorongan kencang angin pantai. Walet anakan gagal masuk LMB dan hanyut terbawa kuatnya angin.
Menurut Jeffry, pemilik gedung, memang di daerah ini angin sangat kuat baik pagi siang dan sore karena lokasinya di perbukitan yang hanya 300 meter dari pantai. Oleh karena itu saya harus memilih posisi lmb ” terbalik”, yaitu membelakangi arah burung pulang. Ini untuk menghindari hembusan angin kencang tiap pagi-sore saat koloni walet adaptasi pada gedung baru. Dengan posisi LMB di belakang, angin tidak sekuat dibanding LMB di depan, sehingga koloni walet bisa terbang santai masuk LMB.
Tanggal 9 Agustus 2018 kemarin saya kontrol sebuah gedung walet di Palu. Lokasinya di tengah kota. Tinggi gedung 3 lantai dengan konsep paket hemat. Populasi waletnya lambat, sejak on 8 bulan lalu hanya beberapa ekor walet yang bikin sarang. Kondisi suhu sebelumnya agak tinggi 29″ celsius namun setelah di plamir dan cat putih tebal, suhu turun 2 derajat.
Posisi LMB sesuai arah walet pulang sore hari. Begitupun void sudah sesuai mengikuti posisi LMB. Gedung dibangun di lintasan besar di mana sore hari ribuan walet melintas ke pusat kota ke sentra walet Palu.
Tata ruang sudah oke. Cahaya gedung diatur remang-remang. Suara sudah disetting pas baik tribel maupun bassnya. Semua sudah sesuai teori. Tapi kenapa walet lambat berkembang, termasuk anak walet tidak pulang? Pemilik gedung sudah angkat tangan. Apanya yang kurang tepat?
Sore itu sekitar jam 17.00 saya berada di lokasi untuk menganalisa kasus gedung tersebut. Saya duduk menghadap LMB didampingi Ilham Marzuki, Jefri dan bang Budi team duniawalet Sulawesi Tengah. Angin berhembus kencang. Koloni walet mulai melintas pulang.
Semakin mendekati azan magrib jumlah koloni walet semakin banyak yang terbang melintas menuju kota. Tapi kenapa yang mampir mendekat LMB cuma beberapa ekor saja?
” … Kenapa sebagian besar walet yang terbang melintas sore itu tidak tertarik mendekat LMB? … Sepertinya cuek atau tidak mendengar suara panggil yang memancar dari LMB tersebut ..?”
” Karena lmb kurang efektif memanggil walet datang”.
“Bukankah volume suara LMB sudah keras sekitar 60 sd 70 DB ?”
” Betul, tapi gelombang suara hanyut dibawa hembusan angin sehingga walet kurang mendengar panggilan suara dari LMB tersebut ..”
Sore itu kami melihat koloni walet penghuni gedung pulang, namun harus terbang memutar beberapa kali baru berhasil masuk LMB. Walet terlihat kesulitan karena terpaan angin yang sangat kuat apalagi walet anakan. Burung walet harus hati hati agar saat masuk LMB tubuhnya tidak membentur bibir tembok.
Tubuh ringan burung walet yang hanya berbobot 10 sd 15 gram itu tak mampu melawan derasnya angin.
Tidak jauh berbeda dengan dunia penerbangan. Inilah mengapa kadang saat angin deras, bandara terpaksa ” close” melarang pesawat yang hendak mendarat. Tujuanya untuk savety agar tidak terjadi insiden saat landing.
Dari kasus tersebut saya harus memilih posisi LMB tepat, yang tidak terganggu oleh hembusan angin. Angin berhembus dari utara, koloni walet pulang sore kebanyakan dari arah timur. Posisi LMB yang efektif yaitu menghadap selatan dengan tujuan agar koloni walet bisa dengan mudah masuk LMB. Sebab angin kencang di lokasi tersebut hampir selalu berhembus baik pagi maupun sore hari, sehingga pemilihan posisi LMB yang pas harus diperhitungkan dengan tepat.
Semoga bermanfaat.