“Pak Arief, kata teman, burung walet yang sudah menginap di dalam RBW akan takut dan bisa kabur jika dipasang CCTV (Closed Cirkuit Television) ? Sebab pada malam hari cahaya merah (infra red) di kamera pemantau itu akan tampak jelas. Benarkah demikian?”
Ini pertanyaan yang sering dikonsultasikan member. Bisa dimengerti, bahwa member berhati-hati untuk memberi perlakuan pada RBWnya. Dan berusaha semaksimal mungkin memberi kondisi nyaman pada RBW nya yang baru saja on. Jangan sampai ia melakukan hal-hal yang bisa membuat walet kabur.
” Pak Arief, saya rencana pasang CCTV agar bisa memantau burung walet yang masuk gedung dan melihat saat malam hari burung walet yang sudah menginap dalam ruangan. Betulkah infra red yang menyala akan membuat burung walet kabur? “
CCTV bermanfaat untuk memantau kondisi di dalam RBW baik siang dan malam hari. Dengan alat tersebut bisa diketahui aktifitas burung walet di dalam gedung. Selain itu juga penting untuk memantau jika ada predator yang membahayakan burung walet. Siapa tau ada tikus masuk dalam gedung, atau ada burung hantu yang bersembunyi di sudut ruangan.
CCTV juga sebagai solusi agar pemilik tidak penasaran ingin masuk ke dalam gedung. Kadang terjadi, untuk melihat perkembangan burung walet, member mengintip lewat lubang pintu. Salah seorang member di Ketapang-Kalbar, membuat dinding kaca agar bisa tembus pandang melakukan pemantauan. Hal itu tidak lain untuk melampiaskan penasaran agar bisa mengetahui aktifitas burung walet dalam gedung.
Yang lucu, ada member yang mengendap-endap masuk RBW malam hari. Agar burung walet tidak mengetahui kedatanganya, ia membungkus seluruh tubuhnya dengan kain sarung. Tujuanya tidak lain ingin mengetahui sejauh mana progres di RBWnya.
Itulah sekelumit kejadian faktual pada member pemula.
Saya ingat sekitar tahun 2005 diundang ke Aceh Singkil, masuk dalam Kabupaten Aceh Selatan. Ini daerah pesisir pantai yang lebih dekat dari Medan ketimbang dari Banda Aceh. Karena itu saya memilih flight Jakarta- Medan.
Turun di bandara saya sudah dijemput pak Abda. Dari kota Medan menempuh perjalanan darat sekitar 6 jam melewati kawasan wisata Brastagi. Banyak villa dibangun di dataran tinggi yang berhawa sejuk ini. Layaknya di Batu Malang atau di Cipanas-Bogor. Di kanan kiri jalan banyak penjual jagung rebus. Tapi kami mengejar waktu. Arloji menunjukkan angka 12 siang. Mobil melaju kencang di aspal mulus yang berkelok2. Pak Abda sudah hapal kondisi jalan. Ini bisa saya rasakan dari cara nyopir serta injakan pedal gas. Kecepatan mobil sedan yang kami kendarai kadang membuat jantung saya berdegub. Andrenalin sempat naik sampai ubun-ubun.
Sampai di lokasi tampak beberapa RBW sudah berdiri. Populasi walet di RBW pak Abda paling padat. Sebab itu yang pertama. Semula bangunan gudang. Koloni walet masuk sendiri tanpa diundang karena butuh tempat. Lalu populasi berkembang secara pesat. Saya mengamati ribuan burung walet pulang kandang saat adzan magrib berkumandang.
Selepas shalat Isya, Pak Abda mengajak masuk ke ruang pemantauan. Ada kamar khusus berisi 6 buah televisi ukuran 21 inci yang disusun di atas meja. Ini TV khusus yang disambungkan ke CCTV dalam RBW. Dikamar inilah beliau bisa memantau perkembangan populasi burung waletnya.