Namanya Paryono, umur 22 tahun, warga Desa Tegalrejo. Mayang, Jember Jawa Timur. Tinggi pria ini hanya 1 meter. Sekarang lagi berurusan dengan pihak berwajib, akibat sepak terjangnya di dunia perwaletan. Ada apa dengan Paryono? Pria mungil berkulit legam dan gesit ini ditangkap di sebuah daerah di Batang Jawa Tengah karena diduga terlibat pencurian sarang burung walet. Menurut KBO Reskrim Polres Batang, Iptu Hartono, Paryono dijerat pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman tujuh tahun penjara. Warga Jawa Timur itu, berserta komplotannya, tertangkap tangan saat melakukan pencurian sarang walet di Batang Jawa Tengah.Di dunia kriminalitas usaha budidaya walet, khususnya di Jawa, nama Paryono memang sudah tak asing lagi bagi polisi. Dia sudah malang melintang di berbagai daerah karena keahliannya masuk ke gedung walet tanpa jejak. Keahlian itulah yang membuat lelaki mini ini kerap diajak berkomplot melakukan pencurian sarang burung walet di berbagai daerah di Jawa. Paryono bisa masuk gedung walet melalui lubang burung, meski ukuran pintu itu hanya 14 cm X 60 cm. Kepala pria ini memang kecil sekitar 13 cm. Setelah kepalanya bisa masuk, agar badan pria itu mudah menerobos pintu walet yang sempit, Paryono melepas baju dan celana. Ia hanya pakai celana dalam. Kemudian melumuri tubuhnya dengan sabun. Tubuhnya menjadi licin, sehingga gampang masuk.
Iptu Hartono menyebut, keahlian Paryono tersebut didukung oleh postur tubuhnya yang kecil, sehingga sering diajak bergabung oleh sindikat pencuri sarang walet. Masuk ke dalam gedung walet tanpa merusak gedung, adalah keahlian Paryono. Pemilik gedung tidak tahu kalau sarangnya ternyata telah habis. Sarang habis bukan dimakan tikus atau kecoa. Tapi disikat Paryono. (Jawa Pos/ 2/12/09)
Lubang masuk burung walet pada gedung-gedung di Jawa, rata-rata berukuran sempit. Ini sebagai antisipasi tindak pencurian, dimana si pencuri memanfaatkan pintu burung untuk masuk ke dalam. Gedung walet di Jawa umumnya tidak terlalu tinggi, rata-rata 2 lantai. Kebanyakan gedung walet di Jawa sebagai pengembangan rumah hunian yang sebelumnya terdapat sarang burung seriti. Jadi, jika lubang masuk dibuat dengan ukuran besar, memang rawan dimasuki maling, karena posisi lubang relative pendek dan mudah dijangkau. Maka dari itu, dibuatlah lubang burung dengan ukuran sempit.
Di beberapa lokasi di Bali juga terlihat gedung walet dengan pintu masuk berukuran sempit. Itu juga terlihat di Pidie – NAD. Gedung walet yang di bangun di daerah ini, kebanyakan dengan ukuran pintu sempit. Mungkin dengan alasan agar ruangan dalam gedung menjadi gelap. Atau mungkin juga, kontraktor gedung walet tersebut meniru konsep gedung walet di Jawa.
Selama ini asumsi yang dipahami banyak orang, ruang gedung walet harus gelap.
Alasan membuat pintu walet sempit, yaitu untuk tujuan keamanan : mencegah masuknya pencuri, juga untuk mencegah masuknya burung hantu. Namun di sisi lain, akibat pintu sempit, maka burung walet yang akan masuk ke gedung tersebut, pasti akan mengalami kesulitan. Walet perlu berputar 2 sampai 6 kali, bahkan lebih, untuk bisa masuk ke lubang yang cukup sempit itu. Bagi walet dewasa, yang sudah terlatih dan terbiasa, hal tersebut tidaklah terlalu menyulitkan. Namun bagi anak-anak walet yang baru belajar terbang, tentu ukuran pintu yang sempit sangat merepotkan. Apalagi jika, anak-anak walet itu pulang sore hari dalam keadaan hujan, atau angin kencang. Pintu sempit merupakan kendala berat bagi burung muda itu.
Saya punya teman di Sampit-Kalimantan Tengah. Gedung waletnya yang terletak di sekitar pasar, saya kelola sejak awal. Setelah sarang walet beranjak ke angka 1000, teman saya ini diliputi rasa kawatir. Tidur malamnya tak nyenyak, hatinya cemas kalau ada pencuri masuk gedung. Ukuran pintu gedung walet teman ini memang cukup lebar, yaitu 60 cm X 100 cm. Siapa tau ada teman Paryono masuk ke gedung saat malam hari. Karena tidur terganggu rasa cemas, ia sering bangun tengah malam. Kadang si istri juga dibangunkan Lalu berdua berboncengan naik motor gede kesayangannya menuju gedung walet..
Suatu hari, secara diam-diam, teman saya sudah menyiapkan kerangka pintu besi, dengan ukuran lubang 14 cm X 100 cm. Tanpa konsultasi terlebih dahulu, tak berapa lama kemudian, pintu besi itu dipasang. Apa yang terjadi? Tentu walet penghuni gedung tersebut kaget karena terjadi perubahan pintu secara mendadak dari ukuran besar menjadi ukuran sempit. Hari pertama hingga hari ke 7, jika sore hari ribuan walet hanya berputar-putar di depan pintu masuk. Burung walet mengalami kesulitan masuk atau tak berani masuk? Silahkan jawab sendiri.
Melihat kejadian itu, akhirnya teman saya jadi panik. Walet banyak berputar di depan lubang masuk saja, dan beterbangan di sekitar gedung. Suara walet mencicit tanda marah, saling bersahutan. Itu terjadi hingga petang. Matahari kian tenggelam. Banyak walet yang gagal masuk. Populasi waletnya dalam 7 hari itu, menurun. Banyak kotoran di lantai di sudut-sudut tertentu akhirnya kering, pertanda walet yang menginap tidak pulang lagi. Sebagian walet banyak yang menginap di gedung tetangga.
Esok harinya, teman tersebut menelpon saya dan menceritakan bahwa ia telah memasang pintu besi ukuran sempit dengan alasan keamanan. Namun dampaknya, populasi walet di gedungnya berkurang. Maka, pada hari itu juga saya sarankan, pintu besi dibongkar dan dikembalikan ke ukuran semula. Setelah 7 hari walet stress, akhirnya walet berangsur-angsur kembali normal.
Sebagai solusi agar aman, di lubang masuk walet saya pasang pintu elektrik. Pintu tersebut bekerja secara otomatis membuka pada jam 5 pagi, dan menutup jam 8 malam. Ukuran pintu walet tetap lebar, tapi karena ada daun pintu plat besi yang buka-tutup secara otomatis, maka pencuri atau burung hantu tak bisa masuk ke dalam gedung.
Berapa ukuran minimal lubang masuk walet? Berapa ukuran maksimal? Jika pintu masuk walet dibuat dengan ukuran terlalu sempit, akan sangat menyulitkan walet masuk gedung. Sebaliknya, jika ukuran pintu terlalu lebar, menurut saya, itu mubazir.
Jika di suatu daerah ada gedung walet dengan populasi besar, namun pintu masuk walet berukuran sempit, itu peluang bagi anda. Jika gedung yang anda bangun dengan pintu berukuran lebar, maka tingkat keberhasilan gedung anda dalam memancing walet sangat besar. Mengapa? Ya, karena burung-burung muda penghuni gedung walet yang ber-pintu sempit, akan kesulitan pulang.
Jika sore hari, saat berebut masuk ke gedung, karena pintu relative sempit, maka walet muda akan kalah bersaing dengan walet dewasa. Walet dewasa cukup berputar 2 atau 3 kali untuk masuk gedung. Sementara walet muda, perlu 4 sampai 6 kali berputar. Pintu ukuran sempit, bagi walet muda sangat menyulitkan. Maka, ketika ada bangunan gedung walet baru yang di bangun tidak jauh dari gedung tersebut, walet muda akan berpindah ke gedung anda. Sebab pintu masuk gedung anda berukuran lebar. Rombongan walet usia muda akan gampang masuk ke gedung anda.
Tahun 2000 sehabis kerusuhan antar suku di Sampit Kalimantan Tengah, saya melhat prospek walet sangat besar di Samuda. Jarak Samuda dengan Sampit sekitar 45 km. Di lokasi itu, sudah berdiri beberapa gedung walet. Namun ukuran pintu masuk walet relative sempit. Tidak lama kemudian, teman saya yang tinggal di Sampit membangun gedung di sekitar pasar Samuda. Dalam waktu relative singkat, gedung baru ini sudah dihuni banyak walet. Sebagian besar walet usia muda.
Maka, agar walet muda tidak kesulitan masuk ke gedung anda, jangan membuat pintu masuk terlalu sempit. Jika alasannya untuk menekan cahaya yang masuk, bukan dengan cara menyempitkan pintu. Tetapi dengan cara mengatur sekat/ tata ruang. Sebab ukuran pintu masuk walet adalah sangat penting. Pintu tersebut adalah akses utama dan vital bagi perkembangan populasi walet di gedung tersebut. Jika pintu sempit, akses masuk akan sulit. Ukuran minimal pintu masuk walet untuk gedung baru, sekitar 40 cm X 60 cm. Sedang ukuran maksimal, sekitar 80 cm X 100 cm.
Teman saya di Teluk Intan– Perak Malaysia, membikin gedung walet 6 lantai. Ukuran pintu masuknya 2 meter X 3 meter. Alamaaak…sangatlah lebar pintu itu…. Katanya dia meniru pintu gua yang sangat lebar. Teman saya ini, juga pernah saya ajak keliling di Balikpapan-Kalimantan Timur, dan dia melihat gedung walet di Pasar Baru, dengan pintu masuk sangat lebar. Saya tidak bisa mencegah cara dia. Namun ukuran pintu masuk yang sangat lebar itu, menurut saya mubazir.
Teman saya ini ingin banyak walet masuk ke gedungnya, maka dibuatlah pintu walet sangat lebar. Karena gedungnya tinggi, tak mungkin pencuri masuk. Kalau ada burung hantu? Dia juga sudah siap dengan pintu otomatis. Teman itu berdoa agar burung walet segera masuk dalam jumlah banyak. Saya pun berdoa, agar pesawat terbang tidak ikut masuk ke lubang yang sangat lebar itu…. He he he..