Kualitas sarang walet yang jelek antara lain di tentukan oleh warna sarang. Pernahkah anda melihat sarang walet berwarna coklat mirip warna kardus? Kasus ini terjadi disebabkan karena faktor apa? Karena faktor lokasikah ?, karena soal pakan waletkah? karena faktor kondisi gedung yang jorok dan kotor?
Harga sarang walet yang kualitas jelek begini, bisa jatuh. Teman saya, sebut saja nama Mr X, yang gedung waletnya terletek di Pagatan-sebuah daerah terpencil di Kalimantan Tengah, pusing memikirkannya. “ Kenapa sarang waletku begini jelek? Dimana letak kesalahan sehingga sarang menjadi berwarna coklat…? “ keluhnya suatu hari melalui telepon. Padahal, sebelumnya kualitas sarang gedung teman saya ini sering diacungi jempol oleh para tengkulak Jakarta dan Surabaya. Bisakah kualitas sarang pulih seperti dulu, putih bersih?
Kasus serupa juga di alami teman saya, sebut saja namanya Mr Y, di sumatera, tepatnya di Pulau Laut, 2 jam perjalanan dari Jambi melewati Muara Sabak. Hasil sarangnya sudah 3 tahun ini berwarna kuning kusam, sebagaian besar lainnya coklat kardus.Harganyapun anjlok. Para tengkulak sarang burung pasti akan mematok harga lebih rendah di banding sarang yang warnanya putih. Populasi burung walet di gedung milik Mr X maupun gedung Mr Y sudah mencapai puluhan ribu, dengan jumlah sarang mencapai sekitar 6000 an keeping.
Mengapa terjadi sarang berwarna kotor? Pada prinsipnya, liur yang keluar dari paruh burung walet ini berwarna putih bening. Proses pembuatan sarang hingga selesai memakan waktu sekitar 2 bulan. Selama proses ini, liur walet akan tetap putih atau berwarna lain, tergantung dari pengaruh kebersihan udara gedung. Jika udara gedung bersih, maka sarang walet tetap putih bersih. Jika udaara gedung kotor maka, sareang walet akan “terkontaminasi” udara kotor itu sehingga sarang walet pun, akhirnya menjadi kotor, berwarna keruh. Jika udara tersebut sangat kotor, maka sarang akan berwarna coklat mirip warna kardus.
Kenapa udara gedung bisa kotor? Jika terlanjur kotor, bagaimana caranya agar udara menjadi bersih? Saya akan menggambarkan kondisi dua gedung ini. Kondisi gedung Mr X sbb : Gedung ini terdiri 2 lantai dengan ukuran 12 m X 25 m. Tebal dinding gedung sekitar 50 cm ( 1 batu). Tinggi ruang 4 meter., dengan lainati keramik. Tata ruang bersekat kain. Seluruh dinding tak ada fentilasi udara. Satu-satunya sirkulasi udara melalui lubang pintu masuk burung yang terletak di lantai atas, dengan ukuran 60 Cm X 100 cm. Jumlahj burung puluhan ribu. Kotoran burung dibersihkan 1 bulan sekali. Kelembapan ruangan sangat tinggi karena menggunakan 4 buah mesin kabut.
Sementara kondisi gedung Mr Y sbb. Gedung hanya 1 lantai dengan ukuran 16 m X 20 M. Dinding gedung tembok dengan ketebalan 40 cm. Tak ada ventilasi udara. Gedung Mr Y ini semula rumah tinggal. Karena dibangun di pinggir sungai maka desain rumah tinggal tersebut harus bertiang banyak dan sekitar 2 meter dari ketinggian air. Orang menyebutnya rumah panggung. Setelah di huni burung walet, rumah tinggal berdinding papan ini “dibungkus” tembok. Sebelumnya gedung walet ini berlantai papan, namun lama kelamaan papan lapuk. Kemudian Mr Y membongkar lantai papan, sekarang tinggal kerangkanya saja. Wal hasil kotoran burung jatuh langsung di tanah lumpur. Jika air sungai pasang, maka lantai penuh air , jika iar sungai surut, maka tanah akan kelihatan. Menurut anada bagaimana solusinya?