Ini kisah galau pak Joko pemilik gedung walet yang berlokasi di Jonooge Sigi Biromaru Sulteng.
Gedung beliau ukuran 8 m x 16 m tinggi 4 lantai yang baru on 1 bulan lalu. Hari pertama hingga tengah bulan kondisi walet sangat menggembirakan, bahkan puluhan ekor terpantau CCTV sudah mulai tidur malam.
Bang Ahmad Ariadi agen Palu yang dipercaya menangani gedung ini menghitung sudah ada 30 titik kotoran di semua lantai. Ini artinya dalam waktu singkat walet sudah menginap.
Lokasi gedung sangat tepat, desain dan tata ruang simpel namun memberi rasa safety bagi burung kecil itu, serta setting volume & pengaturan tribel bass yang cermat, wajar jika bikin walet ramai pagi sore tak mau pulang dan betah tinggal di gedung baru ini.
Namun seminggu yang lalu, pak Joko galau. Benar benar bingung. Wajahnya kuyu memikirkan gedung waletnya yang mendadak tak lagi ramai. Kotoran walet di lantai sebagian kering, tanda walet yang semula menginap kabur. Pak Joko mencoba mencari jawaban, tetapi tak ketemu. Karena bingung,
tanganya mulai usil. Settingan volume dirubah kadang dikecilkan kadang dikeraskan. Suara panggil diganti suara lain. Tujuanya agar walet pada datang kembali, ramai lagi.
Pikiran pak joko galau, volume jadi kacau.
Dalam seminggu itu pak Joko bingung mencari penyebab walet sepi. Sasaranya adalah mesin audio. Volume suara panggil di LMB diutak utik. Namun tetap saja walet dari jauh sudah menghindar tak mau datang merespon.
“kenapa ya pak walet tiba tiba sepi. Tidak lagi respon suara seperti minggu sebelumnya.”
Agen Kerengpangi Kalteng Bang Reyza tak luput di WA beliau, “apa penyebab walet tak lagi mau bermain adaptasi di gedung saya bang ?”
Mas Widodo Agen Parenggean Kalteng juga menerima pertanyaan yang sama via inbox FBnya.
Pak Joko salah satu pemula di bidang usaha budidaya walet ini. Sebagai orang baru yang memulai usaha ini banyak hal yang belum dipahami. Disinilah pentingnya fungsi dan peran agen duniawalet sebagai pembimbing sekaligus pendamping agar usaha budidaya walet para member berjalan sesuai harapan. Sudah barang tentu agen duniawalet telah dibekali ilmu teknis yang sudah teruji di berbagai gedung penanganan. Disisi lain saya sebagai konsultan ikut memantau dan terjun ke lapangan.
Hari Sabtu sore kemarin tanggal 24 maret, saya berkunjung ke gedung walet pak Joko didampingi Bang Ariadi agen Palu dan sub agen Parigi bang Ilham.
Pak Joko sudah bisa kembali tersenyum. Masa galau sudah bisa teratasi dua hari sebelum saya datang. Wajahnya sudah sumringah, galau sudah berlalu.
Koloni walet mulai pulih ramai lagi pagi sore. Kotoran walet muda bercak putih mulai tampak menumpuk di semua lantai. Kondisi adaptasi walet mulai normal kembali, bahkan lebih banyak koloni walet yang beradaptasi. Pak Joko tak lagi bingung.
Kasus sepi walet di gedung pak Joko ini disebabkan ada gangguan dari luar. Yaitu karena ada puluhan burung merpati yang hinggap di atap dan beterbangan di areal gedung walet. Fisik merpati yang lebih besar membuat walet takut, disangka predator. Jika hanya ada 1 atau 2 ekor merpati, walet tidak merasa terganggu, bahkan koloni walet akan mengusir dan mengejarnya. Namun karena jumlah merpati itu cukup banyak, maka walet merasa kalah dan menghindar.
Merpati itu ternyata milik tetangga sebelah rumah. Jumlahnya sekitar 50 ekor. Tiap hari beterbangan lalu hinggap di sekitar gedung walet. Sering juga hinggap di atap gedung. Inilah sumber masalah yang membuat walet sepi karena takut merpati.
Mau tidak mau akhirnya pak Joko mendatangi kediaman tetangga pemilik merpati. Menjelaskan secara baik baik dan mencari solusi terbaik.
Sekarang gedung pak Joko bebas dari gangguan burung merpati. Tetangga menjual merpatinya ke pasar.
Masih ada 1 ekor yang beterbangan mungkin sulit ditangkap. Tapi burung walet sudah tak lagi merasa terganggu. Koloni walet sudah pulih lagi beradaptasi secara normal.
Gangguan adanya burung merpati di sekitar gedung walet juga dialami member Agen Pangkalanbun bang Said. Gara gara banyak burung merpati, perkembangan populasi walet jadi terhambat. Parahnya, gangguan merpati tersebut tidak terdeteksi. Dikira merpati tak mengganggu sebab bukan jenis pemangsa walet. Faktanya saat sore hari koloni walet tetap pulang masuk gedung. Maka keberadaan merpati disangka tidak ada pengaruh negatif.
Member bang Said ini, ko Bie Hok gedung waletnya di Kepri Batam. Ukuran 8 m x 12 m. Puluhan merpati tetangga bertengger di LMB bahkan masuk ke roving room.
Akhirnya semenjak gangguan merpati ini bisa teratasi perkembangan populasi waletnya sekarang sudah mulai kelihatan membaik. Populasinya tidak lagi stagnan. Anak walet yang semula kabur ke gedung lain sekarang sudah berani pulang ke gedung asalnya.