Sesuai jadwal yang sudah kami rencanakan, kamis kemarin tgl 15 maret, kami berangkat ke pulau Sebatik didampingi Agen duniawalet Kaltara yaitu bang Masyrifudin dan bang Ilham. Ikut dalam trip ini bang Hadi Admaja member lama asli Nunukan yang tiap bulan bisa panen sarang walet 6 kg, serta bang Asril usahawan muda eksportir kepiting yang domisili di Tarakan.
Pulau Sebatik adalah sebuah pulau kecil di Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara yang sebagian masuk wilayah negara Malaysia. Pak Jokowi sudah sampai ke pulau ini melihat tapal batas negara.
Pagi itu kami nyebrang dari dermaga kecil Sei Jepun tidak jauh dari Islamic Center Nunukan. Sekitar 20 menit perahu yang kami tumpangi sudah berlabuh di dermaga mentikas di pulau Sebatik.
Tujuan utama trip kali ini yaitu penanganan khusus gedung walet milik bapak Ja’far atau panggilan akrabnya pak Tubank. Pengusaha muda berbadan gelap ini menyambut kami dengan ramah sambil minum kopi di warung kopi “Ahyar Cabulo” miliknya.
Di pulau terpencil ini budidaya walet mulai dilakukan sejak 6 tahun lalu. Adalah pak Bakri asal Soppeng Sulawesi Selatan yang sudah lama menetap di Sebatik. Semula profesinya di bidang transportasi laut, namun belakangan ini beliau lebih memilih konsentrasi di budidaya walet yang dirasakan lebih santai namun hasilnya menjanjikan. Tiap 3 bulan dari gedung waletnya yang tidak terlalu besar itu, pak Bakri bisa memetik sarang walet hingga 15 kg/ bulan. Sekarang ini beliau memiliki 9 unit gedung walet yang tersebar di beberapa titik lokasi.
Saat ini terhitung sekitar 100 unit gedung berdiri di pulau ini. Dibandingkan dengan lokasi lain, misalnya di Kabupaten Tanah Tidung (KTT) jumlah gedung di sini masih relatif sedikit. Sehingga masih belum ketat kompetisi berebut walet. Hamparan perkebunan sawit yang sangat luas menjadi jaminan pakan bagi populasi walet ke depan.
Pulau Sebatik terbagi dua. Bagian utara seluas 187.23 km2 merupakan wilayah negara bagian Sabah, Malaysia. Sedangkan wilayah bagian selatan dengan luas 246.61 km2 menjadi bagian wilayah Indonesia.
Perkebunan sawit terhampar sangat luas terutama di wilayah Malaysia. Sehingga burung walet Sebatik cari makan di negara tetangga.
Di Sebatik ini sebagian besar bangunan gedung walet dibangun permanen. Ukuran gedungnya bervariasi. Ada yang 8 m x 12, ada juga ukuran 12 x 40 m dengan tinggi 4 lantai. Kami tidak melihat rumah walet minimalis dengan dinding kalsibot.
” Disini kebanyakan orangnya berduit serta serius dalam berusaha. Tipologi orang perantau umumnya gigih. Sebagian besar masyarakat Sebatik adalah suku Bugis,” jelas bang Ilham.
Dalam bedah gedung walet milik pak Tubank ini, pak Bakri aktif mendampingi saya. Tidak jarang beliau ikut menjelaskan maksud saya pada pengaturan sekat dalam gedung tersebut. Memang saya juga melihat semangat pak Bakri patut diacungi jempol. Beliau berani membangun gedung hingga 9 unit disebabkan karena potensi walet yang sangat banyak di Sebatik ini.
Kepada beliau saya tanyakan bagaimana sistem panen sarang waletnya pada gedung pertama yang sudah usia 6 tahun itu.
” Saya panen selektif pak. Sarang kosong dimana anak walet sudah terbang, saya petik. Sedangkan sarang yang ada telurnya saya biarkan dulu.
Saya juga tidak panen sarang yang ada telur 1 atau telur 2 ,” jelasnya.
Saya senang mendengar jawaban pak Bakri. Bahkan saya sampaikan dalam diskusi spontan ini, perlu dikampanyekan cara panen yang benar yaitu panen tetasan. Bukan panen rampasan.
” Silahkan bapak bikin asosiasi di sini. Mumpung belum banyak petani walet hingga mudah sosialisasi dan koordinasi untuk saling komitmen dalam cara panen demi kelestarian populasi walet di pulau kecil ini. ” kata saya
Jika pola panen dilakukan secara benar, maka populasi walet di pulau Sebatik ini akan semakin berkembang ke depan. Siapa yang diuntungkan? Tidak lain semua pemilik gedung walet di pulau ini.
Bang Masyrifudin yang duduk sebelah bang Ilham mendengar dengan serius materi yang saya sampaikan. Dan selama ini pola panen yang beliau dilakukan juga panen selektif.
” Justru dengan panen selektif ini populasi walet di gedung saya semakin padat. Walet merasa nyaman tidak pindah ke gedung lain. Sebab cara panen yang saya lakukan tidak membuat walet stress atau terusik.” lanjut bang Udin saya memanggilnya begitu.
Selain Agen duniawalet, bang Udin adalah member lama sejak 6 th lalu. Gedungnya hanya 3 lantai dengan ukuran 4 x 12 mtr. Tiap panen bisa 6 kg sd 8 kg. Di samping gedung waletnya, berdiri gedung walet baru milik orang lain dengan ukuran cukup besar dan tinggi.
Biarpun gedungnya bang Udin kecil dan pendek, namun populasi waletnya tetap aman dan bahkan semakin meningkat, antara lain karena pola panen sarang yang secara selektif sehingga tidak bikin walet stress.
” Biarpun gedung walet tetangga sebelah ukuran besar dan jangkung, alhamdulillah jumlah populasi walet di gedung saya semakin meningkat dan tambah produktif “. Pak Hadi Admaja menyimak penjelasan bang Udin.
Pak Hadi juga member lama duniawalet. Pada tahun pertama juga rajin konsultasi. Alhamdulillah saat ini sudah bisa panen sebanyak 6 sd 8 kg.
Usai diskusi kami pamit pulang ke Nunukan. Pak Bakri mentraktir kami makan masakan “ayam gondrong” di warung SMS di komplek pasar.
Selesai mengisi perut, mobil mulai siap menuju ke dermaga. Namun bang Ilham mengajak keliling sebentar melihat patok perbatasan RI-Malaysia. “Sebentar poto2 pak, untuk kenang2an,” ujarnya. Saya melihat garis pembatas antar dua negara, sebagian menggunakan kawat berduri.
Tidak sedikit jalur tikus yang memungkinkan terjadinya penyelundupan barang baik dari Indonesia ke Malaysia atau sebaliknya. Memang ada pos jaga militer namun hanya di titik tertentu saja. Melalui jalur tikus ini seringkali kurir tertangkap tangan membawa narkotika.
Speed carteran sudah siap di dermaga. Ongkosnya gak mahal. Sekali trip cuma Rp 150.000. Mesin speed mulai menyalak melaju pelan menuju Nunukan. Ini mengingatkan saya saat menyebrang antara Balikpapan-Penajam.
Tak lama menyebrang bahtera mulai menepi di dermaga Sei Jepun Nunukan. Segera kami siap menuju kota. Matahari sore tertutup mendung. Jalan menuju kota kanan kiri pohon akasia berbunga kuning. Ribuan burung walet menyambar serangga sepanjang jalan. Tak lama kemudian adzan magrib berkumandang. Burung berliur mahal itupun lantas pulang beriringan dengan perut sudah kenyang.
Salam sukses.