Dari Kupang saya terbang menuju Maumere. Perjalanan menggunakan pesawat ATR Wing Air ditempuh sekitar 1 jam. Antar Kupang dengan Maumere berbeda pulau. Jika Kupang terletak di pulau Timor sedangkan Maumere berada di pulau Flores.
Jam 8 pagi waktu NTT pesawat mendarat di Bandara Frans Seda. Nama bandara ini diambilkan dari nama tokoh kelahiran Flores yang pernah menjabat menteri baik pada zaman orde lama maupun Orde Baru yaitu
Bp Frans Seda. Beliau yang memprakarsai pembangunan bandara Maumere ini.
Nama lengkapnya Fransiscus Xavarius Seda. Beliau juga tokoh gereja dan pengusaha. Pernah menjabat menteri Keuangan zaman Soekarno dan menteri Perhubungan zaman pak Harto. Wafat di Jakarta th 2009 dalam usia 83 tahun. Beliau juga tercatat sebagai pendiri Universitas Atma Jaya. Semboyan hidup beliau yaitu : Berdoa, Bertapa dan Kerja Keras.
Turun dari pesawat tak lama saya menuju hotel Sylvia jl. Gajah Mada. Di perjalanan tampak burung walet beterbangan bergerombol di sekitar pohon beringin mencari makanan.
Saya janjian sama Daniel, pukul 4 sore keliling melihat potensi walet di daerah ini.
Sore hari matahari masih menyengat. Daniel sudah di depan hotel. Siap keliling. Mobil mulai bergerak ke arah perbukitan Nita tidak jauh dari kota. Jalan aspal berkelak kelok. Kanan kiri tebing dengan pepohonan yang sebagian kering karena musim kemerau panjang. Kami terus melalui jalan utama ini yang menghubungkan kota – kota di Flores antara Larantuka sampai Labuhan Bajo.
Semakin mobil mendaki, pepohonan tampak menghijau. Jendela kaca mobil saya turunkan, tampak koloni walet beterbangan di antara pepohonan jambu mente. Ada yang menyebut jambu mede, jambu mete atau jambu monyet.
Di Flores selain penghasil kopra juga dikenal penghasil biji jambu mete, bersaing dengan produk serupa dari Wonogiri.
Pohon mete yang sedang berbunga juga banyak dikerumuni serangga kecil. Inilah mengapa burung walet tampak terbang keliling di sekitar pohon itu. Tentu saja karena ada serangga kecil sebagai makananya.
Burung walet juga tampak beterbangan di sekitar sekolah missionari di perbukitan itu. Juga di belakang Kantor Polsek Nita.
Di perbukitan ini sebagai areal burung walet mencari makan.
Tak lama Daniel membelokkan mobil dan membawa saya menyusuri pantai Flores yang asri. Di sepanjang pantai banyak burung walet beterbangan mencari udara lembab.
Sesekali menyambar serangga kecil yang beterbangan di pepohonan sepanjang pantai.
Tak terasa arloji menunjukkan angka 4 sore. Tapi cahaya matahari mulai meredup. Saya baru sadar waktu di NTT 1 jam lebih cepat dari waktu di Jawa. Maka saya lihat koloni burung walet sebagian mulai pulang ke gedung.
Kami menuju ke Tempat Pelelangan Ikan. Di tempat ini ada gedung walet bercat kuning. Sekeliling LMB di cat hitam. Jadi kontras dengan warna dinding gedung. Suara elektronik menyalak memanggil walet pulang.
Tak lama kami berjalan memutar di jalan Bandeng. Disini terdapat beberapa gedung yang sudah lama dihuni burung walet. Bahkan menurut informasi, gedung pertama yang dimasuki burung walet jika dihitung mundur sudah sejak 50 tahun lalu. Wow…sudah lama sekali keberadaan burung walet di Maumere.
Matahari semakin turun, cahayanya mulai meredup, ribuan koloni walet pulang kandang. Ada 2 gedung di kompleks ini yang menurut saya sangat padat populasi burung waletnya. Ini tampak dari rombongan walet yang terus mengalir masuk ke gedung tersebut. Semakin petang semakin ramai. Koloni walet datang dari segala penjuru. Sejak sore hingga petang, saya terus merekam potensi walet di Maumere.