Member di Sintang Kalbar, namanya mas Budi siang kemarin bertanya via Whatshap. ” Assalamualaikum, met siang pak Arief, saya mau bertanya. Saat saya masuk ke dalam gedung, beberapa anak walet kedapatan mati di lantai. Apa penyebabnya pak?”
Pertanyaan seperti ini masih bersifat umum. Sehingga untuk menjawabnya, harus disertai data yang lebih spesifik. Agar saya paham tentang kasus yang dialami tersebut, saya balik bertanya.
” Apakah anak walet yang mati tersebut, sudah berbulu lengkap?”
” iya betul pak Arief. ”
” Apakah bangkainya di bawah sarang?”
” Tidak pak.”
” Apakah bangkainya di sekitar dinding sekat atau nesting room?”
” Betul pak.”
Kasus kematian anak walet yang sudah berbulu lengkap ini juga terjadi di gedung walet member di daerah Teluk Timbau, yaitu desa kecil terletak di pinggiran sungai Barito sekitar 2 jam naik speed dari kota Buntok Kalimantan Tengah.
Suatu hari member lama ini menghubungi saya di telpon seluler.
” Pak Arief, apa kabar pak, semoga sehat selalu. Kapan pak Arief ada waktu, saya mohon bisa dibantu pak “, kata pak Haji diujung telpon.
” Ada kasus apa pak Haji?
” Sebelumnya saya mau cerita kronologinya pak”.
” Silahkan pak Haji”.
” Begini pak. Selama ini saya sudah panen 5 kg sd 10 kg tiap bulan. Usia gedung sudah 7 tahun. Boleh dibilang saya generasi pertama pemain walet di daerah sini.
Nah agar populasi walet bertambah banyak, apalagi persaingan sudah mulai banyak, saya tergiur rayuan seseorang yang mengaku pakar walet.
Katanya setelah bedah gedung, populasi walet akan bertambah banyak. Bisa panen dengan hasil yang berlipat dari yang sekarang.
Semula saya ragu, sebab bukti kerja nyata orang tersebut belum pernah saya tau. Orang tersebut memang pandai bicara. Mengaku sudah pengalaman membantu sukses banyak orang di berbagai lokasi. Yah akhirnya saya tergiur juga menggunakan jasa orang itu.”
“Gedung saya pun mulai dirubah tata ruangnya. Puluhan lembar triplek saya siapkan sesuai yang dia minta. Tata ruang diatur dengan membuat kamar- kamar. Karena saya awam, saya tidak mengerti maksudnya. Saya hanya ikut membantu saja tanpa tau maksudnya.
“Pak Haji diam saja gak perlu bertanya. Yang penting dalam 6 bulan ke depan populasi walet akan melonjak pesat dan sarangnya juga akan naik berlipat dari jumlah yang dipanen sekarang ini,” kata orang itu.
Tentu saya senang dong mendengar janji itu. Amiiin .. kata saya berharap.
Pekerjaan selesai dalam 2 hari. Selama 2 minggu, banyak walet yang masuk keluar LMB baik pagi, siang juga sore hari. Terus terang saya senang bukan kepalang. Dalam hati saya bersyukur. Harapan panen meningkat akan segera tercapai.
“Ceritanya saya lanjutkan ya pak Arief ?”
” Silahkan lanjut pak haji…”
Sebenarnya kondisi walet ramai hanya berlangsung dalam waktu 2 minggu saja. Saya tidak tau sebabnya kenapa walet ramai hanya sebentar saja.
Selanjutnya walet biasa saja, pagi keluar cari makan, siang pulang kandang, sore keluar lagi dan menjelang magrib pulang kandang lagi. Tidak seramai minggu pertama.
Mungkin sudah mulai normal lagi, pikir saya. Yang penting jumlah sarang semoga benar berlipat nantinya, kata saya dalam hati.
Bulan mulai menginjak hitungan ke 6. Pagi sekitar jam 9 saya masuk gedung. Di lantai pertama saya menghitung sarang. Tidak ada penambahan jumlah sarang. Saya naik ke lantai 2 hingga lantai 4 tidak ada sarang baru. Saya memang tak mampu menghitung semuanya. Namun kalkukasi saya, jika ada penambahan sarang tidaklah signifikan seperti janji yang disampaikan orang tersebut. Terus terang saya jadi kecewa.
Bahkan yang membuat saya sedih banyak anak anak walet yang mati di lantai, jumlahnya sangat banyak. Bukan puluhan melainkan ratusan. Saya kumpulkan bangkai anak walet dalam beberapa kantong plastik. Saya jadi bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi? Kenapa anak walet mati sebanyak ini? Apakah terkena penyakit? Atau ada serangan dari predator?
Seminggu kemudian saya masuk gedung lagi. Sambil panen sarang, lantai juga dibersihkan dari kotoran yang berbau menyengat. Saya mendapati lagi banyak anak walet yang mati dilantai. Saya pungut satu persatu dengan rasa sedih. Saya kumpulkan bangkainya dalam ember plastik. Lalu saya buang ke sungai. Hati saya tambah sedih.
“Itulah pak Arief kondisi gedung saya sekarang. Kasusnya yaitu banyak anak walet yang sudah bisa terbang namun mati berserakan di lantai.”
Mendengar cerita pak Haji yang panjang tersebut saya sudah bisa menebak apa yang terjadi.
Saya lalu mengatur jadwal kunjungan ke Teluk Timbau. Sesuai tanggal yang telah disepakati saya sampai lokasi. Jam Arloji menunjukkan angka 10. Tanpa membuang waktu saya masuk gedung pak Haji. Apa yang terjadi? Tata ruang dalam gedung berkamar bersekat. Cahaya gelap nian. Saya perlu bantuan senter agar bisa jalan tidak nabrak sekat triplek.
Saya sampaikan ke pak Haji bahwa penyakit gedungnya sudah ketemu.
Mengapa anak walet banyak mati ? Hal itu karena kondisi cahaya dalam gedung yang gelap, saat anak walet terbang awal dari sarangnya, banyak yang nabrak sekat triplek. Anak walet gagal keluar LMB akhirnya jatuh ke lantai tak mampu terbang lagi.
Tidak sedikit anak walet yang siap terbang akhirnya menemui ajalnya karena tata ruang yang rumit dan gelap.
Saya tunjukkan cara mengatur tata ruang yang simpel. Sekat triplek dibongkar, lalu ditata ulang. Cahaya diatur juga jangan sampai gelap, apalagi gelap gulita. Gedung walet jangan gelap. Hal itu justru membuat anak walet gagal keluar gedung.
Penjelasan saya ini sekaligus menjawab pertanyaan mas Budi dari Sintang. Mungkin juga menjawab petani walet yang lain yang mengalami kasus serupa. Tata ruang jangan sampai membuat walet tersesat sulit keluar LMB.
Setelah di update tata ruang secara benar, akhirnya pak Haji sudah bisa tersenyum lega. Beliau tak lagi menemukan anak walet mati sia-sia dalam gedungnya.
Saat saya ketemu beliau, tangan saya dijabat erat. Kasusnya sudah terobati. Gedung waletnya sudah sembuh dan insyaallah ke depan akan lebih produktif.
Salam sukses selalu.