Pesawat kecil baling baling ATR 72-500 – IW 1302 dengan pramugari berseragam merah, Sabtu 17 maret kemarin flight rutin Ujung Pandang-Mamuju. Perjalanan 1 jam digoyang cuaca buruk akhirnya alhamdulillah mendarat dengan mulus di landasan bandara Tampa Padang Mamuju.
Rudy sudah siap menjemput di pintu kedatangan. Rudy adalah salah satu petani walet di Mamuju yang memulai membangun usaha ini sejak 2004. Gedung waletnya di tingkat 2 dan 3 di atas tempat tinggalnya. Puji Tuhan, panen tetasan dilakukan tiap 2 mingguan dengan hasil yang lumayan.
Selama ini Rudy sering membantu pemasaran produk BAN, maka dalam waktu dekat akan mendaftar sebagai sub agen duniawalet di Mamuju
Perjalanan dari bandara ke kota Mamuju sekitar 30 menit. Beberapa gedung walet dibangun di sepanjang jalan. Animo masyarakat Mamuju terjun ke bisnis budidaya walet semakin besar. Ini bisa dilihat dari pertumbuhan gedung walet dalam 1 tahun terakhir ini.
Populasi walet juga semakin tumbuh. Areal pakan yang sangat luas sebagai penyedia aneka serangga makanan burung walet. Hampir 80% wilayah Sulawesi Barat ini terdiri dari hutan dan pegunungan. Jadi karena tekstur tanah yang perbukitan perkembangan kota memang agak lambat disebabkan kondisi geografis. Dengan kata lain lahan untuk perkembangan kota terbatas. Depan ada laut belakang ada gunung. Maka wacananya ibu kota Mamuju akan di bangun di Tasiu arah ke bandara.
Bertambahnya penduduk dan terbatasnya lahan mendorong harga tanah cukup fantastis. Di daerah Pasar Lama harga tanah sudah mencapai Rp 10 jt/ meter. Investor tentu berpikir dulu sebelum membuka usaha. Salah satu pilihan yang tepat adalah investasi di budidaya walet.
Sebab usaha ini tidak harus di dalam kota. Banyak lokasi di Mamuju yang potensial. Lokasi pinggiran yang harga tanahnya murah namun memiliki potensi ekonomi tinggi, disebabkan tiap pagi sore menjadi jalur besar lintasan walet antara lokasi pakan dan gedung asalnya dalam kota.
Hari minggu pagi kemarin, saya masuk kontrol dan evaluasi gedung member penanganan Ko Monday. Gedungnya berukuran cukup panjang karena dua bangunan gedung yang disambung jadi satu, yaitu 8 m x 30 m dengan tinggi 3 lantai.
Kondisi suhu dan kelembapan sangat baik. Ini setelah dirubah ventilasinya dari paralon menjadi ventilasi kotak papan. Sirkulasi udara menjadi lancar membuat suhu jadi turun.
Kontrol gedung Ko Monday bikin saya kaget. Sebab volume suaranya tak kedengaran. Mesin audio hidup tapi tak ada bunyi suara.
” Iya maaf pak Arief, sudah 4 bulan ini saya tinggal di Makassar, karena orang tua sakit butuh perawatan khusus. Baru masuk gedung ya kali ini bareng pak Arief.
Jadi saya tidak tau kalau ada problem volume di mesin audionya..” jelas pria paruh baya ini.
Namun yang membuat heran, biarpun gedung tersebut tanpa bunyi suara ternyata walet bikin sarang juga. Bahkan pada ruang lantai dua, koloni walet menginap di papan sirip secara berderet. Ini terlihat dari kotoran di lantai yang berderet memanjang. Koloni walet menginap di papan sirip bukan di twiter. Sebab twiter gak ada bunyi suara.
” Kenapa ya pak Arief, meskipun gedung tanpa suara, walet mau menginap juga?” tanya Monday heran.
” Ini artinya, walet membutuhkan tempat tinggal. Walet butuh tempat yang kondisi suhu dan kelembapan memenuhi syarat.”
Bangunan gedung ko Monday ini permanen dengan dobel bata. Suhu dan kelembapan memenuhi syarat. Di belakang gedung terdapat genangan air semacam empang dan dipenuhi tumbuhan rumbia yang lebat, membuat angka kelembapan luar gedung juga bagus. Tiap pagi sore banyak walet yang cari makan di sekitar gedung ini.
Koloni walet masuk ruko tanpa bunyi suara juga dialami Ko Yanuar. Pengusaha toko bahan bangunan yang gudangnya di Jl. Abdul Sukur Mamuju ini menceritakan pengalamanya yang lucu jika diingat.
” Saat itu memang saya belum paham sama sekali tentang burung walet. Bangunan ruko saya sudah deal disewa oleh sebuah perusahaan.
Hari Senin pagi saya tanda tangan kontrak di notaris. Senin siang saya cek ruko saya. Saya suruh karyawan untuk membersihkan ruang agar bersih. Kotoran banyak di sudut sudut lantai. Saya pikir banyak tai tikus. Karyawan saya malah lebih tau bahwa ruko saya ini dihuni walet. Burung kecil itu bikin sarang di sudut plafon. Saat itu saya dilema, tapi apa boleh buat sudah terlanjur tanda tangan di notaris. Oleh penyewa akhirnya burung walet diusir pergi ..” kenang Yanuar sambil tertawa kecil.
Ruko Ko Yanuar ini terletak dalam kota diapit bangunan ruko tetangga. Kondisinya tidak terurus. Pada ruang belakang lantai tergenang air karena saat hujan air masuk melalui jendela yang terbuka. Sementara saluran
pembuangan air tersumbat plastik. Kondisi ini membuat suhu rendah dan kelembapan menjadi tinggi. Wajar jika walet masuk bersarang di ruko ini, sebab iklim mikro ruko tersebut sesuai dengan habitat walet.
Minggu sore, Ko Yanuar minta saya mensurvey lokasi untuk dibangun gedung walet. Di dampingi Rudy saya datang ke lokasi. Di tempat itu sudah berdiri 2 bangunan gedung walet dengan jarak sekitar 100 meter. Dari jauh saya sudah bisa menduga kemungkinan suhu dalam gedung tersebut tinggi. Alasanya? Antara lain pipa ventilasi ukuran kecil dan bagian luar tertutup. Ini membuat sirkulasi udara tidak lancar karena tersumbat. Disisi lain bagian luar gedung di cat warna abu abu gelap yang menyerap panas matahari. Dinding gedung menyimpan panas hingga sore hari.
Ko Yanuar rencana membangun 2 lantai tambahan di atas gudangnya dengan ukuran 15 m x 15 m.
Sore itu banyak walet terbang melintas di atas lokasi kami berdiri, dari kota ke hutan. Saya merekomendasi bahwa lokasi ini sangat potensial untuk usaha budidaya walet.
Kepada ko Yanuar, sekilas saya jelaskan tentang desain gedung walet dari BAN. Dinding bisa pakai blok hebel/ bata ringan dengan bagian luar dilapis gabus tebal 2.5 cm. Kemudian diplester dan di cat warna putih merk “J ekstrim.” Ventilasi udara bukan pakai pipa paralon melainkan menggunakan kotak papan ukuran 100 cm x 20 cm. Pakai roster angin2 yang biasa dipakai di rumah pun bisa. Intinya sirkulasi udara harus lancar.
Saya juga menjelaskan sepintas posisi void dan teknis tata ruang serta tata suara. Ko Yanuar manggut manggut saja, mungkin 50% paham penjelasan saya. Maklum masih pemula.
Hari semakin gelap, warna jingga langit menghias permukaan pantai Makaranna. Kami segera pamit undur diri.