Masih ada orang yang beranggapan bahwa budidaya walet ada unsur magic atau supranatural. Saya memiliki beberapa member yang menerapkan perilaku aneh pada gedung waletnya. Selama saya bekerja sebagai konsultan walet, beberapa perilaku member membuat kepala saya bergeleng, dahi saya mengkerut, dan kadang hati saya ketawa…..tak masuk akal !!!
Ya.. soal magic memang tak masuk akal, tak masuk logika. Dan itu bukan wilayah rasional,,,maka disebut irrasional,,.Tapi biarlah, itu bukan urusan saya. Itu wilayah keyakinan masing-masing. Orang punya keyakinan sendiri-sendiri. Tak bisa dipaksa. Entar malah berantem he he…Tugas saya hanya memasukkan burung walet dalam gedung mereka. Cara supranatural yang mereka tempuh ternyata tak membuahkan hasil.
Saya punya member namanya Ibu Hajjjah Suwarni. Gedung waletnya terletak di belakang rumahnya, di Gringsing Kab. Batang Jawa Tengah. Sudah 4 tahun kosong, hanya ada 5 sarang burung seriti. Gedung ukuran 12 m X 12 m, tinggi 3 lantai. Faktor makanan cukup bagus, karena lingkungannya hutan subur Alas Roban. Saya diminta menanganinya. Saat saya masuk ke dalam gedung, tak jauh dari pintu masuk ada gundukan tanah. Saya bertanya : “ apa isi di dalam gundukan tanah tersebut?”. Ibu Hajjah Suwarni menjelaskan, bahwa itu azimat berupa “pring petuk”.
Benda ini berupa bambu ukuran sekitar 60 cm warna kuning. Tidak ada yang istimewa dari bambu tersebut. Yang terdengar aneh, karena terdapat ruas yang berhadapan (bahasa jawa: petuk = bertemu). Seperti kita ketahui, pada tiap batang bambu terdiri dari ruas-ruas. Panjang pendeknya antar ruas tidak sama. Ruas itu umumnya menghadap ke atas. Tapi (entah benar atau tidak) ada batang bambu yang aneh. Yaitu ada ruas yang berhadapan/ bertemu. Yaitu menghadap ke atas dan ke bawah. Aneh bukan?. Masak ada ruas menghadap ke bawah? Bukankah tiap ruas yang di situ pula ada tunas selalu menghadap ke atas? menyongsong sinar matahari? Entah fenomena itu benar atau palsu, atau cuma kreasi si dukun yang cari rupiah. Yang jelas, di dunia spriritual, “pring petuk”, dikenal sebagai barang bertuah. Untuk apa saja, termasuk untuk naik jabatan, agar jadi caleg, untuk lancar bisnis, dll.
Hajjah Suwarni membeli bambu aneh yang dianggap keramat seharga 25 juta dari seorang yang mengaku ahli supranatural. Katanya dalam waktu 3 bulan, dengan menyimpan benda tersebut dalam gedung walet, maka akan banyak walet yang masuk dan bersarang. Tapi, setelah ditunggu 3 bulan bahkan hingga 4 tahun, hasilnya ternyata nol besar. Hajjah Suwarni termakan rayuan dukun. Kasiaaaaan deh lu…Sekarang gedung dari mertua Bp Abdul Rohim, aktifis partai Demokrat Kab. Batang ini, sudah panen puluhan kg sarang, semenjak saya turun tangan.
Pengalaman lain, juga saya alami di daerah Pati Jawa Tengah. Gedung milik Pak Siswanto, pemilik toko Emas Semar-Gabus Pati. Di Balik pintu gedung walet, dipasang keris. Kenapa keris? Pak Sis tak bisa jawab. Katanya itu pesan dari si dukun. Tujuannya agar banyak walet masuk ke dalam gedung. Karena di keris itu bersemanyam makhluk gaib pengundang walet. Berapa bayar ke dukun? Pak Sis malu menjawab. Malu karena yang dia lakukan tak masuk akal. Setelah dipasang keris, ternyata tak ada satupun walet yang masuk apalagi bersarang. Mungkin waletnya takut lihat keris kaleee… he he..
Teman saya Arfan, yang beralamat di Jl. Husein Jeddawi-Bone Sulawesi Selatan, yang gedung waletnya cuma ukuran 3 m X 6 m, (Gedung Walet Paket Hemat), sebelum mendapat ilmu teknik memanggil walet, dia rajin membakar kemenyan/ dupa untuk memanggil walet. Tiap pagi dan sore dia lakukan ritual aneh itu. Entah ide dari mana. Asap kemenyan menyebar kemana-mana. Wajar jika walet justru tak mau datang. Sebab, mungkin kepala walet pusing menghirup bau kemenyan. Belakangan, ia malu kalau diingatkan perilaku irasionalnya itu. Sebelum bulan puasa kemarin, saya sempat ke Bone, menginap di Artha Inn .Saya sempatkan menengok gedung walet hemat beaya milik Arfan. Di sudut roving room, saya melihat guci kecil bekas tempat bakar kemenyan itu.
Mengapa mereka terperosok masuk ke wilayah irasional? Mungkin karena ilmu waletnya masih blank. Mungkin juga sudah capek eksperimen tetapi tak membawa hasil. Mungkin juga sudah putus asa, pikirannya buntu alias mentok, lalu minta pertolongan kepada yang gaib. Minta tolong kepada yang gaib, ke Setan atau ke Tuhan?
Saya punya member namanya Benny Raintama. Sehari-hari berkantor di Jl. Babe Palar Manado sebagai Chief Eksekutif Manado Pos. Gedung waletnya ada 2, yaitu di Kalasey dan Winangun. Saya datangkan pekerja dari Jawa untuk membangun gedung tersebut. Setelah gedung selesai dan siap operasional, Benny mengadakan syukuran. Pendeta diundang untuk pemberkatan. Acaranya resmi. Saya bertiga dalam gedung walet bersama Benny dan Pendeta. Pendeta berkhotbah di nesting room walet. Tamu undangan dan handai taulan ada di luar gedung, di roving area. Selesai khotbah, pendeta mengambil air dan memerciki lantai gedung walet. Benny minta tolong agar Tuhan memberkati gedung waletnya. Acara diakhiri dengan makan bersama. Ada yang memilih babi panggang atau ayam goreng. Minumannya ada yang memilih teh botol, ada yang memilih arak khas Manado. Para tamu undangan asyik makan, Benny asyik bermain organ melantunkan lagu lagu nostalgia alias lagu jadul. Sekarang populasi waletnya berkembang bagus. Adik iparnya si Harul jadi tukang panen. Jika panen. sebagian sarang di paketkan ke tempat saya.
Member saya di Sampit, juga selalu berdoa tiap Minggu ke Gereja. Saya panggilnya Ci Naeng, pemilik toko Cinderella-Sampit. Populasi waletnya sudah ribuan. Tiap panen tidak lupa selalu transfer ke rekening saya. Dia juga sumbangkan 10 % untuk Gereja. Dalam ajaran Islam, zakat cuma 2.5 %. Selebihnya dinilai sedekah. Kata Ustadz Yusuf Mansyur, yang rutin mengisi acara di TPI menganjurkan agar kita rajin sedekah. Dengan sedekah, Tuhan akan melipat-gandakan rejeki ke kita. Pemilik walet yang rajin sedekah, Tuhan akan menambahkan lebih banyak rejeki ke orang tersebut. Bukankah Tuhan Maha Pemberi? Jika kita suka bersedekah, suka memberi, pasti akan selalu diberi banyak rejeki oleh Sang Maha Pemberi.
Budidaya walet bukanlah wilayah megic., tapi wilayah rasional. Pendekatannya mengunakan ilmu, menggunakan teknik. Bukan menggunakan keris atau pring petuk. Pelajari ilmu walet yang sudah banyak tercetak di buku. Berdiskusilah dengan teman yang lebih paham walet. Pilihlah lokasi yang tepat. Bikin gedung dengan desain yang benar. Aturlah tata ruang se-nyaman mungkin. Beli perlengkapan yang penting. Alat yang vital menurut saya ada 3 saja. Yaitu = 1) sound system walet komplit, 2) sarang imitasi, 3) mesin kabut, dan alat pengukur suhu dan kelembapan. Sudah itu saja. Tak perlu yang lain-lain. Yang lain-lain tak ada signifikansinya. Jangan mau dibohongin.