Di tengah kondisi yang masih dirundung kesedihan dan kesulitan, namun tetap masih berusaha membantu orang lain. Itulah yang dilakukan bang Ahmad Ariadi agen duniawalet Palu.
Gedung walet pribadinya roboh akibat musibah gempa Palu 7.7 SR, padahal sudah panen 3 kg lebih tiap bulan. Selama kami bisa membantu insyaallah akan kami bantu. Begitu niat tulus Bang Ahmad.
Musibah gempa, disusul tsunami, dan terjadinya likuifaksi di Palu dalam waktu yang bersamaan, yang telah menelan ribuan jiwa, serta memporak-porandakan ribuan rumah, masjid, toko, bangunan hotel dan lain sebagainya termasuk sebagian gedung walet. Menurut perkiraan 50 % gedung walet di Palu dan Sigi rusak. Masyarakat yang selamat, tinggal sementara di tenda pengungsian, dan jutaan burung walet yang selamat juga mengungsi dan akan menetap di gedung lain.
Selang sehari setelah musibah yang mencekam itu, saya mencoba kontak dengan agen dan member di Palu. Namun sulit dihubungi disebabkan jaringan komunikasi belum berfungsi normal. Saya tergerak menanyakan kabar keselamatan, ikut bela sungkawa dan mendoakan agar tetap tabah dan sabar.

Tayangan video streaming baik di Youtube atau kiriman di WhatsApp saat detik bencana membuat hati ikut tercekam dan sulit membayangkan dahsyatnya kejadian kala itu. Tiga kejadian dalam waktu bersamaan; gempa, tsunami dan liukifasi. Tanah bergoyang dan terbelah, ombak tinggi menyapu daratan, lumpur bergerak menyeret pepohonan, menenggalamkan ribuan jiwa. Rumah berjalan lalu tersedot lumpur ke bawah. Di video amatir saya lihat sebuah gedung walet sedang proses pembangunan terseret hingga puluhan meter.
Ada beberapa gedung walet yang masih berdiri, antara lain milik pak Joko. Namun lantai cor bagian luar terbelah dan dinding pagar setinggi 2.5 meter runtuh. Jika gedung walet roboh tentu koloni waletnya akan pindah ke gedung lain.
” Gedung walet saya dindingnya hanya retak saja. Burung walet tidak sampai kabur ke gedung lain. Malah saya bersyukur Alhamdulillah karena mendadak dapat tambahan banyak koloni walet yang mengungsi dari gedung lain yang roboh”, kata Ilham salah satu keluarga duniawalet di Palu.
Ilham mendapat pelajaran nyata bahwa dibalik musibah ada berkah. Bahwa harta benda yang kita miliki sejatinya hanya bersifat sementara dan titipan dari Allah semata. Allah yang mengatur rizqi setiap hamba Nya.
Waktu gempa di Lombok, Agustus 2018, dengan kekuatan 7.0 SR, salah satu member di Mataram juga menyampaikan bahwa mendadak ratusan walet datang dan masuk gedung. Gedung waletnya belum lama on namun cepat dihuni walet yang migrasi.
Begitu pula saat gempa menggoyang kota Padang, September 2009 berkekuatan 7.4 SR, gedung member yang semula sepi, esok harinya ramai didatangi walet yang migrasi dari gedung asal yang rata dengan tanah.
Dua hari lalu pak Joko mengirim video kondisi gedung waletnya di Sigi.
Banyak walet berterbangan namun belum mau masuk, karena tak ada suara. Aliran listrik putus, ampli tak bisa berfungsi. Tak ada suara tak ada bunyi pemanggil. Mengetahui kabar itu, esok hari Ahmad Ariadi langsung pasang Sollar cell di gedung pak Joko. Tak lama ampli mulai berfungsi, suara panggil dan inap juga mulai berbunyi. Koloni walet pun mulai masuk ke dalam gedung.
Sekarang ini di kota Palu dan sekitarnya burung walet cari tempat tinggal. Meski kondisi internal gedung ada yang kurang sesuai dengan habitat, walet tetap mau. Sebab walet butuh tempat menginap. Burung berliur mahal ini tak banyak pilihan.
Dibalik kesulitan, ada kemudahan. Dibalik musibah yang telah menelan harta benda dan nyawa, masih ada berkah dan secercah harapan baru.
Teruslah bersujud
Berbisik di bumi
Terdengar di langit
Allah maha kuasa.