Senin kemarin 26 Agustus saya ke Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Penerbangan dari Balikpapan sekitar 45 menit. Sebelum mendarat, dari balik jendela pesawat saya lihat hamparan hijau hutan dan perkebunan sawit yang luas, juga kelokan sungai memanjang seperti ular. Sebuah lanskap yang elok dipandang.
Roda pesawat Expres Air mendarat pukul 14.00 di bandara Melalan. Agen duniawalet Bang Yandri dan Bang Didi sudah menjemput di pintu kedatangan. Kami berbincang sebentar kemudian lanjut makan siang. Tak lama kemudian, saya menunaikan shalat jamak takhir lalu cek in di hotel Monita.
Hotel ini sudah dua kali digunakan untuk seminar BAN-duniawalet. Yaitu tanggal 15 mei 2016 dan 13 mei 2018.
Dari seminar tersebut Alhamdulillah banyak member yang telah sukses mengaplikasikan ilmu budidaya walet secara benar.
Sore hari kami keliling bersama Bang Yandri dan Ian Sopian melihat pertumbuhan gedung walet yang luar biasa. Banyak gedung dibangun masyarakat dengan berbagai ukuran. Sesuai kemampuan dana masing-masing. Ada yang berdinding seng dilapis gabus. Ada yang dinding dari papan, berdinding batako hingga bangunan gedung permanen.
Suara cericit walet bersahutan di langit kota Melak ditimpa suara walet birahi yang memancar dari LMB.
Member saya paling lama di Melak antara lain bang Ian Sopian. Hasil panen sarang beliau sudah sangat menggembirakan.
Populasi burung walet di Melak berkembang subur oleh karena kondisi geografis sangat mendukung. Curah hujan tinggi, hutan masih relatif terjaga. Bukan kawasan Industri. Air berlimpah.
Menurut bang Yandri Toking, pertumbuhan gedung walet di Melak hampir mencapai 1000 unit. Demikian pula di Barong Tongkok. Ini artinya persaingan sangat ketat yang mengharuskan petani walet memperluas wawasan, jika tidak mau perkembangan populasi walet di gedung lambat. Di daerah sentra walet biasanya hanya 30% yang produktif. Dan itu gedung yang awal berdiri di lokasi tersebut.
Tidak sedikit petani walet yang galau karena gedung stagnan bahkan sepi. Ini disebabkan awal penentuan lokasi yang tidak tepat atau pengkondisian suhu dan kelembapan yang kurang pas, selain problem tata ruang dan setting suara. Lantas apa yang dilakukan? Akibat minimnya wawasan dan pemahaman, mereka justru menambah keras volume suara panggil. Dengan tujuan agar koloni walet yang ramai di gedung tetangga, akan berpindah beralih mendatangi gedungnya. Saking keras volume suara panggil itu, sampai mengganggu lingkungan.
Dengan volume yang keras justru walet tidak datang ke LMB. Kenapa? Karena gelombang suara memantul mengenai gedung walet sekitarnya. Wal hasil apa yang dilakukan itu justru tidak efektif.
Selain itu suara juga pecah. Apalagi jika settingan tribel dan bass tidak pas, bukanya walet datang merespon, melainkan malah menghindar.
Siang hari kami sejenak minum kopi di kedai sederhana. Tak berapa lama datang member Robert dengan dua teman. Kami ngobrol mengenai kondisi perwaletan di Melak. Menurut Robert, animo masyarakat untuk membangun gedung walet masih sangat besar. Di sekitar gedungnya yang 1 tahun lalu sempat saya kontrol, masih merupakan gedung tunggal di lokasi tersebut. Setelah populasi walet mulai berkembang, gedung walet baru bermunculan. Sekarang ini sudah ada 3 unit gedung walet di sekitarnya.
Disini sudah terjadi persaingan berebut walet. Dengan kondisi tersebut apa yang musti dilakukan?
Bang Yandri menambahkan, agar menang dalam persaingan maka harus dilakukan yaitu selain update suara, juga update tata ruang. Perlu diatur agar benar.
Siang itu kondisi Melak mendung. Awan tebal memayungi kota dari terik matahari. Kami masih asyik ngopi siang.
Robert menceritakan, ia membangun gedung walet yang baru. Total gedung waletnya ada 3 unit. Namun bukan lagi di dalam kota. Melainkan di pinggiran. Belum lama anak muda berbadan kurus ini membeli gedung walet yang kurang produktif berada di tengah lahan sawit seluas 15 hektar. Di lokasi itu populasi walet sangat bagus karena berada di tengah perkebunan. Pakan berlimpah. Persaingan tidak ada. Hanya gedung tunggal. Gedung mangkrak yang ia beli lantas disetting ulang. Bangunan juga diperluas. ” Saya banyak dibantu oleh kak Yandri,” kata Robert. Dalam beberapa bulan hasilnya sudah tampak sangat menggembirakan. Kopi dicangkir mulai menipis.
Adzan ashar terdengar berkumandang. Kami meninggalkan warung kopi.