Member di daerah Sintang Kalimantan Barat, mengirim poto ke whatsApp saya, bangkai burung walet dengan background asap tebal di sekeliling gedung walet. Member di Sampit Kalimantan Tengah, yang daerahnya juga dikepung oleh asap kebakaran hutan, mengirim pertanyaan senada.
“ Pak Arief, apa yang harus saya lakukan atas kasus ini?”
“ Apakah pada musim asap ini, bisa efektif memancing walet? “
“ Bangunan gedung walet sudah siap. Apakah pada kondisi sekarang bisa saya On kan? “
Sementara itu, Agen duniawalet Tarakan, Kalimantan Utara Bang Masrifuddin mengirimkan poto gedung walet miliknya di daerah Nunukan pada jam menjelang magrib. Tampak wajah dinding terang. Di sudut LMB menyala lampu merah.
“ Karena kabut asap tebal, maka saya pasang lampu terang yang menyorot wajah gedung. Agar dari jauh, burung walet terbantu mengenali gedungnya. Ini saya lakukan agar ribuan koloni walet tidak tersesat pulang,” jelasnya.
Menurut Bang Masrifuddin, kabut asap yang menyelimuti daerah Nunukan itu kiriman dari provinsi lain di Kalimantan. Sebelumnya, pemandangan pulau Sebatik dengan perbukitan yang hijau terlihat jelas dari kota Nunukan.
Namun belakangan ini, akibat kabut asap, bukit di Sebatik tidak lagi kelihatan. Roda ekonomi ikut terhambat. Speed dan pesawat tidak bisa beroperasi.
Seperti diketahui bersama, musim kemarau ditambah adanya kabut asap kebakaran, telah membuat problem bagi pembudidaya burung walet.
Pada musim kering, jumlah serangga sangat sedikit. Burung walet harus mencari makanan hingga puluhan kilometer. Ini berakibat walet lambat pulang.
Biasanya menjelang magrib sudah pulang kandang, namun di musim kemarau, burung walet pulang hingga habis adzan isya’, bahkan pukul 20.30 masih terlihat beberapa ekor masuk gedung.
Berbeda pada musim penghujan, dimana banyak air menggenang, semak-semak subur dan serangga kecil berlimpah ruah. Pada musim ini burung walet sangat cukup makanan.
Pada musim kering, ditambah kasus kebakaran hutan, tentu ini menjadi problem yang serius bagi petani walet.
Bagaimana dengan gedung walet yang sudah selesai dibangun dan siap operasional ?
Seperti sudah saya jelaskan di berbagai kesempatan, bahwa kesuksesan budidaya burung walet, selain ditentukan oleh faktor internal, juga ditentukan faktor eksternal. Kondisi internal bisa dikendalikan. Namun faktor eksternal, atau faktor luar, sangat sulit bahkan tidak mungkin dikendalikan. Misalnya faktor musim kemarau.
Memang, membuka atau mengawali sebuah usaha perlu momen yang tepat. Misalnya, lounching usaha garmen atau pakaian, momen yang tepat adalah menjelang bulan puasa.
Lounching usaha jasa travelling, waktu yang tepat menjelang musim liburan. Pada usaha budidaya walet, waktu yang tepat on perdana menjelang musim hujan.
Apabila bangunan gedung walet siap operasional, namun di musim kemarau ditambah kabut asap kebakaran, apakah tetap dilounching atau menunggu asap reda?
Menurut saya, silahkan bunyi suara pemanggil walet dan inap dibunyikan, meskipun sebenarnya momen tidak pas. Ini dimaksudkan sebagai langkah pengenalan kendati hal tersebut kurang efektif, sambil menunggu berangsur hilangnya kabut asap, sambil berharap segera turun hujan.
Bagaimana dengan gedung walet yang masih tahap berkembang, dan gedung walet yang sudah produktif?
Kabut asap kebakaran terlihat pekat saat pagi dan sore hari. Jarak pandang menjadi terhalang. Bagi gedung yang sudah berisi koloni walet, bisa meniru apa yang dilakukan Bang Masrifuddin yaitu pasang lampu sorot. Ini sebagai upaya agar koloni walet yang pulang menjelang petang, dapat terbantu mengenali rumahnya.
Pada artikel sebelumnya, saya pernah menulis perihal “behavior” burung walet yang pulang dari mencari makan di daerah Penajam menyebrangi teluk ( sebagian) menuju sentra walet Pasar Baru –Kota Balikpapan. Hingga menjelang waktu isya’, suara cericit ribuan burung walet terdengar ramai sembari terbang ber-iringan di atas jalan kota yang terang oleh cahaya lampu.