Member saya di Nunukan, Kalimantan Timur, Bp. Makmur yang tinggal di Jl. A. Yani, menanyakan tentang void yang dipasang pagar di sekelilingnya. Beliau saat ini lagi menyelesaikan gedung waletnya yang 3 lantai. Lebar voidnya 4 m x 4 m.
dengan posisi tegak lurus, dari atas ke bawah. Dari lantai atas, Bp. Makmur melihat lantai dasar melalui void. Ngeri katanya. Orang jatuh bisa tewas…Melihat void yang membahayakan itu, dan demi keamanan, Bp Makmur, berencana memberi pagar keliling di bibir void. Pagar dari tembok. Ini sebagai upaya preventif keamanan. “Pak arief, voidnya saya pagar tembok keliling, apalah walet tidak terganggu untuk turun ke void…?”, demikian pertanyaannya.
Saya punya member lama namanya Yuzi (Mr), tinggal di Sumber – Cirebon. Sudah 3 tahun saya mengelola gedung waletnya yang terletak di belakang tempat usahanya studio photo “Otong”. Menjelang puasa ini, saya membantu Yuzi lagi untuk penataan ruang dan tata suara di gedung waletnya yang baru, yang terletak tidak jauh dari gedung lama. Pada gedung yang ke dua, karena tinggi gedung 2 lantai, maka harus ada void. Dengan alasan keamanan, Yuzi memasang pagar kayu di sekeliling void. Saya takut jatuh,.. katanya.
Masih banyak lagi gedung walet yang saya masuki, terpasang pagar di sekeliling voidnya. Semua dengan alasan keamanan. Itu sangat masuk akal. Sebab, saat masuk gedung walet dengan kondisi penerangan yang kadang kurang terang, lubang-lubang void sangat membahayakan.
Tidak sedikit, lubang void telah menelan korban nyawa. Member saya, Agus Salim, yang tinggal di Jl. Agus Salim, Bone-Sulsel, mengirim sms bahwa gedung walet tetangganya menelan korban nyawa, yaitu tukang panennya jatuh di lubang void, tewas beberapa saat di RS. Banyak juga yang mengalami kecelakaan akibat jatuh di void. Kabar menyedihkan itu saya dengar dari berbagai daerah. Jangan sampai kecelakaan di dalam gedung walet juga terjadi di gedung walet anda.
Teman saya, Adhi Chandra, (mantan caleg partai Demokrat… he he ) yang tinggal di Anjir- Kuala Kapuas, Kalteng, Alhamdulillah masih selamat jiwanya, akibat tergelincir di lubang void. “Saya tidak tahu ada void di belakang saya….kaki saya tergelincir…, untunglah Allah masih menyelamatkan saya…sepertinya ada yang meraih tangan saya saat itu,…. “ kisahnya. Hampir saja, anak-anaknya kehilangan bapak.
Mungkin karena Adi Chandra gemar bersedekah sehingga nyawanya masih selamat. Orang jawa bilang, sedekah adalah tolak bala, artinya menolak atau menghindarkan seseorang dari celaka atau mara bahaya yang akan mengancam keselamatan jiwanya. Maka, ayo kita gemar bersedekah…
Bagaimana agar void tidak membikin celaka? Haruskah void dipagar agar tidak menelan korban berikutnya? Jika dipagar, apakah tidak mengganggu walet? Bagaimana memasang pagar yang aman, dan tidak mengganggu walet?
Void merupakan lubang turun antar lantai yang sangat penting bagi burung walet agar mudah dan cepat saat melalui void. Dengan alasan keamanan, seseorang membuat pagar keliling di void itu, baik dengan bata maupun kayu. Namun, posisi dan ketinggian pagar itu kadang justru menyulitkan, bahkan membuat walet takut untuk turun. Pada sebuah kasus, sebenarnya posisi atau letak voidnya sudah benar, namun gara-gara ada pagar pengaman, walet menjadi takut turun atau kesulitan turun.
Saya memang menganjurkan demi keamanan, void harus berpagar. Namun, jangan sampai pagar tersebut membuat walet sulit atau takut turun ke void. Ada beberapa cara agar walet tetap mudah melalui void, dan di sisi lain, keamanan orang yang masuk gedung juga terjamin.
1. Pagar void dibuat dengan maksud sebagai pengaman agar seseorang yang masuk ke gedung walet tidak jatuh ke lubang void. Namun di posisi mana pagar yang tepat? Menurut saya, tergantung ukuran voidnya. Jika voidnya kecil misalnya ukuran 2 m x 2m, sebaiknya pagar jangan dibuat di bibir void, agak jauh, kira-kira 2 meter dari bibir void. Ini agar, walet tidak mengalami kesulitan. Semakin kecil void sebaiknya semakin jauh posisi pagar. Jika void cukup lebar, misalnya 5 m x 5 m, pagar bisa dipasang di bibir void. Tinggi pagar, sekitar 80 cm sd 1 meter.
2. Pagar dibikin portebel. Maksudnya bisa “rebah-berdiri”. Ini sebagai solusi pada gedung walet yang sempit, misalnya ukuran ruko, sekitar 4.5 m X 20 m. Apabila ukuran void 3 m x 4 m, maka jika dipasang pagar permanen, ruangan menjadi “habis”, dan walet bisa kesulitan menukik ke void. Untuk itu, pagar dibikin tidak permanen. Pagar bisa direbahkan, bisa diberdirikan. Pagar bisa dibuat dari kayu atau besi.
Saat kita masuk gedung walet, sebelum melakukan aktifitas apapun, segera pagar void dipasang/ diberdirikan. Setelah pagar pengaman terpasang, silahkan melakukan aktifitas panen dan lain sebagainya. Setelah selesai kerja, pagar segera direbahkan ke lantai lagi. Ini cara untuk keamanan pemilik gedung, juga agar walet tidak mengalami kesulitan saat turun ke void.
Suatu hari saya menengok Adi Chandra sekalian survey gedung waletnya yang masih kosong melompong. Kaki dan tangannya masih terasa sakit. Namun sifat humornya bisa mempercepat proses kesembuhan. Katanya, ia tidak trauma dengan lubang void. Namun jika ia masuk gedung walet lagi, akan membawa perlengkapan pengaman, yakni payung parasut. Jika jatuh di lubang void…. Tinggal buka parasut…. he he he ….aman..candanya.