Melanjutkan pembahasan artikel sebelumnya, pengaturan tata ruang pada RBW Bp Antono, harus memperhatikan juga habitat walet. Sebab kendati burung seriti dan burung walet memiliki banyak kesamaan, namun habitatnya berbeda. Dengan mengatur tata ruang yang tepat, mengatur suhu dan kelembalan serta mengatur cahaya secara benar, maka program putar telur akan berhasil.
Habitat burung seriti yaitu suka bersarang di tempat yang agak terang dengan suhu 27 sd 30 ° C, dan kelembapan rendah. Sedangkan burung walet menyukai tempat yang redup hingga gelap dengan suhu maksimal 29 ° C, dan kelembapan 27 sd 90 %. Perbedaan habitat itu harus dipahami sebagai pedoman dalam mengatur iklim mikro dalam RBW. Dengan pengaturan yang benar maka 2 jenis burung tersebut akan bisa hidup bersama dalam 1 RBW. Disinilah pentingnya ilmu mengatur tata ruang.
Pada kasus RBW Bp. Antono dimana anak walet tidak pernah kembali atau hilang tidak pulang, disebabkan di RBW tersebut hanya tersedia habitat burung seriti saja. Belum diatur untuk habitat burung walet. Dengan demikian anak walet merasa tidak nyaman tinggal di dalamnya. Sebab tidak sesuai dengan habitatnya. Inilah penyebab program putar telur itu gagal atau tidak berhasil.
Pada RBW Bp Antono ini terdapat 2 lantai. Secara sederhana bisa dijelaskan pembagiannya yaitu untuk lantai atas diperuntukan bagi populasi burung seriti. Sedangkan lantai dasar untuk populasi burung walet. Selanjutnya perlu pengaturan tata ruang pada tiap lantainya agar terdapat perbedaan cahaya. Burung seriti menyukai tempat tidak terlalu terang atau remang. Sedangkan burung walet menyukai tempat yang redup dan agak gelap. Sebelumnya saya sarankan, 2 LMB di lantai dasar secara bertahap harus ditutup. Agar burung seriti yang bersarang di lantai dasar akan pindah ke lantai atas. Akses masuk dan keluar, hanya melalui LMB di lantai atas. Dengan demikian lantai dasar minim cahaya. Ini akan memudahkan dalam mengatur tata ruang bagi habitat burung walet.
Begitu pula untuk mengkondisikan kelembapan, juga tidaklah sulit sebab LMB lantai dasar sudah ditutup sehingga kelembapan akan bisa stabil.
Mengatur kelembapan di lantai dasar bisa menggunalan cara aktif atau cara pasif. Cara aktif yaitu menggunakan mesin kabut atau sejenisnya, dimana untuk mengatur “on-off” nya menggunakan timer sesuai waktu yang dikehendaki.
Misalnya mesin kabut bekerja pada pukul 10.00 sampai pukul 16.00 wib, dimana tiap 15 menit mesin “on”, dan 15 menit mesin “off”. Atau bisa diatur sesuai kebutuhan dengan melihat kondisi musim.
Sedangkan cara pasif yaitu dengan membuat bak atau kolam air permanen. Bisa juga dengan kolam terpal atau ember besar. Volume air disesuaikan dengan tempatnya.
Mengenai tata ruang, agar Bp Antono lebih mudah memahami, saya kirimkan gambar sekat untuk lantai atas dan lantai bawah agar tersedia ruang yang remang, ruang redup dan ruang yang agak gelap.