Hari Ahad sekitar pukul 09.00, program putar telur dilakukan. Semua telur walet yang sudah dibeli, yaitu sebanyak 50 pasang siap dimasukan ke dalam sarang seriti. Dengan ilmu yang masih terbatas, karena sebagai pemula, dalam waktu kurang 2 jam, pergantian dari telur seriti ke telur walet telah selesai dikerjakan. Bu Syl merasa lega. Harapanya bakal panen sarang walet mulai tumbuh. Gedungnya bukan melulu berisi sarang seriti, namun juga akan ada sarang waletnya.
Apakah program tersebut akan berhasil ? Apakah telur walet itu bisa menetas semuanya? Apakah induk seriti mau mengerami telur walet yang ukuranya lebih besar dibanding telur seriti? Apakah jika nanti sudah menetas, induk seriti tetap mau memelihara sampai anak walet yang ukuranya lebih besar dari anak seriti? Apakah induk seriti sanggup memberi makan anak walet sampai bisa terbang? Apakah jika anak walet bisa terbang akan bisa pulang kembali ?
Program putar telur yang dilakukan Ibu Syl di gedungnya itu memang baru pertama kali. Menurutnya yang penting 50 pasang telur walet sudah diletakkan di dalam sarang seriti. Adapun pertanyaan-pertanyaan di atas, jawabanya akan didapatkan sembari berjalanya waktu.
Yang penting sudah ada usaha. Bu Syl yakin bahwa usahanya itu pasti membuahkan hasil. Biarpun tidak maksimal, namun harapanya akan tercapai. Yakni terdapat populasi baru di dalam gedungnya. Yaitu disamping ada seriti juga ada burung walet. Bu Syl akan terus melakukan program putar telur tersebut sampai populasi burung walet dalam gedungnya semakin bertambah banyak.
Agar program putar telur berjalan dengan baik, harus didahului seleksi telur walet. Juga seleksi telur seriti. Namun bu Syl tidak melalui tahapan seleksi itu. Maklum masih pemula. Penjelasan tentang pentingnya seleksi yaitu sebagai berikut:
(1) Telur walet yang dibeli harus utuh alias tidak retak. Ini bisa dilihat dengan mata telanjang. Telur walet yang retak, tidak bisa dipakai. Harus disisihkan. Sebab jika dipaksakan juga tidak akan menetas biarpun embrionya masih hidup, karena itu termasuk telur yang rusak. Program putar telur harus memperhatikan keutuhan telur walet.
(2) Embrio telur walet dalam keadaan hidup. Ini bisa dilihat dengan menggunakan teropong cahaya. Telur yang gagal dibuahi oleh walet penjantan, tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Karena tidak ada embrio, maka telur ini tersortir tidak masuk dalam program putar telur karena bakal tidak menetas.
(3) Melihat usia telur walet. Apakah itu telur muda atau telur tua? Ini bisa diketahui dari warna telur. Apabila telur muda, warnanya agak kemerahan. Jika warna telur agak kehitaman, itu pertanda telur sudah tua, alias sudah dierami oleh induk walet. Kadang terjadi, begitu sampai di tempat, ada telur walet di box yang sudah menetas. Pembeli jadi bingung. Mau diapain anak walet itu. Akhirnya dimasukkan di sarang seriti yang sudah ada anaknya. Diharapkan anak walet merah ini ikut disuapi oleh induk seriti.
Apakah telur seriti dan telur walet yang terpegang tangan tetap bisa menetas? Ataukah ada alat khusus untuk melakukan program putar telur? Ikuti pembahasan di artikel selanjutnya.