Suatu hari sohib dekat saya Mas Bagonk chatting di media sosial. Beliau berkisah kalau belakangan ini mancing walet ke gedung baru cuma pakai suara inap saja. Ternyata hasilnya tidak mengecewakan. Di awal chattingan mas bagong mengingatkan “ ..dulu kita memanggil walet juga hanya pakai satu suara saja, toh hasilnya juga mantab ya pak Arief “..
Nama aslinya Sugeng Santosa, namun sehari hari lebih familiar dengan panggilan Mas Bagonk baik di lingkungan dunia nyata maupun di dunia maya. Bahkan nama toko beliau juga pakai nama Bagong. Saat ini beliau lebih banyak fokus membangun gedung walet diberbagai lokasi di bumi Kalimantan. Namun komunikasi kami tetap terjalin.
Saya jadi teringat sekian tahun yang lalu, perkenalan pertama dengan beliau mungkin sekitar th 2000. Gedung walet Mas Bagonk yang berada di belakang rumah dan juga di belakang toko nya di Pati Jawa Tengah, saya yang atur semuanya. Baik atur suara maupun atur ruangan. Pada saat itu suara elektronik yang saya pakai hanya gabungan suara anak walet dan suara walet birahi. Cuma 1 suara saja.
Biarpun hanya 1 suara namun hasil kerja sangat menggembirakan.Pekerjaan saya ini dibayar nanti setelah ada bukti. Jadi client lebih suka karena tidak spekulasi bayar dimuka, sementara hasil belum tentu ada. Sistem pembayarannya, jika dalam 1 tahun terbukti ada sarang walet, sayabaru dapat bayaran. Hitungannya persarang walet Rp 500.000. Kunci gedung saya yang pegang. Perjanjian di atas materai. Saling percaya saja, penuh persahabatan.
Tiap 3 bulan saya kontrol progresnya. Upah rupiah akan saya terima di akhir tahun, senilai Rp 500.000 dikalikan jumlah sarang walet yang sudah terbukti menempel dipapan sirip gedung tersebut. Namun dalam perjanjian itu saya batasi, jika dalam 1 tahun terbukti ada lebih dari 50 sarang walet, maka selebihnya tidak masuk hitungan. Hanya bonus saja. Jadi upah yang saya terima pada saat itu dari hasil pergedung sudah syukur alhamdulillah, apalagi saya mengelola beberapa gedung walet baik di Pati dan sekitarnya, Juwana, Rembang, Demak, juga Kudus.
Salah satu client saya di Kudus yaitu Toko Kendi Mas yang gedung waletnya lumayan besar. Pekerjaan saya alhamdulillah sukses meski hanya pakai 1 suara elektronik saja.
Sampai saat ini hubungan saya dengan Mas Bagonk meski sudah 16 tahun, masih terjalin baik. Kadang saya mampir ke Pati kangen nasi gandul. Kadang Mas Bagong mampir di rumah saya di Weleri Kendal, sambil bawa mobil hartop yang sudah didesain khusus karena beliau hoby berburu.
Belum lama, teman saya Christian Purba yang tinggal di Medan BBM menceritakan tentang eksperimennya, beliau membunyikan suara panggil dengan menggunakan INAP SUPER. Sementara suara dalam, menggunakan suara INAP TOP. Selama ini inap super digunakan untuk suara dalam, bukan suara panggil. Namun Christian melakukan hal “yang tidak biasanya” yaitu memasang INAP SUPER sebagai suara panggil di gedung waletnya yang berada di Pematang Siantar. Apa yang terjadi? Subhanallah, beliau menceritakan, sore harinya walet yang menginap jumlahnya 3 kali lipat dari biasanya. Menurut beliau dengan menggunakan suara panggil INAP SUPER dan suara dalam INAP TOP terbukti hasilnya SUPER TOP.
Apa kesimpulan dari fakta diatas? yaitu bahwa untuk memanggil walet memang sangat efektif menggunakan suara rekaman walet. Tapi kenapa walet mau datang dan masuk gedung dengan menggunakan suara dalam/ suara menginap? Bukankah selama ini suara inap digunakan untuk suara dalam? Pertanyaan ini saya jawab dengan pertanyaan juga: apakah walet tau bahwa suara yang dibunyikan di LMB itu suara dalam?Bukankah yang menamakan suara panggil dan suara inap itu kita? Bagi walet yang penting suara itu memiliki daya tarik dan mau merespon dengan mendatangi LMB. Entah itu namanya suara inap/dalam, entah itu namanya suara luar/panggil, walet tidak peduli. Entah suara elektronik itu banyak suara piyiknya entah banyak suara birahinya, yang penting walet suka dan tertarik pada suara yang dibunyikan tersebut. Berani coba?