Panggilan sehari-hari Wawan. Orangnya masih muda. Usia sekitar 35 an. Tubuhnya altetis. Sering dimintai tolong membangun Rumah Burung Walet ( RBW) dengan konstruksi semi permanen. Ia memang tukang kayu. Di kala santai Wawan memainkan keybord. Ia suka nyanyi. Lagu dangdut. Suaranya tinggi seperti Yoppi Latul. Banyak lagu karya bang Haji Rhoma yang ia hapal. Selain membangun RBW, Wawan juga menerima job mengisi hiburan di acara hajatan.
Saat itu Wawan tinggal di Bakungan, Ulak Nanga tidak jauh dari kota Samarinda. Di samping rumah dibangun RBW ukuran paket hemat dengan tinggi 3 lantai. Lantai bawah untuk garasi. Kondisi suhu dan kelembapan lingkungan sangat cocok sesuai habitat burung walet. Karena persis di belakang rumah mengalir sungai Mahakam.
Saya sempat dijamu makan siang di teras belakang sambil menikmati kawanan burung walet terbang rendah di permukaan sungai diantara enceng gondok dan batang kayu lapuk yang terbawa arus air. Istrinya pandai memasak. Siang itu lauknya ikan patin goreng dan sayur jantung pisang dengan bumbu pedas. Nikmat sekali.
Ada bangunan RBW lain miliknya yang berlokasi di tengah kebun rambutan. Banyak serangga kecil di perkebunan itu. Wajar jika dalam waktu singkat RBWnya segera ditempati burung walet. RBW nya ukuran paket hemat dengan bangunan semi permanen agar dananya hemat. Suhu dan kelembapan diatur sesuai habitat burung walet. Populasinya terus meningkat dari bulan ke bulan. Wawan tersenyum lega.
Namun kegembiraan itu bertemu batu sandungan. Populasi waletnya mendadak stagnan bahkan berkurang. Yg semula ratusan ekor menyusut tinggal puluhan. Banyak sarang di papan sirip yang tidak aktif. Tandanya yaitu kotoran di lantai sudah kering tanda sarang kosong tak ada penghuni. Populasi walet telah migrasi. Ada apa gerangan? Apa penyebabnya?
Apakah RBW kemasukan burung hantu? Ternyata tidak. Wawan telah menge cek berulang kali RBW aman dari adanya burung hantu. Kecurigaan bergeser ke predator tikus. Racun tikus ditebar ke setiap sudut lantai. Selang 3 hari di cek ternyata racun masih utuh. Tidak ada binatang tikus di dalam RBW. Lalu apa yang memicu terjadinya migrasi koloni walet di RBW Wawan? Tokekkah? Atau ular?
Wawan memasang ranjau berupa jaring ikan yang dipasang di dinding RBW. Dengan maksud, apapun jenis predatornya semoga akan bisa terjerat oleh ranjau jaring itu.
Usaha Wawan tetap tak membuahkan hasil. Tidak ada tokek, atau ular yang terjerat ranjau jaring. Namun Wawan justru melihat predator yang selama ini tidak terpikirkan. Yaitu tupai. Ada 3 ekor tupai yang masuk ke dalam RBW melalui lubang masuk burung (LMB).
Sekawanan tupai itu meloncat gesit dari dahan pohon rambutan. Tupai ternyata bukan hanya makan buah dan biji-bijian. Melainkan juga makan daging, dalam kasus ini daging burung walet.
Esok harinya Wawan menyanggong tidak jauh dari RBW nya sambil ditanganya siap senapan angin yang sudah dikokang. Sasaran bidik mulai tampak. Dengan sigap jari Wawan menarik pelatuk senapan. Bidikanya jitu. Tubuh tupai tertembus peluru, jatuh ke tanah.
Perburuan predator itu terus dilanjutkan hingga beberapa hari sampai kondisinya aman. Pengalaman Wawan menjadi pelajaran bagi pembudidaya burung walet, agar menjaga RBW nya dari serangan predator – apapun jenis predatornya – sebagai upaya mencegah terjadinya migrasi burung walet.