Kejadian ini dialami salah satu member di Ketapang Kalbar. Gedungnya berada di tengah kota. Di lokasi itu termasuk daerah sentra walet. Tidak jauh dari gedungnya mengalir sungai Pawan. Ukuran gedung 12 m x 16 m tinggi 4 lantai. Bagian atas berupa dak cor tebal tanpa genteng dan dibuat kolam air agar menahan panas matahari. Populasi walet di dalam gedung sudah lumayan banyak. Semua lantai produktif. Hampir semua papan sirip sudah ada sarangnya. Ada yang berderet rapat ada yang berjarak. Agar kondisi kelembapan terpenuhi dengan baik, maka pada tiap lantai digunakan mesin kabut. Suplay air diperoleh dari kolam di dak atas. Air di dak atas itu dimaksudkan untuk menciptakan kelembapan eksternal. Kemudian disalurkan ke bak air di tiap lantai untuk mengisi mesin kabut agar tercipta kelembapan internal. Bak air di atap gedung selain disuplai dari sumur tanah juga dari penampungan air hujan.
Suatu hari member bertanya:
+ : ” Pak Arief saya ada problem. Yaitu sebagian sarang walet berwarna agak kehijauan. Bahkan seperti ada lumut di sarang tersebut. Harganya jadi anjlok. Lebih murah. Bahkan ada pengepul yang tidak berani membeli. Pertanyaan saya mengapa sarang bisa berwarna seperti itu ?”
– : ” Kasus itu di lantai bawah kah?”
+ : ” Di semua lantai pak saya temui sarang kehijauan. Memang yang paling banyak di lantai bawah. Tapi kasus tersebut ada di semua lantai.”
– : ” Apakah kotoran di lantai rajin dibersihkan?”
+ : ” Sudah pak.”
– : ” Apakah dinding gedung lapuk dan banyak kotorannya?”
+ : ” Semula saya menduga pengaruh dari dinding. Tapi biarpun dinding sudah saya bersihkan, masih saja tumbuh sarang warna kehijauan.”
– : ” Apakah papan sirip berjamur?”
+ : ” Saya sudah kontrol semua papan sirip aman. Tidak ada yang basah, tidak tumbuh jamur juga tidak tampak bercak putih. Semua papan sirip dalam kondisi kering dan bersih.”
Saya menganalisa kasus ini. Jarang terjadi sarang walet warna agak kehijauan dan tumbuh lumut. Di sisi lain kebersihan gedung sudah diperhatikan dengan baik. Papan sirip pun bebas dari jamur. Lalu saya curiga jangan-jangan dari faktor air mesin kabut. Saya telusuri suplai air untuk mesin kabut itu dari mana. Ternyata diperoleh dari dak air di atap gedung. Kasus sarang berlumut ini kemungkinan besar dari kolam air di atas gedung. Kecurigaan saya beralasan. Sebab air yang terkena sinar matahari dalam waktu lama akan menumbuhkan spora atau tumbuhan lembut. Ini biasa disebut lumut.
Sumber masalahnya kemungkinan besar dari faktor air kotor ini. Selama ini, air untuk mesin kabut bukan dari air bersih. Bukan dari air tanah. Melainkan air yang sudah bercampur dengan lumut.
Kepada member saya sarankan, agar suplai air ke mesin kabut dari kolam atas dihentikan, dan diganti dengan air yang bersih.
Member setuju. Perubahan dilakukan. Kelembapan ruangan pun menjadi bersih karena disuplai dari air yang bersih. Tiga bulan kemudian saya mendapat laporan, semua sarang sudah putih bersih. Bahkan lebih putih dari sebelumnya. Tidak ditemukan lagi kasus sarang kehijauan. Ini menjadi pelajaran bagi petani walet, agar memperhatikan suplay air untuk mesin kabut harus dari sumber air yang bersih. Jika kotor bisa berimbas ke kualitas sarang.
Setelah member melihat perubahan sarang menjadi putih bersih, ia merasa lega. Masalah sudah selesai. Saya pun ikut lega.