Haji Iwan, saat mengontrol gedung waletnya di lingkungan pasar Kota Palangkaraya, sedikit mengernyitkan dahi. Ia dengan serius mengamati beberapa sarang walet di atas rukonya. Jari telunjuknya menunjuk ke papan sirip. Lalu jarinya menunjuk ke lantai. Sesaat kemudian, jarinya ditempelkan di kening. Dahi haji muda ini berkerut. Matanya menatap saya. Bibirnya terkatup. Tapi saya paham, ia hendak bertanya tentang sesuatu. Tentang kasus sarang yang ditinggal pergi walet. Saya lalu menjelaskan secara rinci dan detail. Haji gaul ini mengangguk tanda mengerti. Iwan adalah anak ke 3 Bp H. Abdul Gafur, pemain walet number one di Palangkaraya. Karena prestasi kerja saya, di tahun 2005 lalu saya dan keluarga mendapat bonus umroh ke tanah suci bersama keluarganya.
Sarang ditinggal pergi, adalah fenomena yang acap terjadi pada sebuah gedung walet. Burung walet yang hendak membikin sarang, umumnya akan melalui observasi terlebih dahulu. Walet akan memilih tempat yang menurutnya aman dan nyaman. Jika walet sudah memutuskan satu tempat tertentu, maka segera ia membangun sarangnya secara perlahan-lahan. Tetapi kenapa sarang yang telah dibangunnya ditinggal pergi ? Kadang kita melihat leletan liur walet di papan sirip atau fondasi sarang yang tidak diteruskan. Pada papan sirip lain kadang kita melihat juga sarang walet yang sudah jadi, tapi tak ada penghuninya. Ini bisa diketahui karena di bawahnya tidak terdapat kotoran walet. Atau jika ada kotoran, namun sudah kering. Saya menyebut sarang tersebut sebagai sarang tidak aktif. Ada sarangnya tak ada burungnya. Tandanya, tak ada kotoran di lantai.
Ada beberapa penyebab, antara lain pertama: Papan sirip yang semula kering, namun karena terjadi kebocoran pada dak/ plafon, lalu rembesan airnya membasahi bidang papan sirip. Walet lalu akan pindah ke papan sirip lain. Sirip yang basah akan membuat daya rekat liur walet menjadi berkurang. Walet merasa tidak aman membangun sarang di tempat basah Walet kuatir kekuatan sarangnya tidak tahan lama dan mudah lepas. Kedua : Ada kemungkinan salah satu pasangan mati, sehingga walet harus mencari pasangan baru dan memilih tempat baru. Ketiga : Walet terganggu karena ada predator, misalnya tikus, tokek, cicak, atau kecoak. Walet kurang nyaman lagi, atau bahkan terancam jiwanya. Keempat, bisa juga karena faktor kelembapan ruangan/ gedung yang semula, misalnya 85 % karena air yang ada di kolam/ baknya kering, akhirnya kelembapan turun menjadi 50 %, sehingga ruangan menjadi kering. Walet merasa tak nyaman lagi membikin sarang di tempat kering. Air liurnya susah keluar dari tenggorokannya. Kelima, bisa juga karena twiter di papan sirip mati, atau sound system suara rekaman walet rusak sehingga tak ada bunyi suara walet. Pada gedung baru, bukankah walet masuk gedung karena ada suara rekaman walet? dan walet menginap karena ada suara elektronik itu ? Jika suara tak ada lagi, walet akan pindah ke gedung yang ada bunyi suara walet, meskipun hanya berupa rekaman.
Masih ada penyebab lain sehingga walet pindah tempat bahkan pindah gedung lain meski sudah membikin sarang. Seperti dialami member saya di Subang-Jawa Barat. Yaitu, ia menyemprotkan cairan perangsang/ parfum walet di papan-papan sirip dan pada dinding gedung sesuai advis dari penjualnya. Tujuannya agar populasi walet bertambah banyak. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, sebagian waletnya kabur pindah ke gedung lain.