Saya punya sobat karib namanya H. Suryandi, biasa di panggil Haji Yandi. Usianya 45-an. Orangnya energik, gemar lari pagi. Cara makannya di jaga betul. Makan sedikit daging, dan banyak sayuran. Kalau makan, nasinya tidak banyak. Biarpun lauk pauknya enak, tapi ga pernah mau nambah nasi. Habis makan, minumnya 2 gelas besar air putih, kadang teh tawar. Tidur maksimal jam 22.00. Jam 03 bangun, shalat malam, baca Al qur’an, shalat subuh. Setelah itu, lari pagi 5 KM. Tidak suka minum kopi, dan tidak merokok. Suka ngebut dan hoby ganti mobil. Sekarang menetap di Bandung buka usaha kos untuk mahasiswa. Tiap 1 minggu pulang ke Haeurgeulis, tanah kelahirannya, untuk mengontrol dan panen sarang walet.
H. Yandi adalah salah satu pemain walet yang sangat terkenal di Haeurgeulis JawaBarat. Bapaknya, Mamak Sukardi adalah pemain pertama walet di kota kecil ini. Sebagian besar pemain walet di jalur pantura Jawa Barat pasti kenal nama besar mamak Sukardi. Sejak H. Yandi kecil, Mamak Sukardi sudah budidaya walet. Menurut penuturan, sebelum mamak Sukardi membangun rumah walet, idenya muncul karena banyak seriti dan walet bersarang di plafon mobil bus yang mangkrak. Pada tahun 1960, mamak Sukardi sudah dikenal kaya, dan memiliki bisnis transportasi. Pada jaman itu, mobil angkutan masih berupa bus yang dinding serta atapnya dari bahan kayu. Ada beberapa unit bus yang rusak dan di biarkan begitu saja di sudut garasi. Mungkin karena spear partnya yang sulit di peroleh. Ternyata bus yang mangkrak tersebut dimanfaatkan walet untuk bersarang. Ini mungkin yang disebut hoki. Bus yang sudah tidak bisa jalan, ternyata menjadi awal munculnya ide budidaya walet. Bus yang semula dikira asset yang sudah tidak ada nilai ekonominya, ternyata menjadi awal dibangunnya mesin uang. Yang semula dikira sudah tidak produktif, ternyata menjadi peluang usaha yang sangat prospektif. Sampai sekarang sudah terbangun lebih dari 10 Gedung Walet. Jika Tuhan sedang memberi rejeki, maka tak ada seorangpun yang bisa menghalangi. Sebaliknya jika Tuhan lagi mengurangi rejeki, tak ada seorangpun yang bisa memberi. Rejeki memang misteri. Tidak tau kapan ia datang, dan kapan ia pergi. Mengapa walet bersarang di plafon bus yang rusak? Padahal suhu tentu tinggi, kelembapan rendah dan cahaya terang. Tuhan pasti yang mengatur rejeki untuk mamak Sukardi. Tidak ada kebetulan dalam hidup dan kehidupan ini. Bahkan jatuhnya dedaunan dari pohon, sudah diatur secara detail oleh Nya. Tapi manusia wajib berusaha. Dengan akal dan kreatifitas, Tuhan akan memberikan banyak kemudahan dan karunia.
Saya kenal H Yandi sekitar tahun 2005. Dia menghubungi saya setelah membaca buku-buku saya yang baru dibeli dari Gramedia. Saat itu dia menyampaikan ada problem mengenai rumah waletnya. Belakangan ini produktifitas gedung waletnya terus menyusut dari tahun ke tahun. Ada 9 gedung yang turun produksinya secara drastis. Saya dipercaya untuk menanganinya. Alhamdulillah, akhirnya populasi walet kembali bertambah. Pemakaian CD suara walet menjadi faktor yang sangat dominan. Saya menggunakan Cd walet khusus. Faktor tata ruang dan iklim mikro gedung juga tidak bisa disepelekan. Tahun-tahun sebelumnya, gedung walet H Yandi belum muncul problem. Tapi setelah muncul gedung walet baru di Haeurgeulis, maka mulai muncul problem, yaitu kalah bersaing dengan kompetitor baru. Sebagian besar anak-anak walet tidak pulang ke rumah asal. Anak-anak walet tak mau kembali, dan memilih gedung baru yang lebih nyaman, lebih aman, lebih lembab, dengan CD suara walet yang membuat hati walet senang dan tenang. Ini pelajaran penting bagi pemain walet yang memiliki gedung di atas 5 tahun, harus terus di up date secara menyeluruh. Apanya yang di up date? Ya semuanya. Baik papan sirip, twiter, kabel, dinding yang kotor, kuman-kuman di lantai, dll. Secara berkala CD walet juga harus di up date, agar walet tidak bosan.
Suatu hari saya diundang mengontrol gedung H Yandi di sekitar stasiun KA Haeurgeulis. Produktifitasnya mulai menunjukkan angka yang meningkat. Sarang waletnya mulai tambah. Namun sarangnya tipis dan ukurannya kecil. Kenapa? Ternyata angka kelembapannya rendah. Ada bak air yang bocor, sehingga air di bak cepat habis. Jika air dalam gedung walet sedikit, maka efeknya, angka kelembapan akan rendah. Akibatnya sarang walet dalam gedung tersebut akan tipis, kering, dan keriput.
Sama dengan tubuh manusia. Jika tubuh hanya memperoleh suplay air sedikit, karena tidak banyak minum, maka kelembapan tubuh juga akan rendah. Jika kelembapan tubuh kurang maka, akibatnya kulit mudah kering, mudah keriput. Agar sarang walet bagus, kelembapan dalam gedung harus cukup, air dalam gedung walet harus banyak. Jika kulit kita mau bagus dan wajah tak cepat keriput, usahakan tubuh harus selalu lembab, dengan cara banyak minum air. Gedung walet ibaratnya tubuh manusia. Banyak air, akan lebih lembab. Gedung yang lembab, sarang walet akan bagus, tidak kering. Di tubuh yang lembab, kulit kita juga akan bagus dan tidak kering.
Dengan pola hidup yang disiplin, kesehatan H. Yandi tetap bagus. Jarang sakit. Biarpun usia sudah hampir separuh abad, tapi tubuh beliau tetap terjaga dan kulit tidak keriput. Saya mengikuti kebiasaan dia, menjaga agar tubuh selalu lembab. Dengan cara mudah : banyak minum air. Air putih lebih bagus. Apakah sarang walet anda kering? Apakah kulit anda juga kering?