Atas himbauan Wali kota Padang, ummat Islam di seluruh Indonesia dimohon menunaikan shalat gaib untuk ikut mendoakan korban yang meninggal dunia pada musibah gempa yang terjadi di Padang Sumatera Barat, Rabu tgl 30 September kemarin.
Ratusan jiwa telah wafat dan ribuan korban yang lain belum berhasil dievakuasi. Usai shalat Jumat, saya beserta para jamaah menunaikan shalat jenazah secara gaib. Mendoakan agar arwah korban diterima di sisiNya, serta mendoakan ketabahan bagi keluarga yang masih hidup. Padang di goyang gempa hebat 7.6 skala richter. Korban jiwa dan korban harta membuat kita semua ikut berduka.
Belum pernah Padang di guncang gempa sedahsyat ini, kata Rony Setiawan member saya yang tinggal di Ulak Karang Padang kota. Gempa sering terjadi tapi dengan goyangan yang tidak terlalu keras. Rony sendiri dan keluarga alhamdulillah selamat. Tapi rumah besar bertingkat yang dia tinggali rusak, sehingga Rony dan keluarga memutuskan untuk mengungsi. Banyak warga tak punya rumah lagi, sebagian rusak dan sebagian lain rata dengan tanah. Mereka mengungsi ke rumah tetangga yang masih layak huni.
Pada musibah ini yang ngungsi bukan hanya Rony dan penduduk yang kena musibah. Burung waletpun juga mengalami dampak dari bencana gempa ini. Menurut penuturan Rony yang gedung waletnya juga rusak, banyak bangunan ruko yang difungsikan untuk budidaya walet, telah rata dengan tanah. Walet berhamburan, mengungsi entah kemana.
Di Padang, banyak terdapat member saya. Saat gempa terjadi saya coba berulang kali telepon teman-teman di Padang, namun tak berhasil. Saya juga kirim sms tapi tak ada respon. Drs. Yunial, guru SD yang tinggal di Simpang Empat Pasaman Barat, juga tak bisa saya kontak. Yunial adalah pemilik gedung walet paket hemat yang mulai berhasil. Saya ikut kuatir keselamatan teman saya ini, mengingat untuk menuju Pasaman Barat harus melalui Padang Pariaman yang sangat parah digoncang gempa. Saya sempat 2 kali datang ke rumah Yunial. Yang balas sms cuma Rony, itupun baru terbalas kamis pukul 23.00 wib. Jaringan komunikasi memang ikut rusak. Teman yang lain sampai artikel ini ditulis belum ada balasan. Saya ikut sedih. Teman teman rumahnya rusak. Gedung waletnya juga rusak.
Saya pernah meninjau beberapa tempat di Bengkulu saat 2 tahun lalu digoyang gempa. Saya melakukan perjalanan darat antara Padang – Bengkulu, dengan jarak tempuh sekitar 16 jam. Kota yang saya lewati seperti Painan, Air Haji, Kapas, Muko-Muko, Putri Hijau. Muko-Muko paling parah mengalami bencana gempa. Banyak rumah penduduk, sekolahan, perkantoran dan gedung walet yang rusak. Indonesia memang termasuk jalur gempa. Kita tidak tau kapan musibah terjadi. Manusia tak punya daya apapun. Tuhan yang member rejeki, dan Tuhan pula yang mengambilnya kembali. Sampai sekarang iptek belum bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi.
Pada kasus kerusakan gedung walet akibat gempa di Padang ini, walet pasti mencari tempat lain, entah itu gedung walet yang selamat dari gempa, ruko-ruko atau tempat yang menurut walet bisa untuk tempat tinggal. Yang jelas, gedung walet yang rubuh, waletnya tentu ngungsi. Kemarin si A masih bisa panen puluhan kg sarang walet, saat ini waletnya telah pergi mengungsi. Si B yang punya ruko kosong yang semula akan dijual tapi tak laku-laku karena lokasinya kurang strategis, akhirnya dipilih walet untuk tempat tinggal yang baru. Ini sangat mungkin terjadi. Si B kejatuhan rejeki karena tanpa diduga rukonya dipilih oleh walet. Sementara Si A kehilangan rejeki dari walet, karena gedung waletnya yang sebenarnya mulai produktif telah hancur. Si B dapat berkah, sementara si A dapat musibah. Rejeki datang atau pergi tanpa kita tahu. Siapa yang punya kuasa ? Maka jangan “sok” kalau lagi kaya, jangan takabur kalau masih banyak rejeki. Dalam menjalani hidup ini jangan belagu dech ! Tuhan bisa mengambilnya sewaktu-waktu.
Bagi yang belum dapat rejeki jangan putus asa dan berdoalah selalu karena Tuhan Maha Kasih. Tuhan Maha Kaya. Jangan putus asa dari Kasih Nya. Saya jadi ingat kisah teman saya encik Farid di Pasar Kliwon Solo Jawa Tengah. Gedungnya sudah 4 tahun kosong. Dia hampir putus asa, sebab segala cara sudah ditempuh. Tapi ia selalu berdoa. Suatu sore, ia mengontrol gedung waletnya yang terlantar itu. Gedungnya panas, karena lubang fentilasi tersumbat sarang burung gereja sehingga sirkulasi udara tak bisa lancar. Kolam air kering. Peralatan audio dibiarkan mangkrak, kotor oleh debu dan sarang laba-laba. Tapi sore itu Farid terkejut karena melihat beberapa ekor walet masuk ke gedungnya. Seminggu kemudian tambah banyak walet yang datang. Dua bulan kemudian, Farid menghitung terdapat sekitar 100 fondasi sarang di papan sirip gedung waletnya itu. Kotoran walet banyak menumpuk di lantai. Ternyata usut punya usut ada gedung walet di Solo yang terbakar sehingga waletnya ngungsi ke gedung Farid. Walet datang ke gedung Farid, biarpun tak ada suara panggil.
Ingat gempa di Padang dan Bengkulu, saya jadi ingat gedung teman saya yang di Sampit. Dua gedung waletnya kena ‘gempa’. Papan siripnya ambrol. Ya, sebagian papan sirip di blok belakang ambrol jatuh ke lantai. Saya tidak perlu menyebut nama kawan saya ini. Gak enak rasanya. Gedungnya ada di Pasar Samuda, 45 km dari kota Sampit Kalimantan Tengah. Gedung 3 lantai ukuran 5 m x 20 m itu miring ke kiri. Ini akibat fondasi yang kurang kuat. Memang struktur tanah di Kalimantan terdiri tanah gambut. Tidak sedikit gedung walet yang miring. Celakanya, pemasangan papan sirip tidak kuat. Saat saya masuk ke gedung tersebut, saya kaget. Papan sirip yang mestinya ada di plafon, ternyata sudah berserakan di lantai. Sarang walet sebagian masih menempel di papan sirip, sebagian terlepas. Sebagaian besar telur pada pecah. Yang bikin kasian, di sarang itu masih banyak piyik walet yang mulai lemas. Saat saya pegang, tubuhnya sudah membiru dan dingin. Saya perkirakan ambrolnya papan sirip ini sudah 2 hari. Tapi tidak ketahuan karena teman saya jarang masuk gedung waletnya.
Gedung yang di kota Sampit juga mengalami hal serupa. Namun kasusnya bukan karena gedung miring, melainkan papan sirip keropos. Kenapa keropos? Karena teman saya ini memakai jenis papan yang lunak semacam meranti putih atau sengon. Jenis papan ini tidak tahan dalam ruang yang lembab. Papan yang yang melekat di dinding tidak kuat menahan beban sirip. Akhirnya, bisa di duga, satu blok papan sirip lepas dan jatuh ke lantai. Kejadian itu tengah malam. Walet berhamburan keluar gedung. Suara papan sirip amrol tengah malam, menimbulkan suara keras. Teman saya menduga ada gempa. Tapi, sumber suara ada di dalam gedung walet. Pasti ada sesuatu benda berat yang jatuh di dalamnya. Esok pagi teman saya mengontrol ke dalam gedung. Ternyata satu blok papan sirip jatuh ke lantai. Pada kasus ini kemungkinan kecil walet pindah ke gedung lain. Hanya pindah ke papan sirip di ruang lain saja. Stress walet akan berangsur pulih 3 atau 4 hari kemudian.
Musibah gempa di Padang terjadi pukul 17.30 wib. Salah satu sentra walet di Padang, yaitu kampung Cina juga hancur. Saat gempa sebagian besar walet belum kembali ke sarangnya. Di Padang, matahari terbenam sekitar pukul 18.30 wib. Jadi jam setengah enam sore masih sangat terang. Maka saya membayangkan saat gempa terjadi, sebagian besar walet belum pulang ke rumahnya. Walet masih cari makan. Namun menjelang petang, rombongan walet yang pulang tak lagi menemukan rumahnya. Rumahnya rata dengan tanah. Walet lalu beterbangan di langit dalam jumlah yang banyak. Walet terbang dalam suasana yang stress. Hingga malam hari walet terus terbang. Padang gelap gulita. Jaringan listrik terputus. Walet terbang di langit semalam suntuk dalam kegelapan dan dalam kondisi hujan deras.