Musim hujan kali ini membuat hati bang Karto sedih. Burung walet yang sudah menginap di RBWnya, ternyata sudah tidak tampak lagi. Padahal sebelumnya ada belasan ekor walet yang sudah positif menginap. Hatinya sudah penuh harapan. Gedung walet yang baru selesai dibangun sudah mendapat respon positif. Namun saat beliau kontrol, hanya tampak sisa kotoranya saja yang sudah mengering. Sore hari menjelang magrib, sudah tidak kelihatan lagi yang masuk gedung. Hatinya masygul. Burung walet tidak pulang seperti hari-hari biasanya.
Tampaknya Bang Karto harus memulai lagi dari nol. Musim hujan ternyata tidak selalu menggembirakan. Bagi Bang Karto musim hujan kali ini memberi pengalaman berharga namun menyedihkan.
Pria setengah baya ini adalah member yang tinggal di Kedung, Demak, Jawa Tengah. Lokasi RBW tidak jauh dari rumah, tidak jauh dari laut Jawa. Dua kali beliau berkunjung ke kantor duniawalet. Pada kedatangan pertama, bersama saudara iparnya bang Munif juga asli Demak yang merantau ke Berau, Kalimantan Timur membuka usaha mebel kayu jati.
Usahanya bisa dibilang sukses. Di Berau, selain produksi meja kursi, almari, dan perabot lain, bang Munif juga membangun sebuah RBW. Desain dan ukuran gedung sama dengan milik bang Karto yaitu 8 m x 12 m tinggi 3 lantai. Karena lokasi yang potensial yaitu di dekat perkebunan kelapa sawit, maka dalam waktu singkat sudah terdapat puluhan burung walet yang menghuni gedungnya. Bang Munif menggunakan suara panggil Eagle.
Pada kedatangan yang ke dua ini Bang Karto menyampaikan keluhan mengenai kasus yang dialami pada RBWnya.
Mengapa di musim hujan ini Bang Karto sedih? Bukankah musim hujan cukup efektif untuk memancing burung walet agar masuk RBW baru?
Kesedihan yang melanda hati beliau, ternyata soal bangunan RBWnya yang bermasalah. Atapnya bocor. Kontrolnya terlambat. Hujan yang turun berhari-hari disertai angin kencang berakibat air merembes deras masuk ke dalam gedung melalui sela-sela dinding. Akibatnya lantai tergenang air dan merembes ke bawah.
Sebagian besar papan sirip basah. Burung walet yang sudah menginap merasa tidak nyaman. Bidang yang terkena air merupakan pantangan bagi burung walet. Sebab tempat basah tidak bisa digunakan untuk bersarang. Syarat air liur burung walet bisa menempel, yaitu papan harus kering. Ditambah lagi problem mesin ampli yang mendadak rusak tidak berbunyi akibat konsleting. Burung walet yang sudah menginap akhirnya memilih tempat lain.
+: ” Apa yang harus saya lakukan terlebih dahulu pak? Membetulkan atap yang bocor atau mengeringkan papan sirip?”
-: ” Jika tingkat kebocoranya parah lebih baik atap dibetulkan terlebih dahulu agar problem tersebut bisa teratasi. Kebocoran tidak menambah air menggenang di lantai yang menyebabkan rembes lebih luas mengenai papan sirip lain.”
+: ” Bagaimana cara mengeringkan papan sirip yang basah?”
-: ” Jika papan sirip sedikit basah, tidak sampai ke bagian dalam papan, nanti akan kering sendiri dengan catatan kondisi ruangan kering, tidak lembab. Ventilasi udara diperlancar dengan cara membuka elbo pipa ventilasi. Meskipun proses mengeringnya akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar.”
+: ” Apakah papan sirip yang basah harus dilepas kemudian diganti papan sirip yang kering?”
-: ” Jika papan sirip ” basah kuyup ” sampai ke dalam papan mau tidak mau harus dilepas dan diganti dengan papan sirip yang kering.”
Bang Karto terdiam agak lama. Hatinya galau berat. Pikiranya menerawang karena harus memanggil walet dari awal lagi. Merintis usaha memang tidak selalu mulus. Kadang ada batu sandungan di awal perjalanan.