Bulan Ramadhan Th 1999 saya menjadi pembicara tunggal seminar budidaya walet di hotel Sangga Buana Cianjur-Jawa Barat. Kemudian di th 2000 saya juga mengadakan seminar serupa di hotel Montana II Malang. Minat masyarakat sangat antusias. Selain seminar, saya juga membuka jasa konsultasi khusus yaitu penanganan gedung di seluruh Jawa. Antara lain di Sukabumi, Subang, Haeurgelies, Cirebon, hingga daerah dingin Batu, Pujon, Malang dan kota di Jawa lain seperti Pati, Kudus, Rembang, Bojonegoro dsb. Saya juga menangani 5 unit gedung walet milik Bupati Bondowoso, Bpk Doktor H. Mashoed Msi di beberapa lokasi. Di Bali saya membantu Bpk. Daniel Bahari promotor tinju di sebuah station televisi nasional saat itu, yang lokasi gedung waletnya di Negara, Pekutatan, Melaya di Kab. Jembrana. Masih banyak gedung walet yang saya tangani alhamdulillah berhasil hingga sekarang tetap terpelihara dengan baik.
Pada saat itu sudah terjadi gedung cari walet. Persaingan antar gedung sudah berlangsung. Di Hauergeulis adalah sentra walet yang padat. Ratusan gedung berebut burung. Saya bedah 5 gedung walet milik H. Yandi agar tambah berkembang populasinya. Di Sukabumi pun terjadi hal serupa, gedung cari walet. Saya bedah gedung milik pak Ganda yang baru ada 1 sarang kapinis. Sekarang gedung beliau di jl. Pejagalan sudah sangat produktif. Karena tingkat kompetisi yang cukup ketat itulah maka saya diundang untuk membantu menang dalam persaingan sehingga gedung walet yang populasinya semula stagnan menjadi produktif.
Sabtu kemarin saya mampir di gedung walet milik ko Apeng yang berlokasi di Bandung Barat. Gedungnya 2 lantai permanen. Saya bantu sejak awal pada 2005. Sekarang panen bisa dapat 30 kg. Hubungan kami selama 13 tahun ini tak lekang karena panas dan hujan. Bulan depan ko Apeng akan membangun gedung walet lagi di daerah Cidaun, 4 jam perjalanan darat dari Bandung. ” Sudah saya cek lokasinya sangat prospektif pak,” jelas ko Apeng optimis.
Bang Herman, petani walet sekaligus pengepul sarang yang tinggal di Kerawang, kemarin siang telpon bahwa dia baru saja membeli gedung walet di Cipicung- Garut. Ukuran gedung hanya 7×11 meter tinggi 2 lantai. Populasinya sekitar 1500 ekor walet.
” Saya tau sejarah gedung walet itu bang”, kata saya diujung telepon.
” Kok Pak Arief tau?”
” Sebab gedung walet itu, sejak kondisi kosong, saya yang tangani. Pemilik gedung itu si Fredy teman lama saya yang tinggal di Garut”, kata saya menjelaskan.
Prospek budidaya burung walet di Jawa sebenarnya masih sangat oke. Terutama di daerah selatan, yaitu daerah sepanjang Banyuwangi Jawa Timur hingga Pelabuhan
Ratu – Jawa Barat. Lokasi ini masih terjaga dengan baik hutan dan perkebunan sebagai daerah peyangga pakan burung walet.
Beberapa gedung walet baru juga dibangun di Magelang, Banyumas, Subang juga di Tasikmalaya.
” Saya memilih usaha walet di daerah saya pak Arief, sebab populasi walet ternyata masih subur. Beberapa teman mengajak investasi di Kalimantan, namun karena pertimbangan tertentu saya lebih memilih usaha walet di sini saja. Saudara saya di Cilacap gedungnya baru on 1 bulan lalu, puluhan ekor walet sudah menginap”, tutur pak Hamid dengan dialek Banyumas yang medok.
” Ketika kebanyakan investor walet tidak perhatian lagi di Jawa, bagi saya itu justru sebuah peluang karena kompetisi usaha walet di Jawa tidak lagi ketat,” lanjut pak Hamid yang 2 tahun lagi sudah memasuki masa pensiun dari PNS.
Tidak sedikit konsumen BAN dari berbagai daerah di Pulau Jawa. Beberapa diantaranya mengusulkan agar saya mengadakan seminar di Purwokerto dan kota lain baik di Jawa Timur dan Jawa Barat. Saya respon usul itu secara positif. Dengan pertimbangan antara lain, banyak gedung walet di Jawa yang tidak terpelihara dengan baik. Bahkan sebagian besar cara pengelolaan masih dilakukan secara tradisional.
Salah satu bukti bahwa cara kelola yang kurang benar adalah terlihat dari hasil kualitas sarang yang jelek.
Sarang walet yang jelek disebabkan kotoran walet jarang dibersihkan dibiarkan menumpuk dilantai hingga tebal. Mereka kawatir jika kotoran walet dibersihkan, walet akan kabur. Udara dalam gedung jadi kotor. Sarang terkontaminasi. Cairan liur walet dimanapun putih, namun saat jadi sarang bisa berubah warna menjadi agak kekuningan dikarenakan butiran debu halus naik dan menempel pada daging sarang. Singkatnya kondisi udara dalam gedung walet akan berdampak langsung pada warna sarang walet. Jika gedung walet bersih, warna sarang akan bersih. Sebaliknya jika udara dalam gedung kotor, maka berdampak pula pada warna sarang menjadi agak kekuningan.
Gedung walet di Jawa umumnya kering dan kurang lembab. Suhu juga tinggi bisa mencapai 31″ celcius. Ini tentu berdampak pada kualitas sarang juga. Sarang tipis mudah retak. Karena gedung kurang lembab disebabkan tidak ada kolam, walet akan kesulitan mengeluarkan air liurnya saat mau bikin sarang. Liur yang keluar dari tenggorokan burung walet akan cepat kering, sehingga sarang tidak rapi.
Secara garis besar, karena gedung walet di Jawa tidak dikelola secara baik maka hasil sarangnya juga kurang baik. Harga mengikuti kualitas. Salam optimis.