Tupai dikenal sebagai hewan hebivora. Itu berarti binatang ini hanya memakan tunas pohon, kacang-kacangan, biji-bijian dan buah-buahan.
Namun tak banyak yang tahu, beberapa jenis tupai juga mengonsumsi daging, terutama ketika dihadapkan dengan kelaparan.
Ini pengalaman riil dari Ridwansyah salah satu Reseller duniawalet yang tinggal di Tenggarong. Anak muda ini memiliki rumah walet ( ruwal ) ukuran lebar 4 m x 8 m tinggi 3 lantai. Dibangun di antara kebun sawit dan persawahan. Sebelah kanan perkebunan buah sawo. Di belakang ruwal sekitar 30 m perkebunan karet. Lokasi ruwal di Margasari, di desa Purwasari Kutai Kartanegara.
Sudah sejak 9 bln ruwal sederhana itu beroperasi. Jumlah sarang sudah lumayan ada 67 keping sarang jadi belum yang olesan.
Suatu hari saat melakukan cek dalam ruwal, Ridwansyah bertanya-tanya.
Kenapa populasi lambat?
Lambat berkembang? Padahal ruwal aman dari ancaman tikus, tokek, kecoa, semut.
Apakah problem lambatnya perkembangan populasi ini karena musim kemarau?
Atau persaingan antar ruwal yang semakin ketat?
atau tata ruang yang perlu di update?
Atau suara panggil perlu diganti agar walet ramai datang?
Sederet pertanyaan belum menemukan jawaban pasti. Suatu siang Ridwansyah masuk ke dalam ruwal. Betapa terperanjat ia mendapati potongan sayap burung walet di lantai. Kepala dan tubuh entah kemana.
Apa yang ada dibenak Ridwansyah?
Ruwalnya kemasukan predator tikus. Tikus sudah masuk dan memangsa burung walet.
Benarkah tikus yang menjadi tersangka?
Bukankah cara tikus memakan burung walet tidak menyisakan sayap?
Jika ada tikus masuk ruwal dan memangsa burung walet, perilaku makan tikus yaitu akan membawa tubuh burung malang ini ke sudut yang gelap. Disitulah tikus menikmati seluruh tubuh burung walet kecuali bulunya. Sisa bulu dibiarkan menumpuk di sudut gedung.
Pada kasus ini, tidak ditemukan bulu menumpuk di sudut. Hanya sepotong sayap yang patah di lantai.
Siapa pembantai burung walet? Ridwansyah berpikir keras. Tapi tetap tak menemukan jawabanya. Yang pasti bukan tikus. Ya, cara tikus makan tidak seperti itu. Semua tubuh burung walet dikunyah dengan gigi tikus yang mirip gergaji lalu ditelan masuk perut. Tikus menelan kepala sampai ujung kaki burung walet kecuali bulu.
Trus siapa tersangkanya?
Apakah kelelawar?
Apa elang?
Mungkin kejadian ini sudah berlangsung lama, pikir Ridwansyah. Ruwalnya telah kemasukan predator. Entah jenis apa. Yang pasti ada pemangsa sadis yang telah membantai burung walet dan berakibat perkembangan populasi walet stagnan.
Kemudian Ridwansyah memasang perangkap jerat berupa jaring ikan. Sekeliling gedung bagian luar dipasang jaring.
Esok hari Ridwansyah kontrol ruwal. Ada sesuatu binatang terkena jerat. Ternyata tupai.
Apakah tupai predatornya?
Untuk memastikan, Ridwansyah nyanggong tidak jauh dari posisi ruwal.
Senapan angin siap di tangan dalam kondisi terkokang.
Ada sesuatu binatang bergerak di ranting pohon sawo. Lalu dengan gesit meloncat ke atap ruwal. Ridwansyah mengamati dengan seksama binatang itu. Ternyata tupai. Binatang itu mendekati LMB lalu masuk ke dalam ruwal.
Ridwansyah akhirnya yakin bahwa predator yang memangsa burung walet di ruwalnya, bukan tikus melainkan tupai.
Kejadian itu di musim kemarau. Tupai sulit menemukan makanan. Akhirnya burung walet di dalam ruwal menjadi sasaran.
Kali ini senapan angin memakan korban. 2 ekor tupai tewas ditembus peluru. Tapi Ridwansyah masih cemas. Sebab di pepohonan sawo masih berkeliaran sekawanan tupai lain yang kemungkinan bisa mengancam keselamatan burung berliur mahal yang menghuni ruwalnya.