Tidak sedikit pak polisi yang menekuni usaha budidaya burung walet. Alasan mereka antara lain, beternak burung walet tidak banyak menyita waktu serta tidak mengganggu tugas utama sebagai abdi negara. Selain itu harga sarang walet yang menggiurkan serta prospeknya yang jangka panjang, menjadi daya tarik utama menekuni usaha ini. Perawatanyapun tidak secara susah payah. Itulah antara lain yang memotivasi mereka.
Tanggal 15 Mei 2016 saya memberi seminar di hotel Monita, Melak-Kutai Barat Kalimantan Timur. Ruang seminar lantai 2 dipadati peserta. Diantaranya ada anak muda yang duduk di kursi tengah. Perawakanya sedang, kulitnya kuning, rambutnya cepak. Peserta ini paling getol bertanya. Namanya Yandri Toking. Berdarah Toraja Sulawesi Selatan. Bertugas sebagai anggota Polres Kutai Barat Kalimantan Timur. Beliau banyak bertanya perihal cara efektif meningkatkan populasi. Rupanya beliau sudah memiliki 3 unit Rumah Burung Walet ( RBW) dengan ukuran yang cukup besar. Selesai acara seminar, saya diajak ke lokasi RBWnya. Diminta melihat kondisi dan mengatur tata ruang.
Setelah dibenahi, semakin bertambah tahun perkembangan populasi walet semakin bertambah. RBWnya juga ikut bertambah 3 unit lagi. Yaitu 2 gedung di Tenggarong dan 1 gedung di Muara Jawa.
Kesibukan Bang Yandri semakin padat, meski tidak menganggu profesi utama. Belakangan beliau juga berkecimpung di bidang trading sarang burung walet. Bergabung sebagai agen duniawalet sejak 2016.
Di Palu Sulawesi Tengah, beberapa petani walet juga berprofesi sebagai polisi. Tahun 2011 saya membantu Pak Taufik. Pria kelahiran Jawa Timur ini pernah bertugas cukup lama di Mapolda Palu. Gedung walet beliau dibangun diperbukitan, tidak jauh dari stadion Gawalise. RBW ukuran 8 m x 12, tinggi 3 lantai bercat putih tanpa rumah monyet. Dari lokasi RBW ini saya bisa memandang hamparan kota Palu dan pantai Talise dari kejauhan. Populasi walet berkembang menggembirakan karena RBW dibangun di lokasi yang tepat yaitu lokasi pakan. Pasca musibah gempa dan tsunami Palu lalu, saya sempat datang dan mengkontrol gedung ini. Meski digoyang gempa keras, Alhamdulillah RBWnya utuh tidak mengalami kerusakan. Tidak ada retak serambut pun pada dindingnya. Mungkin karena struktur fondasi yang kuat dan dinding dobel bata.
Di wilayah Pantai Barat – Palu, ada Bang Pratama Budi. Sebagai anggota Polri beliau tetap disiplin dengan tugasnya. Dan sebagai petani walet, beliau rajin mengontrol RBWnya. Pria murah senyum ini kelahiran Tanjung, Kalimantan Selatan. Sudah lama bertugas sebagai polisi di Sulawesi Tengah. RBWnya dibangun di sebelah rumah ukuran 4 m x 8 m tinggi 4 lantai. Populasinya berkembang menggembirakan. Beliau juga tercatat sebagai reseller duniawalet.
Selain bang Pratama Budi, ada pak Akbar dan Pak Joko yang aktif bertugas sebagai anggota Polres Palu dan memiliki rumah burung walet.
Selain polisi, ada juga tentara yang menekuni usaha ini. Namanya Said Ahmad Taufik. Beliau bertugas di Koramil Kota Waringin lama Pangkalanbun Kalteng dan tercatat sebagai agen duniawalet.