Sehabis trip Kalimantan Timur, saya terbang ke Palu bersama Bang Topan agen duniawalet Kalimantan Selatan. Kami datang duluan sekitar pukul 9 malam, disambut hangat agen Palu Bang Ahmad, agen Toli-Toli Bang Nadir, dan Agen Pasangkayu bang Herman. Tidak membuang waktu, kami meluncur ke tempat istirahat. Setelah mandi dan shalat jamak qoshor kami makan malam sambil menunggu kedatangan Team duniawalet Kalimantan Tengah Bang Reza, Mas Widodo, Bang Taufiq plus Bang Ojie (agen Tenggarong), bergabung dalam trip gembira di kota Kaledo ini.
Tak terasa malam mulai larut. Teras Swiss-Belhotel Silae, tempat kami nongkrong sambil ngopi mulai dingin lembab karena hembusan angin teluk Talise. Pukul 11 malam dari kejauhan terlihat pesawat melintas merendah dengan lampunya kelap kelip. ” Itu mereka datang”, kata Bang Topan dengan wajah agak lelah dan mata sudah mulai 5 watt.
Bedah gedung walet di Palu sebenarnya sudah saya lakukan sejak th 2008. Ada beberapa nama antara lain Pak Rudy, Pak Taufik, Jekky, juga Pak edy.
Lokasi milik pak Rudy di perbukitan. Lahan cukup luas dengan pemandangan teluk nan biru yang diapit dua perbukitan. Pak Rudy selain membangun Villa juga bikin gedung walet. “Tiap sore banyak walet yang melintas pulang ke kota sehabis cari makan di hutan. Sehingga lokasi ini menurut saya adalah pilihan yang tepat untuk dibangun RBW”, jelas pak Rudy. Bangunan dua lantai dengan dinding batu batu gunung. Ada sumber air di dekat lokasi disalurkan melalui paralon untuk kolam dalam gedung.
Sementara itu gedung walet pak Taufik dibangun di sekitar peternakan ayam. Ribuan walet mendatangi lokasi pakan ini tiap hari. Di tempat itu belum ada yang membangun gedung walet sehingga lokasi tersebut sangat tepat karena tidak ada kompetitor. Saya sempat survey ke lokasi Gawalise Palu Barat itu. ” lokasi ini sangat prospek” kata saya sambil acung jempol.
Sekarang ini beliau bisa panen sangat lumayan tiap bulan dengan pola panen tetasan.
Sehabis makan siang, saat dalam mobil menuju lokasi di Sigi, bang Ahmad menyampaikan pesan salam dari Pak Edy. Beliau salah satu pemain walet lama di kota Palu.
Sekarang ini Pak Edy sudah bisa panen tiap bulan mencapai 80 kg.
” Sebagai kenang- kenangan poto bapak berdua dengan beliau masih dipajang rapi di atas meja audio walet”, jelas Ahmad yang pernah berkunjung ke gedung pak edy.
Berkunjung ke Palu sekarang ini, saya bisa simpulkan bahwa mayoritas petani walet melakukan sistem panen sarang secara baik yaitu sistem panen tetasan.
Kenapa saya berkesimpulan seperti itu? Alasan saya pertama, perkembangan populasi walet meningkat luar biasa dibanding 10 tahun lalu. Kedua, ribuan walet pagi sore melintas menuju hutan terdiri walet indukan, dewasa dan walet anak.
Ketiga, semua gedung walet yang ada dalam kota, meskipun ukuran paket hemat, tetap dihuni walet.
Hari pertama di Palu, saya kontrol gedung juragan telor pak Amang. 3 unit gedung waletnya telah dihuni walet. Saya periksa tiap lantai terdapat kotoran bercak putih diberbagai titik. ” Ini tanda banyak walet muda yang mulai bermalam menginap di gedung bapak”, kata saya menjelaskan adanya kotoran putih di lantai.
Esok hari giliran kami kontrol gedung milik pak Akbar. Gedungnya ukuran 4 x 8 m dengan tinggi 4 lantai. Gedung ini mulai operasional 5 bulan namun sudah ratusan walet yang menginap. Kepada pak Akbar yang baru saja pulang dari pendidikan Perwira di Bandung, saya sampaikan, ada sedikit perubahan yaitu perlu di buka pintu nesting room sebelah kanan agar akses walet masuk ke dalam lebih mudah. Ini segera harus dilakukan agar populasi walet cepat bertambah. Pak Akbar dengan gayanya yang flamboyan hanya menjawab singkat, siap!
Kondisi iklim mikro yang bagus juga saya rasakan pada gedung walet Pak Putu yang lokasi gedugnya disamping rumah di Tondo Palu Selatan. Gedung beliau ukuran 6 x 12 m tinggi 4 lantai. Walet cepat menginap karena kondisi kelembapan yang sangat bagus serta suhu yang memenuhi syarat. Kepada pak Putu, yang 1 tahun lalu sebagai panitia seminar, saya tidak memberi masukan apapun karena tata ruang sudah benar. Saya hanya acung jempol.
Pak Putu yang juga pegawai kesehatan itu tersenyum karena gedungnya sudah saya periksa dan saya nyatakan sehat, pertanda harapan cerah di depan mata.
Hari terakhir saya kunjungi gedung walet milik pak Joko yang sedang dalam tahap finishing. Gedungnya permanen ukuran 8 x 16 m dengan tinggi 4 lantai berlokasi di Jono Sigi Boromaru. Pak Joko asli Sukoharjo Solo dan sudah lama bertugas sebagai aparat di Palu. Saya berikan penjelasan bahwa saat ini adalah waktu tepat membangun gedung walet. Peluang keberhasilannya sangat besar. Ini disebabkan populasi walet berkembang secara normal alamiah. Tiap gedung walet yang saya kontrol selalu ada populasi waletnya. Ini tidak lain disebabkan pola panen tetasan yang dilakukan petani walet di kota ini. Dengan cara panen tetasan maka kelestarian populasi terjaga dan tersebar. Meskipun sekarang ini tumbuh gedung walet ukuran kecil akan tetap kebagian walet muda disebabkan berlimpahnya populasi burung berliur mahal ini.
Penjelasan secara ringkas, jika gedung walet dengan populasi besar menerapkan pola panen tetasan, maka berkahnya juga akan dirasakan oleh gedung walet ukuran kecil. Sebaliknya jika gedung walet populasi besar namun pola panenya serakah yaitu panen rampasan, maka dampak buruknya juga dirasakan oleh gedung walet kecil. Sebab panen rampasan tidak memberikan kesempatan hidup bagi anak anak walet. Hak hidup anak walet telah dirampas oleh petani walet yang serakah.
Pada th 2008 lalu saya memang menyampaikan dalam diskusi kecil bahwa pentingnya kampanye panen tetasan agar manfaat dan keberkahan ekonomi juga akan dirasakan oleh semua pihak termasuk gedung walet ukuran kecil.
Petani walet modern selalu berfikir bahwa usahanya harus berkelanjutan jangka panjang. Petani walet modern juga berfikir bahwa kesuksesan bukan hanya dia rasakan sendiri, namun juga musti dirasakan oleh masyarakat sekitarnya.
Dan 10 tahun kemudian yaitu saat sekarang ini, bukti positif kampanye panen tetasan telah dirasakan berkahnya oleh petani walet di Palu.
Suara cericit walet pagi itu melintas di atas hotel saya menginap. Saya sedang menikmati breakfast. Ribuan walet terbang tidak terlalu tinggi menuju lokasi pakan.
Esok hari saya harus melanjutkan trip ke Palembang, dan tidak sempat berkunjung ke Pak Agus di Donggala alumnus seminar Palu yang sekarang gedung waletnya mulai produktif. Saya juga mohon maaf tidak bisa mampir ke gedung walet paket hemat milik mas Budi di Pantai Barat yang dalam waktu 3 bulan perkembanganya sangat signifikan. Lain waktu semoga kita bisa berjumpa lagi.
Salam hormat.