Salah satu member di daerah Sulawesi Selatan berkonsultasi perihal panen sarang walet dan berkurangnya populasi walet muda di gedungnya.
+ : ” Pak Arief, 2 tahun ini pola panen yang saya lakukan panen tetasan. Yaitu panen sarang setelah anak walet bisa terbang. Tetapi mengapa jumlah burungnya justru berkurang?”
– : ” Apakah lokasi RBW jauh dengan lokasi pakan?”
+ : ” Tidak pak. Sebab lokasi RBW dekat areal persawahan dan tidak jauh dari hutan.”
– : ” Apakah sudah banyak di RBW di lokasi itu?”
+ : ” Belum banyak orang yang membangun RBW.”
– : ” Panen dilakukan dari pukul berapa sampai pukul berapa?”
+ : ” Dari pukul 10 pagi sampai pukul 5 sore.”
Kepada member saya jelaskan mengenai waktu panen yang benar, agar tidak mengakibatkan burung walet stres. Jangan sampai melakukan panen sampai sore hari. Sebab saat sore waktunya burung walet pulang ke gedung. Apabila pada sore hari masih terjadi aktifitas kerja di dalam gedung, maka berakibat burung walet takut masuk. Koloni burung walet ramai sekali di luar sambil dengan terbang secara liar. Perilaku terbang seperti itu menunjukkan burung walet panik, terganggu, gelisah dan marah. Sementara matahari terus bergerak tenggelam. Langit berangsur gelap. Sedangkan kepanikan masih terjadi.
Panen hingga sore hari sangat berbahaya. Sebab burung walet mengalami stres. Di saat kondisi stresnya belum pulih, matahari sudah tenggelam. Apa yang terjadi?
Pada situasi tersebut kepanikan bertambah. Koloni burung walet terbang panik. Takut masuk gedung, sementara langit mulai gelap. Tentu saja koloni burung walet mengalami stres. Memang akhirnya burung walet tetap masuk ke dalam gedung. Namun berlangsung sampai agak larut malam. Ini bisa mengakibatkan walet muda ikut bergabung dalam rombongan koloni walet yang pulang ke gedung lain.
Mendengar penjelasan saya akhirnya member mendapatkan pencerahan. Biarpun panen dilakukan secara tetasan, namun waktu panen tidak boleh hingga larut sore yang bisa berakibat kaburnya walet muda pindah ke gedung lain.