Sudah 10 tahun usia gedung walet member ini namun jumlah sarangnya sedikit. Padahal gedungnya berada di lokasi yang cukup prospek, tidak jauh dari hutan dan areal persawahan yang subur. Di daerah ini kondisi suhu dan kelembapan lingkungan luar cukup mendukung. Secara umum faktor eksternal tidak ada masalah.
Gedung member ini dibangun secara permanen dengan ukuran 8 x 20 meter tinggi 3 lantai. Dibangun sejak 2007 namun jumlah sarang tidak lebih 50 keping saja. Sarang sudah lama tidak dipanen, dibiarkan saja. Wal hasil menjadi sarang bakpao karena berulang-ulang digunakan walet berbiak. Warna sarang juga agak kuning kecoklatan. Warna seperti ini akibat lama terkontaminasi amoniak dalam gedung. Member sengaja jarang panen dengan maksud agar populasi walet berkembang biak tanpa gangguan.
Tapi kenapa populasi walet tidak nambah juga? Anak walet yang sudah terbang tak pulang lagi.
Pemilik semula agak putus asa maka membiarkan gedungnya tidak terawat. Banyak semak liar tumbuh di sekitar gedung.
Hari Minggu tgl 15 November kemarin saya luangkan waktu survey melihat dimana penyakit gedung tersebut.
+ ” Ini gedung peninggalan orang tua. Akan saya rawat lagi agar perkembangan walet menjadi lebih baik. Investasi sudah ratusan juta rupiah tak ada hasil. Gedung tidak terawat seperti mangkrak tanpa ada perkembangan positif. Tolong dilihat pak, apa kesalahannya atau kekurangannya dari gedung saya ini kok sangat lambat, ” kata member sambil membuka pintu besi gedung walet.
Saya masuk ke dalam gedung dengan sedikit membungkuk karena ukuran pintu pendek, takut kepala terantuk besi. Saya amati tata ruang, tata suara, sirkulasi udara, singkatnya kondisi internal saya perhatikan. Kemudian saya sampaikan perlunya memperhatikan papan sirip.
+ : ” Kenapa dengan papan siripnya pak? ”
– : ” Semua papan sirip formasinya lajur dan papanya licin tak ada alur atau garis-garis. Selain itu tidak ada sekat sirip. Ini salah satu faktor populasi walet stagnan di gedung ini.
+ : ” Apa yang harus saya lakukan pak.?”
– : ” Banyak solusi untuk mengatasi papan sirip licin. Misalnya ditempel fondasi sarang. Yang populer yaitu menempel potongan gabus/sterefom di papan sirip dengan bermacam bentuk. Intinya memberi kemudahan agar walet cepat hinggap dan menginap di papan tersebut.”
+ : ” Baik pak segera saya kerjakan. Trus apakah masih perlu saya buat sirip kotak?”
– : ” Untuk sementara perlu dibuat sirip kotak. Sirip kotak lebih disukai burung walet karena banyak terdapat sudut. Sudut memberi kenyamanan dan keamanan bagi burung walet untuk membuat sarang.”
+ : ” Bagaimana pendapat pak Arief jika papan sirip saya lapis alumunium yang berlubang-lubang.?”
– : ” Itu juga bagus. Ada beberapa gedung di Baganbatu-Riau juga melapis papan siripnya dengan aluminium yang sudah dilubang kecil. Tujuanya agar suhu sekitar papan sirip sejuk dan nyaman serta kaki burung walet mudah mencengkeram.”
+ : ” Selain itu apalagi yang perlu dibenahi pak Arief?”
– : ” Sesuai standar budidaya walet yaitu perhatikan kondisi suhu dan kelembapan. Tata ruang juga diatur ulang agar faktor cahaya tidak mendominasi nesting room.”
Kami berdiskusi soal kasus dan solusi kondisi internal secara intens, juga soal areal depan LMB yang tumbuh beberapa pohon sengon yang bisa mengganggu manuver burung walet saat terbang berputar ssbelum masuk gedung.
Tak terasa waktu beranjak sore, dan tak lama kumandang adzan Ashar sayup terdengar dari kejauhan.
Seusai shalat kami berkemas pulang.