Seperti diketahui bahwa pola panen sarang walet yang benar adalah panen tetasan. Yaitu panen sarang setelah anak walet terbang. Cara ini sangat disarankan agar terjadi perkembangbiakan populasi burung walet secara normal. Jika sebuah desa para petani walet secara kompak melakukan cara panen tetasan, maka populasi burung walet di desa tersebut akan berkembang dengan baik.
Sebaliknya, cara panen yang tidak normal adalah panen rampasan. Yaitu sarang yang baru selesai dibuat oleh burung walet, belum dipakai untuk bertelur, sudah keburu dipanen, dirampas, disikat oleh pemilik gedung. Induk walet kebingungan mau meletakkan 2 butir telur yang sudah siap keluar. Mau ditaruh dimana ? Sebab sarangnya sudah hilang diambil orang. Hasil panen rampasan memang sarangnya putih dan bersih, hargapun mahal. Namun cara panen seperti ini menjadikan perkembangbiakan walet terputus, tak ada generasi walet baru. Apabila di sebuah desa, para petani walet selalu melakukan panen secara rampasan, maka sudah bisa dipastikan desa tersebut akan sepi dari walet muda. Yang ada hanyalah walet induk, walet tua yang tak lama lagi akan mati.
Jika di lokasi tersebut hanya sedikit walet muda, maka nasib gedung walet yang baru dibangun, kemungkinan akan merana, atau lambat perkembanganya.
Bukankah yang mudah dipanggil untuk menghuni gedung baru adalah walet muda? Walet induk cenderung menetap di gedung asal dan sulit pindah ke gedung lain. Jika jumlah walet muda tidak banyak lalu diperebutkan oleh beberapa gedung di lokasi yang sama, maka terjadi kompetisi sangat ketat. Petani walet pun galau. Gedung waletnya lambat sekali perkembanganya. Setahun hanya ada 10 sarang. Disebabkan karena faktor eksternal yang tidak mendukung, yaitu sangat sedikit populasi walet muda di lokasi tersebut.

Pola panen yang salah, yang berakibat tidak terjadi regenerasi sudah seharusnya menjadi pertimbangan bagi calon petani walet pemula yang akan membangun gedung. Inilah pentingnya cek lokasi secara akurat. Cek lokasi bukan saja melihat banyaknya populasi walet, melainkan cermati juga tentang; apakah terdapat banyak walet induk, atau banyak walet kecil/ walet muda. Data ini sangat penting untuk menentukan langkah selanjutnya.
Salah seorang member, menjumpai saya sehari sebelum acara seminar di hotel Novotel Banjarbaru awal September ini. Lokasi gedung waletnya daerah tepian sungai di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Member yang masih usia 25 th ini mengeluhkan lambatnya perkembangan walet di gedungnya yang berukuran 8 m x 12 m tinggi 3 lantai. Menurutnya kondisi internal sudah memenuhi syarat, baik suhu, kelembapan, tata ruang termasuk setting suaranya.
” Apa sebab gedung walet saya lambat sekali perkembanganya pak? ” keluh anak muda itu.
” Kemungkinan faktor eksternal. Apakah lokasi pakan jauh?”
” Tidak pak. Bahkan sangat dekat. Lokasi gedung saya di tepi sungai tidak jauh ada areal persawahan dan rawa-rawa. Tiap pagi sore tidak sedikit burung walet yang terbang rendah di sekitar gedung, menyambar makanan.”
” Coba dilihat dengan cermat, apakah burung walet yang beterbangan itu walet besar/indukan atau walet kecil/ anakan?”
” Kebanyakan yang saya lihat tubuhnya besar, sepertinya walet induk. Saat terbang tampak sebagian bulu sayapnya rusak, tidak utuh. Sementara burung walet kecil, jarang saya lihat.”
” Bagaimana cara panen petani walet di desamu?”
” Kebanyakan petani walet di daerah kami panen sarang rampasan. Ada satu gedung yang sudah lebih 5 tahun dengan panen puluhan kilo. Tiap bulan melakukan panen rampasan. Apakah cara itu merugikan pak?”
” Pasti cara itu merugikan baik bagi gedung dia sendiri juga gedung walet di sekitarnya. Populasi waletnya jelas akan stagnan dan lambat laun produksi sarangnya pun pasti menyusut. Sebab tak ada generasi walet baru. Yang ada hanya populasi walet induk yang semakin tua tak lama akan mati dimakan usia.
Karena tak ada regenerasi secara normal maka berakibat, gedung walet yang dibangun di sekitarnya menjadi sepi.”
” Jadi apa yang harus saya lakukan pak?”
“Berilah pemahaman pada petani walet di desamu agar melakukan pola panen yang benar. Diskusilah secara baik-baik. Jelaskan dampak negatif yang telah terjadi.”
” Jika saya membangun gedung walet lagi, bagaimana memilih lokasi yang bagus pak?”
” Pilihlah lokasi sumber pakan. Amatilah secara cermat walet yang beterbangan. Pilihlah lokasi yang banyak terdapat walet muda atau walet anakan di lokasi tersebut.”
Motivasi pelaku panen rampasan yaitu mengejar harga lebih mahal, dibanding harga sarang tetasan. Apalagi saat harga melambung tinggi, nafsu panen rampasan tambah menjadi. Pelaku panen rampasan adalah mereka yang egois hanya memikirkan diri sendiri. Tidak peduli pada masa depan populasi walet di gedungnya, dan secara tidak sadar pelaku tersebut hanya akan mewariskan gedung yang tidak lagi produktif pada keluarganya kelak. Banyak pelajaran berharga atas kasus ini yang telah terjadi di berbagai daerah. Termasuk goa-goa walet yang semula produktif, akibat pola panen yang salah, sekarang produksinya merosot drastis. Dampaknya sangat merugikan semua pihak.
Saya jadi teringat member lama yang berdomisili di daerah terpencil, untuk menuju kesana perlu waktu tempuh 4 jam lewat jalur sungai di daerah Sampit.
Gedungnya lumayan full sarang. Itu sekitar tahun 2004. Hasil panen dijual ke Surabaya. Namun pola panen yang semula tetasan berubah ke cara rampasan.
Suatu hari member ini telepon.
” Pak Arief, sekitar 1 tahun lalu saya membangun 5 gedung walet lagi. Tapi sangat lambat perkembanganya. Apakah ada kiat atau trik agar gedung yang baru saya bangun ini cepat berkembang?”
” Sebenarnya kiatnya tidak sulit, tapi apakah kamu bisa melakukan?”
” Bagaimana caranya pak?”
” Lakukan panen tetasan. Dengan cara itu, populasi walet di gedungmu akan berkembang dan terus bertambah banyak. Populasi walet muda sebagian tetap menghuni gedung asal dan sebagian akan menyebar menghuni gedung walet lain termasuk 5 gedungmu itu. ”

Tahun 2017 lalu saya berkunjung ke daerah tersebut. Saya mendengar kabar sedih. Gedung walet yang selama itu menjadi sumber uang, terbakar habis. Sementara 5 gedung yang lain kurang produktif. Panen rampasan menjadi bumerang. Kondisi fisik member ini dikabarkan sedang dalam keadaan tidak sehat, terkena serangan stroke.
Saat menyelesaikan artikel ini saya berdoa untuk kesembuhanya.