Meskipun sudah dijelaskan bahwa konsultasi saya luangkan waktu pada hari kerja dari pukul 08.00 sd pukul 16.00 tapi masih saja ada member yang konsultasi di luar jam itu. Karena saya juga butuh istirahat maka konsultasi saya pending dan baru saya jawab esok hari.
Pertanyaan ini paling sering disampaikan oleh petani walet, yaitu soal kelembapan gedung walet.
Pertanyaan pertama,
“ Pak Arief saya mau bertanya, agar gedung walet saya terpenuhi kelembapannya, bagus mana saya bikin kolam atau saya gunakan mesin kabut? ”.
Bahwa gedung walet harus lembab itu adalah syarat penting dalam budidaya burung walet. Sebab walet memang akan mudah mengeluarkan air liurnya jika tempat tersebut lembab. Gedung walet yang lembabnya tinggi akan lebih produktif dibanding gedung yang kelembapannya rendah. Ini adalah ilmu dasar dalam budidaya walet.
Agar gedung walet terpenuhi kelembapannya, syarat penting yaitu tersedianya air dalam gedung tersebut. Ada dua cara yang bisa dilakukan agar tersedia kondisi lembap dalam gedung, yaitu dengan membuat kolam air, dan menggunakan mesin kabut. Kolam air bisa permanen dengan batu bata atau semi permanen dengan menggunakan terpal. Sedang mesin kabut, bermacam macam modelnya namun pada intinya mesin tersebut membuat udara dalam gedung mengandung butiran air yang sangat lembut.
Seperti sudah saya jelaskan dalam artikel saya yang lain, juga di buku buku saya, bahwa ada dua cara menyediakan kelembapan gedung walet, yaitu cara pasif dan cara aktif. Cara pasif yaitu dengan membuat kolam air.
Kenapa cara ini saya sebut cara pasif, itu disebabkan kelembapan yang terjadi dari air kolam itu sifatnya alamiah. Air kolam akan menguap menyesuaikan suhu dalam gedung. Jika suhu dalam gedung itu tinggi, misalnya pada musim kemarau, air kolam akan cepat menyusut karena proses penguapan berlangsung cepat. Jika suhu gedung rendah, misalnya saat musim hujan, maka proses penguapan juga berlangsung pelan.
Proses penguapan tersebut tidak bisa direkayasa. Penguapan berlangsung alamiah. Maka, itu saya sebut cara pasif dalam menyediakan sarana melembabkan kondisi dalam gedung.
Sedangkan cara aktif yaitu dengan mengunakan mesin kabut atau sejenisnya. Cara ini bisa dilakukan rekayasa tergantung kemauan kita, dengan cara mengatur timer.
Menjawab pertanyaan di atas, antara kolam air atau mesin kabut, masing masing ada plus minusnya. Jika kita membuat kolam air, maka harus rajin mengontrol agar posisi air tidak sampai kurang atau bahkan kering. Jika menggunakan mesin kabut, cara kerja mesin itu tergantung listrik. Jika daerah tersebut sering terjadi pemadaman listrik dari PLN, maka mesin kabut tidak bisa bekerja. Selain itu juga harus rajin mengontrol mesin atau rajin membersihkan spuyer agar tetap berfungsi normal menyemburkan butiran lembut air.
Pertanyaan kedua,
“Jika saya gunakan mesin kabut, dimana posisinya, dan bagaimana mengatur jadwal on off ya? “
Mesin kabut sebagai sarana penyediaan kelembapan, menurut saya lebih tepat diletakkan di ruang bersarang atau biasa disebut nesting room. Sebab di tempat inilah walet akan menginap dan selanjutkan akan membuat sarang. Dengan meletakkan mesin kabut di tempat nesting room, maka ruang akan lembab dan walet akan suka.
Jangan kuatir adanya suara mesin kabut tidak akan mengganggu kenyamanan walet menginap di tempat itu. Suara twiter inap yang berbunyi 24 jam di dalam gedung akan meredam suara yang ditimbulkan dari mesin kabut itu.
Selama ini saya mengatur jadwal on mesin kabut mulai sekitar pukul 11 siang dan off pada sekitar pukul 5 sore. Jadwal ini bukan berarti mesin kabut hidup terus selama 6 jam nonstop, melainkan saya atur hidup 15 menit lalu mati 10 menit, dan seterusnya selama kurun waktu 6 jam tersebut.
Kenapa malam hari mesin kabut off? Karena saat malam, kelembapan udara sudah lembab. Mesin kabut bekerja pada saat siang hari saja dimana kondisi pada pukul 11 hingga pukul 5 sore, paling kering sehingga diperlukan kondisi lembab pada jam tersebut.
Pertanyaan ketiga,
“Bagaimana jika musim penghujan, apakah masih diperlukan mesin kabut? “
Hal itu tergantung kondisi gedung. Pada gedung permanen, saat musim hujan, relatif akan lembab. Kondisi tanah yang basah, dan dinding bangunan gedung yang sering terguyur hujan akan berimbas pada kelembapan dalam gedung yang lebih tinggi dibanding pada bangunan yang semi permanen.
Dengan demikian, pada gedung semi permanen, biarpun musim hujan masih diperlukan penggunaan mesin kabut, meskipun durasinya lebih pendek. Disini pentingnya memiliki alat ukur suhu dan kelebapan, agar dalam mengoperasionalkan mesin kabut itu ada dasar pedomannya. Semoga jawaban ini bermanfaat.