Kemarin siang ada WA ke CS duniawalet. Isinya sebagai berikut :
” Selamat pagi Pak. Perkenalkan nama saya Ari. Saya punya lokasi dekat sungai dan areal persawahan. Apakah lokasi tersebut cocok untuk budidaya burung walet. Saya sudah baca beberapa buku karya pak Arief, di dalamnya dijelaskan bahwa lokasi yang prospek yaitu daerah pakan. Lokasi saya berada di daerah Sayung Kab. Demak. ( Jawa Tengah). Mohon penjelasanya pak”.
Saya menjelaskan bahwa lokasi tersebut untuk saat sekarang ini sudah tidak prospek lagi.
Pantai utara Jawa (Pantura) tidak se prospek 20 tahun lalu. Masa kejayaan walet di pantura semakin tahun semakin memudar. Seiring dengan perkembangan penduduk, areal persawahan semakin berkurang dan telah berubah menjadi kompleks perumahan. Iklim di pantura semakin panas. Dari tahun ke tahun perkembangan populasi walet semakin berkurang. Jika kita menyisir daerah pantura sejak dari Kerawang, Cikampek, Cirebon, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Weleri, Demak, Kudus, Pati, Jepara, Juwana, Rembang, Tuban, Bangil, Pasuruan, dan seterusnya, maka tidak sedikit kita lihat gedung walet yang sudah tidak produktif lagi.
” Jadi bagaimana sebaiknya pak. Apakah saya lanjutkan rencana membangun gedung walet di lokasi tersebut?” tanya pak Ari.
” Sebaiknya urungkan saja pak. Cari lokasi lain yang prospek,” jawab saya.
Akhir bulan juli 2018 kemarin saya diundang Pak Joshua ke gedung waletnya yang perkembangan populasinya lambat di daerah Balaraja-Banten sekitar 1.5 jam perjalanan darat dari Bandara Soetta Tangerang.
Dalam perjalanan ke lokasi, Pak Joshua mengeluhkan merosotnya produksi sarang walet di gedungnya.
” Apakah masih mungkin ditingkatkan lagi populasi waletnya pak?”
Saya hanya tersenyum saja. Sampai di lokasi, saya bantu atur tata ruangnya, agar ada degradasi cahaya, yaitu ada ruangan terang, remang dan agak gelap, serta mengatur suhu dan kelembapan. Akses antar mulut, tenggorokan dan perut, juga saya set ulang. Ini upaya maksimal agar populasi walet di gedung yang sudah berusia 20 tahun tidak terus menyusut, syukur masih bisa berkembang biarpun lambat.
Kasus merosotnya perkembangan populasi burung walet di sepanjang pantura, tidak terjadi di wilayah Jawa Barat bagian selatan. Populasi walet di Sukabumi, Cianjur, Padalarang, Garut, Tasikmalaya boleh dibilang masih lumayan bagus. Beberapa gedung walet milik Freddy di wilayah Garut produksinya masih menggembirakan.
Sekitar 1 tahun lalu, Freddy take over gedung walet di Pameungpeuk, Garut selatan. Saya diminta ke lokasi tersebut. Perjalanan darat berkelok kelok butuh waktu 3 jam lebih melewati perbukitan hijau. Lokasi gedung waletnya tidak jauh dari pantai wisata Santolo. Saya sempat berpoto di benteng pinggir laut selatan peninggalan masa penjajahan.
Saat awal dibeli, baru ada sekitar 300 sarang di gedung tersebut. Dalam waktu kurang dari 2 tahun, perkembangan populasi walet meningkat secara pesat.
Iklim di Jawa Barat bagian selatan ini memang relatif lebih sejuk. Debit air sungai masih besar mengaliri persawahan yang berundak naik turun bergelombang di lereng perbukitan. Sedap dipandang mata. Pepohonan rimbun menghijau dengan semilir angin pegunungan. Suhu dan kelembapan lingkungan terpenuhi dengan baik.
Saat perjalanan dari Sukabumi ke Bandung, saya sempatkan mampir di gedung walet milik Ko Apeng di Rajamandala- Bandung Barat. Dari tahun ke tahun populasinya terus meningkat. Dalam waktu dekat beliau mau membangun gedung walet di Cidaun.
” Pak Arief, saya sudah survey dan banyak populasi walet di sana. Saya lakukan cek lokasi berulang-ulang saat sore hari untuk memastikan bahwa daerah tersebut memang prospek untuk budidaya walet. Nanti pak Arief saya ajak ke sana agar hasil survey lebih valid lagi, ” kata Ko Apeng optimis.
Survey lokasi untuk sebuah usaha sangatlah penting. Usaha apapun harus didahului dengan survey lokasi. Perhitungan yang matang dan hasil survey yang akurat, akan memberi hasil positif pada usaha yang dijalankan. Tidak terkecuali pada usaha budidaya burung walet.
Sering terjadi karena sudah memiliki sebidang tanah, lalu tanpa dilakukan survey yang serius, langsung mendirikan bangunan gedung walet di tempat itu. Wal hasil kepala pening karena hanya sedikit walet yang beradaptasi dan lambat perkembanganya.
Cek lokasi harus dilakukan dengan cermat. Pelajari lingkungan sekitarnya. Amati apakah populasi walet di lokasi tersebut jumlahnya banyak. Amati pula, apakah walet yang beterbangan itu banyak walet anakan dengan postur tubuh yang lebih kecil. Hal ini penting, sebab jika hasil cek lokasi banyak terlihat walet “besar” sementara walet “kecil” jarang terlihat, maka urungkan niat membangun gedung walet di lokasi tersebut. Mengapa? Karena lokasi tersebut lambat laun akan terus menyusut jumlah populasi waletnya disebabkan tidak terjadi regenerasi. Bagi yang berencana membangun usaha budidaya walet di Kota Pangkalanbun, Sampit, Balikpapan, Tarakan, Pontianak, Bandar Lampung, Palembang, Jambi, Pekanbaru, Makassar dan kota2 lain, perhitungkan secara serius lingkungan sekitarnya serta perkembangan populasi walet di kota tersebut.
Semoga bermanfaat.