Kali ini saya dan Tim Duniawalet Kalsel, yaitu Bang Topan & Mas Lutfi trip ke Sungai Durian. Sebuah kecamatan paling ujung di Tanah Bumbu. Perjalanan di mulai dari Bandara Batulicin sesaat setelah landing dari Banjarmasin dengan Foker 26-600, Kamis 8 maret kemarin.
“Pak Arief perjalanan yang akan kita lalui ini cukup panjang menempuh waktu sekitar 6 jam”, kata bang Topan.
“Insyaallah sehat, lancar dan berkah. Saya biasa menempuh perjalanan darat yang cukup jauh hingga masuk ke pelosok daerah, membantu agar member duniawalet sukses”, jawab saya gembira.
Jam tangan di angka 09.00 wit. Mobil Bang Topan dengan stiker logo duniawalet di kaca belakang siap meluncur ke Sungai Durian. Saya akan ketemu Rio, David, Ko Guan dan Doni, member penanganan khusus yang sudah lama menunggu kedatangan saya dan Tim.
Mobil mulai melaju di jalan aspal mulus berkelok kelok. Jalan ini terhubung hingga ke propinsi Kalimantan Timur. Kami asyik diskusi kecil tentang potensi walet di berbagai daerah Kalimantan Selatan.
Tak lama kemudian mata saya terpaku pada ratusan lanskap indah kanan kiri jalan yaitu perbukitan kapur yang gagah menjulang tinggi. Berbaris rapi mengundang selera seni fotografi. Subhanallah..excotic sekali..decak kagum saya melihat ciptaan Ilahi ini. Mobil menepi dan saya turun siap motret. Serasa di Vietnam Utara lanskap unik ini.
Perbukitan kapur ini masuk wilayah Kab. Kotabaru. Kalau saja Pemda setempat bisa menjadikan kawasan ini sebagai destinasi wisata, pasti akan luar biasa menjadi daya tarik turis domestik maupun mancanegara. Sebab lanskap ini memiliki nilai art yang sangat tinggi.
Sampailah kami di pertigaan PT KEL ( Kalimantan Energi Lestari). Jika jalan lurus terus sekitar 2.5 jam sampai ke Grogot. Kami belok kanan menuju rumah walet Doni melalui jalan tanah milik perusahan. Doni dan Rio sudah menunggu kedatangan kami. Mereka prototipe anak muda yang semangat sukses budidaya walet.
Saya masuk ke gedung walet Doni. Saya periksa seluruh ruangan. Mulailah saya lakukan update tata ruang juga update LMB. Saya minta Doni mengikuti advis yang saya sampaikan. Doni menyimak dengan seksama. “Siap besok saya kerjakan pak” ujarnya bersemangat.
Problem gedung Doni yaitu soal tata ruang. Tidak ada degradasi cahaya di tiap lantainya. Walet yang sudah menginap tak lama kabur lagi. Kotoran di lantai mengering. Twiter tarik juga saya atur ulang, saya pindah ke posisi yang lebih tepat.
Kami melanjutkan perjalanan ke Sungai Durian. Mobil meliuk liuk dijalanan tanah berlumpur membelah ribuan hektar perkebunan sawit Sinar Mas.
Di lokasi Sungai Durian ini ada beberapa perusahaan perkebunan yang sangat luas. Selain Sinar mas ada juga Mina Mas perusahaan Malaysia. Sungguh potensi yang luar biasa. Sumber pakan yang berlimpah ruah dari serangga kecil makanan walet di perkebunan sawit yang lembab.
Sungai Durian adalah kota kecamatan terpencil dan buntu. Di sini baru ada sekitar 20 gedung walet. Kompetisi tidak terlalu ketat. Siang hari ribuan walet beterbangan di areal ini. Sore itu saya mengamati langit. Kesimpulanya lokasi ini sangat prospek untuk budidaya walet ke depan. Persyaratan utama sudah terpenuhi yaitu terhamparnya ribuan hektar tanaman sawit.
Perkebunan sawit adalah salah satu penyedia pakan walet jangka panjang.
Di Sungai Durian ini baru ada 1 rumah walet yang populasinya sudah ribuan ekor. Menurut Rio, rumah walet produktif itu sudah berusia 6 tahun.
Saya bermalam di sebuah losmen sederhana. Ini satu satunya penginapan yang ada di Sungai Durian. Namanya Penginapan M. Sugiharto, dengan tarif flat Rp 50 ribu/ malam. Fasilitasnya kipas angin dan obat nyamuk bakar. Alhamdulillah malam itu saya tidur nyenyak.
Esok hari kami mulai bedah gedung milik Ko David, dilanjutkan ko Guan dan terakhir ke rumah walet Rio. Problemnya adalah tata ruang. Saya jelaskan bahwa tata ruang harus diatur sedemikian rupa agar walet merasa savety. Mereka mengeluh kenapa walet yang sudah menginap 2 hari lalu kabur lagi? Apanya yang kurang pas ?
Saya menjelaskan dengan detail dan teknik yang tepat mengatur tata ruang. Yaitu di mana posisi sekat full, dimana posisi sekat setengah full dan posisi sekat gantung.
Lutfi sibuk mencatat dan menggambar denah gedung agar tidak lupa.
Pada gedung David selain problem tata ruang, juga faktor kelembapan yang sangat tinggi disebabkan dinding lantai bawah tersusun dari batu kali tebal tanpa lubang ventilasi sehingga kelembapan tinggi menyebabkan papan sirip berjamur.
Kelembapan yang tinggi harus dibuang keluar. David sempat pusing sebab untuk membikin lubang ventilasi di lantai dasar sangat sulit dikarenakan dinding gedung tersusun dari batu kali yang tebal agar sulit dijebol maling.
Tapi bagi kami semua problem ada solusinya. Buka saja ventilasi pada dinding lantai 2 bagian bawah. Dinding lantai 2 tersusun dari batako berlapis gabus sehingga mudah dijebol untuk bikin ventilasi udara agar kelembapan lantai bawah bisa terkurangi sehingga resiko papan sirip berjamur tidak akan terjadi lagi.
Sukses budidaya walet tergantung 2 faktor. Yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain yaitu potensi pakan di daerah tersebut. Lokasi Sungai Durian berada di tengah perkebunan sawit yang sangat luas. Ini sangat menguntungkan karena populasi walet tak perlu jauh cari makan.
Faktor internal yaitu, kondisi suhu dan kelembapan gedung harus diatur sesuai habitat walet. Selain itu tata ruang serta tata suara juga harus di setting secara tepat.
Jika 2 faktor tersebut bisa terpenuhi secara baik, maka itulah kunci sukses budidaya walet. Salam hangat.