Selasa siang kemarin 31 Juli saya kedatangan member lama dari Bengkulu tepatnya dari Kabupaten Kepahiang, namanya pak Samsudin. Saya masih ingat untuk menuju ke Kepahiang melalui jalan berkelok-kelok, naik turun mirip jalur Bengkulu ke Putri Hijau. Bagi yang tidak terbiasa melalui jalan ini, sering pusing muntah. Naik mobil dengan jalan penuh tikungan ke Kepahiang orang sering mabuk. Karena itu lalu populer istilah mabuk kepahiang. Dalam penyebutan yang cepat menjadi mabuk kepayang.
Jarak Bengkulu ke Kepahiang sekitar 60 km.
Kota kecil yang terletak di dataran tinggi bukit barisan ini pemekaran dari Kabupaten Rejang Lebong. Saat itu saya memilih bermalam di kota Bengkulu di hotel tidak jauh dari benteng marlborough peninggalan penjajah.
Pak Samsudin adalah member lama sejak 2004 dimana gedungnya sudah sukses dengan panen sarang walet sangat memuaskan. Suara panggil dan inap sejak 14 tahun yang lalu hingga sekarang tetap menggunakan produk BAN. Sejak dulu hingga sekarang tetap menjalin komunikasi. Layanan konsultasi member BAN memang tidak saya batasi waktu. Saat itu belum ada BBM atau WhatsApp sehingga konsultasi melalui SMS atau telpon. Sekarang perkembangan teknologi komunikasi lebih canggih memudahkan untuk mengirim poto, video. Konsultasi jadi lebih jelas.
Siang itu beliau sengaja datang ke kantor pusat dan bertemu saya langsung, sebelumnya sudah janjian saat saya masih berada di Kupang NTT. Selain berterimakasih karena gedungnya sudah panen tiap bulan dengan jumlah yang sangat memuaskan, juga untuk konsultasi face to face mengenai kasus gedung ke 2 yang belum produktif.
Saya melayani dengan senang hati. Pak Samsudin sudah menyiapkan gambar denah gedungnya. Dilengkapi pula dengan video sehingga saya paham kondisi tata ruangnya.
Dari gambar denahnya, posisi gedung kedua ini hanya berjarak 9 meter dari gedung pertama. Gedung pertama yang produktif bisa bikin hati tenang, namun gedung yang kedua belum produktif bikin pening kepala. Padahal jarak kedua gedung tersebut berdekatan. Apanya yang kurang tepat?
Berbagai cara sudah dilakukan misal dengan mengatur sekat dan membuka lubang masuk sesuai arahan teman. Juga, antara gedung pertama dan gedung kedua sudah disambung dengan bangunan lorong yang terhubung langsung. Tujuanya agar koloni walet di gedung pertama mau nyebrang ke gedung kedua. Namun ditunggu beberapa tahun upaya tersebut belum membuahkan hasil. Koloni walet tetap memilih gedung pertama. Apanya yang kurang tepat? Inilah yang membuat kepala pak Samsudin pusing.
” Apakah letak LMB gedung kedua posisinya salah ya pak? Ini setelah saya pelajari penjelasan di buku pak Arief ” kata pak Samsudin sambil menunjukkan buku 88 strategi sukses, yang beliau beli belum lama.
” Dimana posisi LMB yang benar ? ” tanya pria separuh baya ini serius.
Di buku 88 strategi sukses tersebut memang sudah saya jelaskan, soal posisi LMB yang tepat untuk gedung walet yang dibangun di sentra walet. Jika membangun gedung baru berdekatan dengan gedung yang produktif, posisi LMB harus diperhitungkan secara cermat. Banyak orang beranggapan, peluang sukses gedung baru yang dekat dengan gedung walet produktif, maka akan cepat produktif juga. Benarkah demikian? Eit ..belum tentu.
Dalam berbagai seminar selalu saya sampaikan, membangun gedung walet di lokasi sentra harus siap dana dan siap ilmu.
Yang saya maksud siap dana yaitu, jika bangunan gedung walet yang produktif itu tingginya 6 lantai, maka gedung baru harus setinggi itu pula. Ini berkaitan dengan ketinggian walet terbang masuk LMB. Gedung yang tinggi tentu dana untuk membangun juga cukup lumayan.
Jika gedung baru tersebut rendah, kemungkinan akan sepi karena koloni walet sudah terbiasa terbang tinggi mengikuti ketinggian LMB gedung yang produktif tersebut.
Sedangkan yang saya maksud siap ilmu yaitu, antara lain memilih posisi LMB yang tepat. Pada gedung baru, buatlah LMB yang ” tidak bersaing” dengan LMB gedung produktif. Jangan berpikir LMB gedung baru sebaiknya harus berhadapan dengan LMB gedung produktif, itu jelas tidak tepat. Jika demikian LMB gedung baru pasti kalah bersaing dengan LMB gedung produktif. Apa sebab? Karena koloni walet yang ada di depan LMB gedung produktif lebih banyak jumlahnya, dan itu akan menjadi daya tarik koloni walet di sekitarnya.
Nah pada kasus gedung pak Samsudin ini, LMB gedung pertama yang produktif menghadap ke barat. Sedangkan LMB gedung kedua juga menghadap ke barat. Saat sore ribuan koloni walet pulang dari arah selatan banyak juga yang dari arah utara.
Pada kasus ini saat koloni walet bermain-main di depan LMB gedung kedua, akan mudah berpindah ke LMB gedung pertama. LMB gedung produktif akan menyedot koloni walet yang ada disekitarnya.
Inilah penyakitnya. Khusus kasus gedung pak Samsudin ini, LMB gedung kedua tidak boleh sejajar apalagi berhadapan dengan LMB gedung produktif. Pasti akan kalah saing.
Pak Samsudin serius mendengarkan penjelasan saya. Inilah sebabnya mengapa sudah berjalan 6 tahun usia gedung walet namun kok belum produktif juga. Padahal jaraknya berdekatan dengan gedung yang produktif. Jawabnya adalah karena posisi LMB tidak tepat.
Kemudian saya menggambar posisi LMB yang tepat pada selembar kertas. LMB baru menghadap ke utara.
Pak Samsudin mulai cerah wajahnya setelah 6 tahun dirundung bingung.
Kembali buku 88 strategi sukses dibaca ulang pada halaman 33.
” Buku ini sangat bermanfaat. Buku wajib bagi petani walet. Banyak ilmu penting yang bapak tulis secara open dalam buku ini. Terimakasih pencerahanya pak Arief. Semoga bapak selalu diberi kesehatan dan keberkatan”, kata pak Samsudin sebelum pamit pulang. Saya juga balas doanya,
Salam sukses berkah juga untuk pak Samsudin dan keluarga. Amin.