Gedung walet yang sudah produktif, apakah tak perlu lagi membunyikan suara walet? Apa alasanya dan apakah hal itu tidak berefek negatif bagi populasi walet yang ada di gedung tersebut?
+ : ” Pak Arief di tempat saya ada gedung yang populasi burung walet sudah puluhan ribu. Ukuran gedungnya lumayan besar tinggi 5 lantai. Usia gedung 15 tahun. Sudah 2 tahun ini menurut informasi dari penjaga gedung sudah tidak lagi pakai suara elektronik. Apa alasanya dan apakah itu tidak mengakibatkan pindahnya walet usia muda ke gedung lain?”
– : ” Yang tau alasan sebenarnya, tentu pemilik gedung itu sendiri. Mungkin pemilik beranggapan, tak perlu bantuan suara lagi sebab sudah ada suara asli dari ribuan burung walet itu sendiri.”
Di Gorontalo ada sebuah masjid yang pada bagian dalam kubah dihuni ribuan burung walet. Hasil panen sarang diperuntukkan bagi kesejahteraan masjid, sebagian untuk takmir sebagai pengelola. Informasinya burung walet telah menghuni dalam kubah itu sejak 20 tahun lalu. Sampai sekarang pihak takmir tidak membunyikan suara elektronik. Dan masjid masih aktif digunakan untuk aktifitas ibadah harian dan kegiatan yang lain. Jadi sangat kecil kemungkinanya bahkan tidak mungkin Takmir masjid memasang audio walet di kubahnya. Masjid itu namanya Baitur Rahman di Kec. Limboto.
Burung walet juga masuk tanpa diundang melalui lubang ventilasi sebuah rumah satu lantai di Jl. 10 Nopember kota Gorontalo. Informasi yang saya peroleh, rumah tersebut mendapat rejeki tiban sejak 10 tahun lalu. Populasi waletnya hingga sekarang masih ramai terlihat dari luar saat sore hari. Sampai sekarang tetap tidak terdengar bunyi suara elektronik dari rumah tersebut.
Bagaimana populasi walet yg menghuni sebuah tempat tanpa ada bunyi suara elektronik, sementara di sekelilingnya mulai dibangun gedung lain yang dilengkapi audio walet? Apakah populasi walet dari gedung tanpa suara itu mudah atau sulit berpindah ke gedung lain? Apakah gedung di sekitarnya akan cepat dihuni oleh walet muda?
Seperti diketahui bahwa teknik budidaya walet belakangan ini sudah lebih simpel. Dengan seperangkat alat elektronik, burung walet bisa dipanggil agar menetap dan menghuni di sebuah gedung. Pemilik tidak harus repot karena proses memanggil walet berlangsung secara otomatis dengan ampli yang dilengkapi timer.
Menurut pengamatan saya, peluang usaha untuk budidaya walet di Gorontalo sangat prospek. Populasi walet terus berkembang. Ribuan anak walet lahir tiap musim salah satunya dari dalam kubah Masjid Baiturahman itu akan mudah menghuni tempat baru. Gedung walet yang sudah dilengkapi audio walet saja masih “kehilangan” anak walet, apalagi tempat atau gedung walet yang tanpa ada suara walet, tentu prosentase kehilangan anak walet akan lebih besar.
Maka gedung yang baru dibangun di sekitarnya meski ukuran paket hemat, jika faktor internal dikondisikan secara benar serta memenuhi persyaratan dengan baik, akan cepat dihuni burung walet.
Tidak sedikit member yang sudah memetik kesuksesan antara lain H. Anwar. Begitupun member baru dimana gedung waletnya ukuran paket hemat dan usia baru sekitar 1 tahun, namun hasilnya sudah menggembirakan. Lokasi gedung member baru ini antara lain di desa Karya Baru dan Molamahu Kec. Paguat, di Kwandang Kec. Gorontalo Utara, juga di Buladu, Kota Utara.
Tanggal 21 Oktober kemarin saya ke Gorontalo didampingi Agen duniawalet Mas Andi Makmur untuk mengatur ulang tata ruang, setting suara dan perubahan posisi LMB pada gedung milik H. Iskandar di daerah Bone Bolango. Alhamdulillah dalam waktu 1 hari sudah bertambah walet yang menginap. Menjelang malam pengusaha muda itu memantau dari cctv, koloni burung walet menginap di semua lantai. Akhir tahun insyaallah saya datang lagi ke Gorontalo untuk meng-On kan gedung beliau di lokasi yang lain.